Melupakan

5.5K 577 17
                                    

Mobil yang dikendarai Lisa berhenti dihalaman parkir rumahnya, lebih tepatnya rumah appa dan eommanya, ibu kandung Jennie. Wajah lelah jelas terlihat diwajahnya. Tangannya sedikit gemetar saat membuka seatbealtnya. Lisa memejamkan matanya berusaha menghilangkan debar yang terasa menyakiti dadanya.

Lisa menoleh ke arah Jennie yang tertidur lelap disampingnya. Perlahan senyum terbit dari bibir pucatnya. Sekuat tenaga ia berusaha mengumpulkan energinya untuk membawa Jennie ke kamarnya.

Pembantu dirumah Seung Heon dengan sigap membuka pintu. Lisa membawa Jennie ke lantai dua, dimana kamar Jennie berada. Lisa membaringkan Jennie dengan hati-hati.

"Arghhss." Ringis Lisa. Sakit itu semakin menjadi. Lisa memegangi dadanya yang terasa sakit. Keringat dingin menetes dari helaian poni yang menutupi dahinya.

Lisa mencoba mengatur napasnya, sialnya obat yang selama ini ia konsumsi tertinggal di apartemennya. Ia terlalu antusias hingga lupa membawa obatnya.

Butuh waktu tiga menit untuk meredakan sakit di dadanya. Lisa menghela napas lelah. Bibir pucatnya tersenyum saat melihat Jennie yang tertidur pulas. Perlahan dia mendekatkan bibirnya ke dahi Jennie dan mengecupnya untuk beberapa detik.

"Good night J."

***

"Aku ingin bicara denganmu." Suara seorang pria paruh baya menyapa indera pendengaran Lisa saat ia baru saja menginjak anak tangga paling bawah.

"Apa ada hal penting yang ingin appa bicarakan?" Tanya Lisa. Sejujurnya ia ingin menolak. Saat ini tubuhnya perlu istirahat.

"Tentu saja. Banyak yang harus kita bicarakan. Terutama tentang kelakuan gila kamu yang mengajak putriku memiliki hubungan sesama jenis."

Deg!

'Appa sudah mengetahuinya.'

"Kau kaget aku mengetahuinya hmm?" Tantang Seung Heon.

Lisa mengatur napasnya, sakit didadanya kembali terasa.

Plak!

"Aku menyesal memiliki anak sepertimu. Kenapa kau harus lahir hah?"

Lisa memejamkan matanya, sakit akibat tamparan appanya tidak sebanding dengan sakit yang digoreskan appa dihatinya.

"Pantas saja eomma mu tidak mau merawatmu." Senyum sinis Seung Heon berikan.

"Kau ternyata bukan wanita normal."

Lisa menundukan wajahnya, tidak berani menatap wajah appanya yang diselimuti amarah.

Haruskah ia marah pada tuhan mengapa ia dilahirkan?

Haruskah ia marah pada tuhan karena memberinya rasa yang tak wajar ini?

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa Lisa ucapkan saat ini.

"Pergilah, dan jangan pernah temui putriku lagi. Dia akan aku jodohkan dengan putra dari keluarga Jongin."

"Tapi aku juga putrimu appa?"

Seung Heon memalingkan wajahnya, enggan menatap mendung diwajah Lisa.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi."

Air mata Lisa mengalir tanpa bisa ia cegah. Rasanya sakit sekali.

'Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi'

***

Lisa mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sakit yang sedari tadi ia rasakan tak terasa karena dikalahkan oleh rasa amarah.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang