Bagian 3

226 15 0
                                    


Can I Hug You?
Chapter 3
.
.
.

"Aku suka sama kamu, Bi!"

Hening..

Evo mencoba mengangkat wajahnya, melirik bian yang hanya diam dengan wajah bodohnya.

"Bian.." pria tinggi itu mengusap pipiku lembut kemudian tersenyum sembari mengangguk.

"Saya juga suka"

Jujur sebenarnya evo tak menyangka jika Bian juga memiliki perasaan kepadanya. Bagai mendapat hadiah utama dalam permainan undian, si kecil sangat beruntung dapat menghabiskan waktunya yang tak lama bersama orang yang ia cintai.

Dan kini mereka resmi pacaran.
.
.
.
.
Jika menghabiskan waktu bersama Bian, aku selalu lupa waktu. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Evo beranjak dari dekapan pria tinggi itu dan menyuruhnya untuk pulang.

"Aku menginap" jawabnya lalu menarik tanganku kembali mendekap tubuh kecil evo erat.

Entah kenapa Bian kini tampak menikmati memeluk evo seperti ini bahkan pria itu beberapa kali mencuri kecupan singkat di pipi ku.

Keduanya tampak bahagia malam itu. Dingin malam bahkan tak dapat mengusik keduanya. Evo memejamkan kedua matanya dan bersandar pada dada bidang Bian.

Sungguh malam yang tak terbayangkan.

"Selamat tidur, bocil kesayangannya saya," bisik Bian lalu mengecup kepala evo lembut. Hatinya berdegup kencang seolah mengerti arti sebuah kata bahagia. Bian bahagia..sangat bahagia.
.
.
.
.
Pagi itu saat aku terbangun, aku merasa tubuhku sedang tidak dalam keadaan baik. Kepalaku terasa sangat sakit. Melihat wajah Bian yang pulas dalam tidurnya membuat senyuman kecil menghias di wajahku.

Tangan Evo terulur mendekat ke wajah si tinggi. Mengusap pipi Bian lembut, ia terlihat sangat tampan walaupun dengan gaya tidur yang tak enak di pandang.

Usapanku terhenti ketika tangan Bian menggenggam tanganku dan ia tersenyum dengan mata menggoda.

"Mencari kesempatan ketika saya tertidur? Humm.." godanya. Aku hanya terkekeh kemudian menarik tanganku.

"Kita sudah jadian, bukan?" Tanya Bian yang di balas anggukan kecil oleh Evo yang sebenarnya masih sangat mengantuk, menatap Bian dengan mata yang terlihat enggan untuk terbuka.

Kedua tangan Bian tiba - tiba menangkup kedua pipi Evo membuat wajah si kecil terlihat makin menggemaskan. Walau berusaha melawan meminta di lepaskan tak sedikitpun di gubris oleh Bian.

"Lepasin, Bian!"

Bian menarik kedua pipi si kecil mendekat hingga kedua belah bibir mereka saling bertemu.

Cup~

Tak ada suara, seakan waktu terhenti saat itu. Mata Evo terbelak lebar menatap kedua mata Bian yang terpejam. Ini pertama kalinya untuk Evo melihat wajah Bian dengan jarak sedekat ini.

Tunggu! Ini apa? Kami berciuman?

Hangat..lembut..

Rasa apa ini! Kenapa membuatku tak ingin melepaskan bibir Bian yang sedang asik bermain dengan bibirku.

Inikah rasanya ciuman...?

Ciuman itu berlangsung lama. Ciuman yang membuat jantung Evo berdetak kencang. Evo memilih menunduk menyembunyikan wajahnya yang mungkin memerah.

"Ini ciuman pertama saya" kata Bian pelan sembari menatap si kecil dengan tatapan lembut. Evo menatap Bian dan mengatakan hal yang sama kemudian Bian menarik Evo kedalam pelukannya.

"I love you, evo!"
.
.
.
.
Bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu. Bian dan evo kini tengah berada di sebuah caffe kecil yang terlatak tak jauh dari tempat mereka bersekolah.

"Selamat ulang tahun, evo sayangnya saya" seru Bian dengan sebuah cake cokelat kesukaan Evo. Si kecil tersenyum bingung menatap cake itu dan menatap Bian.

Bian yang merasa di tatap hanya tersenyum hangat sembari menjuk lilin di atas cake, meminta si kecil untuk meniupnya.

"Tapi aku sedang tidak ulang tahun, Bian. Masih 2 bulan lagi. masih lama."

"Sudah tiup saja,"

Bian tau hari ini bukanlah hari ulang tahun si kecil tetapi Bian hanya ingin merayakannya lebih cepat. Kita tidak tau apa hari itu saya masih bisa bertemu denganmu atau tidak..

Api kecil di atas lilin - lilin kecil di atas cake itu perlahan mulai mati karena hembusan angin dari bibir tipis Evo.

"T-terimakasih, Bian atas kue nya." Ucap Evo di balas anggukan mantap oleh pria di sampingnya itu.

Waktu terus berlalu, obrolan kecil yang menemani keduanya dalam acara birthday party dadakan itu.

Walau membingungkan tetapi Evo senang.

Senang dapat berbagi senyuman dan kehangatan yang akan menjadi kenangan tak terlupakan nanti..

Evo melirik Bian yang sedang berusaha keras memotong cake di depan mereka itu agar terlihat menjadi potongan cake yang bagus.

Evo menyadari sesuatu..

Bahagia itu tak harus dengan sesuatu yang mewah, cukup bersama dengan orang yang kita sayang saja sudah dapat membuat kita tersenyum..

Bersama mu..

penjaga hatiku...♡

.
TBC

Can I Hug You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang