Epilog

8.4K 667 51
                                    

Sometimes I just want to hide 'cause it's you I miss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sometimes I just want to hide 'cause it's you I miss

***

Chaeyoung menginjakkan kakinya di rumah Jennie. Seung Heon menyapa Chaeyoung dengan lemas. Ia tahu penyebabnya pasti Jennie. Sepulang dari peristirahatan terakhir Lisa kemarin, Jennie langsung mengurung dirinya di kamar. Chaeyoung tahu bagaimana rasanya kehilangan, bukan hanya Jennie yang kehilangan Lisa tapi Chaeyoung dan kedua orang tuanya juga sama-sama kehilangan Lisa. Jika bisa memutar waktu, ia lebih baik tetap buta dengan Lisa masih di sampingnya.

Chaeyoung membuka pintu kamar Jennie menggunakan kunci duplikat pemberian Seung Heon. Chaeyoung menghela napas saat melihat Jennie terbaring meringkuk sambil menangis. Gadis berambut blonde itu duduk di samping Jennie.

"Jen." Panggil Chaeyoung namun tak ada jawaban dari Jennie.

"Kita sama-sama kehilangan Lisa bukan hanya kau."

"Kenapa kalian membohongiku?" Jennie bangun dari tidurnya, bisa Chaeyoung lihat wajah sembab Jennie, bahkan mata kucingnya membengkak.

"Jen, aku tidak bermaksud membohongimu. Hanya saja ini juga sulit bagiku, Lisa sama berharganya untukku. Dan kau sangat berharga untuk Lisa. Itu alasannya mengapa aku sering mengunjungimu akhir-akhir ini, ada hal yang ingin ku tunjukan padamu. Ayo ikut denganku." Ajak Chaeyoung.

Jennie menggelengkan kepalanya gadis itu kembali menangis.

"Aku tidak ingin pergi Chaeyoung. Aku hanya ingin Lisa, aku merindukannya." Ucap Jennie di sela tangisnya. Chaeyoung menghela napas.

"Aku menyesal tidak tahu apa yang terjadi pada dia, aku bahkan tidak tahu jika dia sakit. Aku... aku hanya memikirkan perasaanku sendiri, andai waktu itu aku tidak menghindarinya, andai hari itu aku tidak menuruti eommaku, andai waktu itu aku tetap disampingnya, andai ak-" Jennie tidak sanggup melanjutkan kata-katanya saat bayangan moment bersama Lisa terputar diotaknya.

Air mata Chaeyoung menetes saat melihat Jennie menangis. Tidak mudah memang, bahkan dirinya membutuhkan waktu enam bulan untuk bisa kembali hidup normal.

***

"Aku ingin membatalkan pernikahanku dengan Jongin." Ucap Jennie. Ia baru saja keluar dari kamarnya setelah dibujuk oleh Chaeyoung.

"Kau yakin?" Tanya eommanya. Jennie mengangguk.

Eomma Jennie menghela napas, "Baiklah. Aku akan mengatakan ini pada keluarga Jongin."

Sementara itu, Seung Heon tidak berkata apapun, beliau hanya menatap sendu ke arah Jennie. Ia tahu bagaimana perasaan Jennie saat ini, dirinya juga sama-sama kehilangan Lisa. Ditambah lagi penyesalan yang kini menyelimuti hatinya, ia menyesal karena tidak sempat memperlakukan Lisa sebagaimana seorang ayah pada putrinya.

"Maafkan eomma." Lirih eommanya yang duduk disamping Seung Heon.

"Kali ini tolong jangan mengatur hidupku eomma."

"Maafkan eomma."

"Apa maafmu bisa mengembalikan Lisa?" Tanya Jennie matanya mulai berkaca-kaca. Gadis bermata kucing itu menghela napas, tanpa berkata apapun ia pergi begitu saja.

Chaeyoung membawa Jennie ke apartemen kecil milik Lisa yang berada dipinggiran kota Seoul.

Chaeyoung membuka pintu Apartemen, wangi lavender menyapa indra penciumannya. Setiap kali ia datang ke sini ia selalu berharap ada Lisa yang menyambutnya.

"Ini apartemen Lisa." Ucap Chaeyoung.

"Suami Nyonya Jung Ahn yang merawat apartemen Lisa, ia bahkan menyuruh petugas kebersihan dirumahnya untuk membersihkan apartemen ini setiap hari." Lanjutnya.

"Nyonya Jung Ahn tahu apa yang terjadi pada Lisa?" Tanya Jennie

"Ya, dia mengetahui semuanya, bahkan dia tahu bahwa putrinya akan mendonorkan matanya untukku. Dia selalu ada disamping Lisa saat Lisa di rumah sakit. Tapi setelah Lisa pergi, Nyonya Jung Ahn harus dirawat di rumah sakit jiwa untuk memulihkan mentalnya. Lisa sama berharganya untuk kami Jen, bukan hanya untukmu."

"Pergilah ke ruangan itu, aku akan membuatkan teh untukmu." Chaeyoung menunjuk sebuah ruangan yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Jennie membuka pintu ruangan yang tadi ditunjuk oleh Chaeyoung. Yang pertama menjadi atensinya adalah lembaran foto dirinya yang tergantung rapi, beberapa ada yang ditempel dan dipasang dalam figura.

Napas Jennie tercekat saat melihat sebuah foto dengan tulisan disampingnya,

Dia bukan gadis sempurna, tapi aku mencintainyaDia tidak seindah Daisy, tapi aku menyayanginyaDia bahkan tidak sehangat senja, tapi  aku selalu merinduknya bahkan ditiap detik waktuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia bukan gadis sempurna, tapi aku mencintainya
Dia tidak seindah Daisy, tapi aku menyayanginya
Dia bahkan tidak sehangat senja, tapi aku selalu merinduknya bahkan ditiap detik waktuku.

Jennie kembali terisak sambil mengusap wajah yang ada dalam frame itu.

"Lisa.." lirih Jennie.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka, Chaeyoung melihat itu. Ada perih yang tidak bisa ia jelaskan saat melihat Jennie menangis.

***

Kau tahu Li, untuk pertama kalinya aku tidak bisa mengerti kata Rindu. Sejak pergimu, rindu itu hanya bisa aku rasakan sendiri. Aku ingin mengatakan jika aku merindukanmu dan aku ingin memelukmu tapi kalimat itu rasanya semakin menyakitiku.

Beberapa hari ini yang aku lakukan hanyalah menangis. Sambil mengingat kembali moment kebersamaan kita. Karena hanya dengan cara ini, aku bisa merasakan hadirmu...

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang