Sebuah Permintaan

5.2K 538 11
                                    

Lisa menatap langit-langit kamar rawatnya. Beberapa menit lalu eomma nya pamit pulang. Tak lupa memberi janji bahwa ia akan mengunjungi Lisa lagi esok hari. Lisa memejamkan mata, denyut dikepalanya tak kunjung hilang sejak ia membuka matanya. Lisa mendengus kesal.

'Kapan ini akan berakhir'

Ponsel Lisa berbunyi, dengan enggan ia mengambil ponselnya yang diletakan di nakas samping.

Nama Jennie tertera di layar ponselnya. Lisa segera menjawab telpon tersebut.

"J?" Sapa Lisa dengan perasaan senang.

"Aku hanya ingin mengingatkan padamu tentang ulang tahun appa."

Lisa terdiam, ingatan nya kembali pada perlakuan appanya beberapa jam lalu.

"J, apa kau baik-baik saja?" Tanya Lisa dengan suara pelan.

"Jauh lebih baik." Suara Jennie terdengar parau.

Lisa menahan laju air matanya saat mendengar suara Jennie. Rindu sudah menguasai hati dan pikirannya. Ia ingin memeluk gadis bermata kucing itu. Namun kenyataan lain menyadarkannya, perihal waktu yang ia miliki tidak lah banyak. Cepat atau lambat Jennie harus membiaskan diri tanpa kehadirannya.

Isak tangis Jennie di sebrang sana membuat sesuatu didalam dadanya berdenyut.

'Kamu harus terbiasa J.'

***

Lisa keluar dari kamar mandi, badanya sedikit lebih baik dibanding kemarin. Meski denyut dikepalanya belum hilang sama sekali. Namun ia bersyukur karena debar didadanya sedikit berkurang.

'Tolong bertahan untuk beberapa hari, jangan hentikan detakmu.' Pinta Lisa pada dirinya sendiri.

Lisa tersentak kaget saat melihat Jung Ahn berdiri dibelakangnya dengan pakaian formal.

"Hai, bagaimana keadaanmu?"

"Aku sudah sehat. Apa kau tidak bekerja?" Tanya Lisa. Jung Ahn tersenyum lembut seraya menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin bicara denganmu." Pinta Jung Ahn.

Lisa mengangguk, lalu mengajak Jung Ahn duduk di sofa. Ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan, terlebih rasa bahagia saat harapan yang selalu ia lapalkan terwujud.

Bisa duduk dan bicara dengan eommanya. Meski pembicaraan mereka terasa kaku karena Lisa merasa asing dengan ibunya sendiri.

"Apa kau sakit?" Tanya Jung Ahn memulai pembicaraan.

Lisa menatap Jung Ahn sejenak. Lalu menunduk.

"Bukan urusanmu." Jawab Lisa.

"Maaf jika aku mencampuri urusanmu. Aku... aku hanya ingin menebus kesalahan ku. Kemarin dokter memberi tahuku agar kau tidak kelelahan karena tubuhmu lemah. Ak-"

"Sudah ku bilang bukan urusanmu." Bentak Lisa.

"Aku akan membiayai pengobatanmu." Jung Ahn memegang tangan Lisa, beliau lalu bersimpuh di depan Lisa.

"Eomma mohon berobatlah. Eomma akan membiayai semuanya."

"Aku tidak sakit, aku baik-baik saja." Lisa berkata dengan lembut ia lalu menyuruh Jung Ahn duduk kembali di sampingnya.

"Aku baik-baik saja, percayalah." Yakin Lisa.

Jung Ahn memeluk Lisa erat, ia menangis dalam dekapan Lisa.

"Maafkan eomma."

Lisa mengurai pelukannya ia mengusap air mata yang mengalir dipipi Jung Ahn.

"Eomma gagal menjadi ibu. Maafkan eomma." Lirih Jung Ahn.

Lisa menggeleng, ia mengusap pipi eommanya.

"Semuanya sudah terjadi eomma, tolong jangan menyalahkan dirimu. Kau tahu? Aku senang akhirnya kau mau menemuiku lagi. Aku sempat takut saat kau melarangku untuk menemuimu. Aku takut jika aku bukan putrimu."

"Kau putriku Lisa, maafkan aku."

"Aku sudah memaafkanmu eomma. Tolong jangan menangis lagi." Pinta Lisa. Jung Ahn mengangguk seraya menghapus air matanya.

"Terima kasih sayang, eomma menyayangimu. Maaf tidak menemanimu tumbuh dewasa. Apa kau ingin sesuatu? Ponsel baru? Pakaian? Atau mobil?" Tawar Jung Ahn.

Lisa terdiam sejenak, "eomma, boleh aku meminta hal lain?"

Jung Ahn mengangguk antusias. "Katakan saja, kau ingin apa?"

Lisa menghembuskan napasnya perlahan, "Bisakah kau membiayai sekolah anak-anak panti? Mereka ingin sekolah tapi biaya sekolah di Seoul sangat mahal."

Jung Ahn mengangguk, beliau tak bisa menahan laju air matanya saat mendengar permintaan putrinya. Lisa tumbuh dengan baik.

"Besok aku akan pergi ke panti dan membicarakannya dengan pengelola panti. Ada hal lain yang kau inginkan?" Tanya Jung Ahn.

Lisa menggelengkan kepalanya, "tidak, itu sudah cukup bagiku."

***

When we first met
I never thought that I would fall
I never thought that I'd find myself
Lying in your arms

***

Lisa menyusuri jalanan dipinggiran kota Seoul. Setelah makan siang ditemani sang ibu, Lisa akhirnya diperbolehkan pulang. dr. Mino sebenarnya melarang Lisa pulang namun dengan sedikit paksaan ia akhirnya diperbolehkan pulang dengan syarat seminggu lagi ia harus kembali memeriksa perkembangan jantungnya.

Jung Ahn sebenarnya menawarkan untuk tinggal bersamanya namun Lisa menolaknya. Ia takut merusak rumah tangga Jung Ahn karena belum tentu suami dan anaknya bisa menerima Lisa.

Lisa berhenti disebuah toko barang bekas.

"Lisa!" Panggil pemilik toko dari dalam toko. Lisa tersenyum kearahnya. Gadis jangkung itu lalu membuka pintu toko.

"Lama tidak mampir ke sini. Apa kau sudah makan siang?" Tanya tuan Lee, pemilik toko.

Tuan Lee menghampiri Lisa, lalu menyuruhnya duduk dikursi tamu.

"Aku sudah makan siang paman, oh iya, aku ingin menjual sesuatu." Lisa merogoh sesuatu dari saku hoodienya.

"Aku ingin menjual ponsel ini."

***

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang