Sebuah Pengakuan

5.5K 590 26
                                    

Aku pernah berusaha melupakanmu dalam sehari, namun rindu menyiksaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pernah berusaha melupakanmu dalam sehari, namun rindu menyiksaku.

***

Sore ini Lisa sudah mulai kembali bekerja di kedai ramen. Meski semalam sempat beradu argumen dengan tuan Park akhirnya beliau mengizinkan Lisa untuk bekerja dengan syarat ia hanya boleh mengambil satu pekerjaan. Lisa membutuhkan uang ia baru ingat seminggu lagi appa nya ulang tahun. Lisa ingin memberikan sesuatu, meski ia sendiripun ragu apakah appa nya akan menerima hadiah darinya atau bahkan hadiah itu akan berakhir di tempat sampah lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Lisa berpikir keras, kira-kira hadiah apa yang akan ia berikan pada appa nya. Jika membeli jam tangan uang nya tidak akan cukup.

Lisa mendesah kecewa, andai ia punya uang banyak. Ia ingin memberi hadiah yang mahal untuk appa nya. Namun kembali pada realitas, gaji seorang pelayan yang merangkap sebagai sopir taksi online tidak bisa dibandingkan dengan gaji pegawai kantoran.

Lisa mengeluarkan ponsel dari saku celana nya. Ponsel itu ia matikan tepat setelah ia mengirimkan pesan pada Jennie.

'Jennie'

Entah mengapa saat mengingatnya mendadak rindu menyesaki dada Lisa. Ia rindu senyum gadis itu, ia rindu mendengar suara lembut Jennie yang selalu menjadi penenang untuknya.

Fokus Lisa kembali teralihkan pada ponselnya yang baru saja menyala. Tak lama getaran panjang langsung menyapa ponselnya. Beberapa pesan masuk dari tuan Park, dan juga rekan kerjanya diperusahaan taksi online. Lisa membuka pesan suara dari Jennie. Seketika rindu itu kembali menyesaki dadanya, apalagi saat mendengar suara parau Jennie.

'Lisa, aku merindukanmu. Ku mohon jangan pergi dariku. Maaf jika aku mempermainkan rasamu. Maaf jika aku meragukan rasamu. Satu hal yang menjadi ketakutanku. Appa dan eomma akan semakin membencimu jika kita bersama.

Lisa, kau ingat saat pertama kali kita bertemu, waktu itu kau datang ke rumahku dan mengaku sebagai putri appa. Kau selalu tersenyum dan menyapaku sekalipun aku acuh padamu. Kau bahkan selalu peduli pada hal-hal kecil yang menjadi kebutuhanku. Kau lebih mengerti aku dari pada eomma. Aku membutuhkanmu, untuk melewati hari-hari beratku.

Lisa... aku mencintaimu'

Lisa terdiam mendengar dua kata terakhir yang Jennie ucapkan.

'Aku mencintaimu'

Lisa menunduk, semuanya sudah terlambat.

Ponsel Lisa kembali bergetar. Nama Park Chaeyoung terpampang dilayar ponselnya.

"Lisa. Kau kemana saja? Kenapa ponselmu baru aktif?"

"Ah maafkan aku, Chaeng. Aku baru saja selesai bekerja. Dan ponselku, aku mematikannya karena aku lupa menchargernya."

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang