#awalan#

38 2 0
                                    

Seorang gadis berdiri di depan cermin dengan balutan seragam putih abu abunya.
ANISA……!!!suara kencang dari si ibu yang membuat gadis yang dipanggil Anisa itu langsung turun ke tempat makan untuk sarapan pagi.

Anisa Cahya Grazill perempuan yang akrab disapa Anisa itu, anak pertama dari 3 bersaudara Hasan Abas Grazilleano dan Naufal Putra Grazilleano kedua adik dari Anisa.

Anisa yang telah sampai ruang makannya mendapati kedua adiknya dan orang tuanya yang sedang menunggunya untuk sarapan.
Saat akan diduduk dan mengambil sarapannya  sebuah suara membuyarkannya dari aktivitasnya.

“tau gak lo tu lama amat ngapain aja di kamar” kesal Hasan adik Anisa yang pertama yang masih kelas 9 SMP.

“dandan dong masak gitu aja gak tau sih” ucap Anisa dengan nada sok nya.

“dandan aja lama banget udah kayak seabad tau gak kesal kita nungguin Lo tu” ucap Hasan yang masih kesal dengan tingkah kakaknya yang satu ini.

“lagian kalau muka Lo udah gitu mau didandani atau dikasih apapun ya masih gitu gitu aja gak berubah sama aja jeleknya” ejek Hasan yang membuat wajah sang kakak merah padam menahan amarahnya.

“APA LO BILANG GUE JELEK TAU GAK GUE ITU CANTIK BIN BUANGET GAK PAKEK TITIK ATAUPUN KOMA INGET ITU DAN JANGAN BILANG GUE JELEK GUE ITU DANDAN CUMA PAKEK BEDAK BABY SAMA LIPTINT ITU AJA DENGER GAK” ucap Anisa yang marah dengan kata kata dari Hasan yang dilontarkan kepada dirinya dan itu membuatnya tidak terima.

“aduh bisa gak sih gak usah teriak teriak budek ni kuping denger teriakan Lo yang kek kaleng rombeng diseret” ejek lagi Hasan sambil menutup telinganya karena mendengar suara teriakan dari Anisa.
“LO ITU JANG—”
“udah kalian berdua jangan berantem terus”potong Bastian ayah Anisa.
“ya yah” ucap Anisa dan Hasan bersamaan

Dan mereka melanjutkan sarapannya yang mulai tertunda, hanya ada suara dentingan sendok bergesekan sampai suara menghentikan aktivitas mereka lagi.

“oh ya Anisa kamu sekolah naik apa? Kalau montorkan di bengkel gara gara kamu buat rusak kemarin ”ucap Bastian yang mengingat gimana putrinya ini mengendarai sepeda montornya yang baru dibeli 2minggu lalu menjadi rusak gara gara Anisa bawa montornya ngebut sampai jatuh ke parit.

“Anisa bawa mobil aj—”
“mobilmu kan dibengkel mau diservis”
“Kamu berangkat bareng Hasan aja ya, ayah gak bisa ngantar kamu ke sekolah soalnya tadi ada meeting dadakan ” ucap Bastian sesekali menyesap kopinya.

Anisa tampak berfikir sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan ayahnya kan lumayan irit uang jajan heheheh….

“ya bagus kalau begitu”
“tapi yah emang Hasannya mau”
“ya maulah kan Hasan” tanya sang ayah kepada Hasan yang sedang fokus dengan ponselnya.

“ya yah mau apa”tanya Hasan bingung karena dari tadi ia sibuk chatingan dengan gebetannya.

“nanti kakak berangkatnya sama kamu”
“engg–”
“gak ada penolakan mobil sama montor kakakmu dibengkel terus ayah gak bisa anter kakakmu kan sekolahmu sama sekolahnya kakak searah”potong Bastian karena mengerti apa yang akan diucapkan putranya itu.

“ya deh”pasrah Hasan

Akhirnya mereka melanjutkan aktivitas sarapannya lagi, sampai selesai.
Anisa dan Hasan sudah menyudahi sarapan dan menghampiri orang tua mereka untuk berpamitan ke sekolah.

“ayah bunda Nisa berangkat dulu ya”ucap Anisa berpamitan dan mencium punggung tangan orang tua mereka.
Tak lupa juga pamitan dengan si kecil Naufal yang baru saja belajar berjalan.

“naufal kakak Nisa pamit mau beyangkat cekolah duyu ya, vavalnya angan bandel entar puyang cekolah kakak Nica bawain Vaval pemen mau kan” ucap Anisa menirukan suara cedal anak kecil.

Love SkenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang