Bagian 2

285 17 0
                                    


Can I Hug You?
Chapter 2
.
.
.
Evo terbangun dan merasakan seluruh tubuhnya lemas dengan suhu tubuh yang cukup tinggi. Pria itu melirik kesekitar yang terlihat seperti bukan di rumahnya.

"Pagi" sapa Bian dengan sekantung makanan ringan di tangannya, ia tampak tak bersemangat. Evo berjalan mendekat lalu meraih lengan Bian dan menatap wajahnya.

"Ada apa?" Tanyaku. Bian membalas menatapku dengan serius.

"Kenapa kamu tidak menceritakan tentang penyakit mu? Apa aku tak penting hingga kamu tidak memberitahu saya tentang ini?"

"A-aku hanya tak tau harus bagaimana memberitaukannya kepadamu. Itu saja.."

"Maaf, bian" bian hanya diam tertunduk, ia mengusap wajahnya kasar.

"Boleh saya peluk kamu?"

Belum sempat evo membalas, pria tinggi itu langsung memeluk si kecil erat. Sangat erat, seperti takut pria kecil itu akan pergi jika di beri cela.

Evo tersenyum kecut berusaha menahan tangisnya. Evo merasa dirinya harus menjadi orang yang paling tegar di saat seperti ini. Ia tak ingin Bian tau kesedihan yang dirinya rasakan.

Evo yakin dengan bersikap tegar semua masalah pasti akan berlalu dan berganti dengan kebahagiaan, itu harapannya..

Dan Ia tidak ingin menjadi beban pria yang ia cintai.

Senyuman manis menghias di wajah evo, lengannya terangkat dan membalas pelukan itu. Sedangkan si tiang menagis kencang di dekapan evo.

"Maaf" bisik evo lembut. Pria kecil itu mengucapkan kata maaf berulang kali. Sakit yang ia rasakan. hatinya seperti di tusuk pisau, perih tetapi tak dapat ia utarakan.

Kata maaf untuk kepergian dirinya nanti.
Kata maaf untuk tidak dapat tua bersama Bian.
Kata maaf untuk telah mencintainya.

Wajah manis yang tampak mulai pucat dengan senyum manis di wajahnya tetapi sakit di hatinya...
.
.
.
.
Pagi ini matahari tak bersinar terang di karenakan hujan turun dan itu cukup deras hingga membuat genangan di beberapa tempat. Evo melangkah pelan takut mengotori sepatu putih yang beberapa minggu lalu baru ia beli.

Evo berbalik dan menatap Bian yang berjalan di belakangnya dengan pandangan mata yang kosong. Bian tak banyak membuka suara sejak mengetahui penyakit yang di derita teman kecilnya itu.

Jujur Evo cemas.

"Bian, kamu marah?" Tanya evo pelan sembari mengusap pipi kanan pria tinggi itu. Bian melirik evo lalu tersenyum dan mengusap lembut kepala evo kemudian kembali terdiam dalam pikirannya.

Bian hanya tak tau apa yang harus ia lakukan. Harusnya ia tak seperti ini tetapi rasa takut akan kehilangan sosok kesayangannya itu menghantui dirinya. Ia hanya tak ingin membuat evo lelah yang akan berdampak dengan kesehatannya.

Dan Bian takut untuk menemui hari di mana pertemuan terakhir dirinya dan evo terjadi, ia takut..

"Bagaimana jika kita memberitaukan ini kepada orang tuamu, supaya kamu mendapatkan pengobatan yang lebih. Jika perlu menginap, dokter juga menyarankannya bukan? Tidak cukup hanya mengkomsumsi obat - obatan saja. Kamu juga harus melakukan pengobatan yang lain agar cepat sem-"

Kalimat Bian terhenti ketika tangan si kecil menutup bibir si tinggi dengan tatapan hangat. Evo tersenyum lalu mencubit pelan kedua pipi Bian.

"Dasar bawel" ucap evo kembali tersenyum. Evo sangat beruntung mengenal pria di depannya ini dan menurut evo sosok Bian itu seperti pangeran yang selalu siap menjaga evo tak perduli seperti apapun situasinya.

Bian membalas tersenyum dengan mata berkaca, sebenarnya aku tau Bian mengkhawatirkan ku tetapi aku tak ingin memberi tau masalah penyakitku ke keluargaku, aku hanya belum siap.
.
.
.
.
Evo kini tengah duduk menatap Bian yang sedang berada di balkon kamarnya dengan sebuah gitar yang sedang ia petik. Sebuah lagu dari Andmesh Kamaleng yang berjudul 'hanya rindu'.

"Saat ku sendiri, ku lihat foto dan video
Bersamamu yang telah lama ku simpan
Hancur hati ini melihat semua gambar diri
Yang tak bisa, ku ulang kembali

Ku ingin saat ini, engkau ada di sini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu"

Evo hanya terdiam dengan mata yang berkaca. Evo tau jika suara Bian itu sangat bagus tetapi yang membuat dirinya sedih, lirik lagu ini seperti ungkapan hati Bian yang tak ingin kehilangan si kecil.

Evo berdiri dan berjalan mendekati Bian kemudian memeluk pria tinggi itu.

"Ada apa? Hum.." tanya Bian lembut, tangannya mengusap - usap lembut punggung tangan evo.

"Aku suka sama kamu, Bi!"

.
TBC

Can I Hug You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang