Kini Ririn dkk hendak mencari pergi Anisa yang hilang entah kemana setelah cek Cok dengan Ali.
Mereka menyusuri ruang demi ruang, sudut demi sudut, dan berakhir di taman belakang sekolah yang katanya terkenal angker itu.
Hu.…….… hu…….hu……terdengar suara tangisan perempuan dari arah taman belakang sekolah.
"Eh, bunyi apaan tuh" ucap Ririn takut karena mendengar suara tangisan perempuan dari arah belakang sekolah lalu bersembunyi di belakang zia.
Bunga yang juga mendengar tangisan cewek itu juga mulai takut. "Eh iya suara apaan tu? Tanya Bunga yang juga ikutan nimbruk sembunyi di belakang Zia yang membuat si empu merasa risih."Kayak suara cewek nangis" ucap Ella yang juga mendengar tangisan itu.
"Iya, sepertinya dari arah taman belakang sekolah" ucap Uut menunjuk ke arah taman belakang sekolah."Tapi kan taman itu katanya angker?" Ucap Cindy mulai takut takut.
"Tapi masa hantu di siang bolong" ucap Zia mulai meragukan.
"Kan bisa jadi hantunya malas keluar malam jadinya mencari suasana baru gitu" ucap Ririn tak logis.
"Aneh Lo" ucap Ella yang hanya geleng geleng mendengar ucapan Ririn. Sepertinya saat pembagian otak Ririn lagi absen makanya nalarnya jadi putus putus."Tapi bisa jadi sih" ucap Cindy yang menyetujui ucapan Ririn walau gak logis tapi bisa jadi kan kita aja gak tahu juga pikirnya.
"Eh Sin, sejak kapan Lo ikutan bego kayak Ririn" ucap Ella yang tak percaya ucapan dari Cindy. Sepertinya penyakit dari Anisa menular ke Ririn lalu ke Cindy, harus jaga jarak aman biar gak ikutan virus Anisa."Ye….kan gue cuma bilang bisa jadi ajak kan" ucap Cindy tak terima dikatai bego
"Yuk, coba kita samperin" ajak Zia.
Mereka pun mengikuti arah suara tangisan cewek yang katanya dari taman belakang. Hawa mencekam ditambah suasana yang sepi membuat bulu kuduk merinding.
Hiks…..hiks……hiks……tangisan itu semakin keras membuat mereka menelan Saliva takut takut, tapi karena di Liputo rasa penasaran, mereka bertujuh memantapkan langkahnya hingga sampai di taman belakang.
Terlihat Seorang perempuan yang memakai seragamnya yang sama dengan yang mereka pakai, duduk sambil menangis, rambutnya yang panjang terurai menutupi seluruh wajah karena perempuan itu menunduk.
"Itu perempuan, manusia atau jadi-jadian" ucap Ririn takut takut.
"Itu manusia!, Lo gak lihat kakinya napak di tanah" tunjuk Uut mengarah ke kaki si perempuan itu."Eh iya napak?" Ucap Ririn setelah melihat kaki si perempuan itu.
"Emmm mbak, dek eh kamu kenapa nangis." Tanya Fia mulai mendekat walau ragu."Aaaaaaaa………"jerit Bunga, Ririn, dan Cindy yang lain pada biasa aja walau agak sedikit terkejut.
Perempuan itu, ternyata Anisa yang sedang duduk sambil menangis mana kelihatan seram lagi, Anisa terlihat menyeramkan ketika menangis, mata merah dan membengkak, hidung yang memerah mengeluarkan sedikit ingus ditambah lagi suaranya tangisannya yang udah kayak kuntilanak.
"Hampir copot jantung gue" kaget Ririn sambil mengelus dadanya.
"Ya ampun Sa, kita cariin Lo kesana kemari eh tau taunya malah nongkrong disini? Mana tangisan Lo udah kayak mbak Kunti lagi." Ucap Bunga juga sedikit terkejut."Iya, merinding gue denger tangisan Lo" ucap Cindy yang mengingat tangisan Anisa.
"Udah Anisa, jangan di bully terus dong "ujar Fia yang kasihan melihat kondisi Anisa.
"Anisa, Lo kenapa?" Tanya Uut.
"E…….gu- gue gak papa kok, maaf udah bikin kalian khawatir" ujar Anisa merasa bersalah dengan suara bergetar."Ya itu memang benar Lo sek— aww sakit kaki gue, tadi kepala sekarang kaki, kalian hoby banget yang nyiksa gue. Iri ya Lo semua!"tuduh bunga dengan nada sombongnya diakhir kalimat.
"Udah udah kalian ini liat dong Anisa, kalian gak kasihan sama dianya?" Ucap Fia melihat kondisi Anisa yang memprihatinkan.
"O iya soyyy peace "ucap bunga sembari menunjukkan jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V.
"Nis, Lo kenapa cerita deh sama kita? Daripada Lo Pendem sendiri" tanya Uut.
"Iya Sa, kita ini sahabat lo, jadi Lo jangan pernah ngerasa sendiri"ucap Zia berusaha menenangkan Anisa sambil mengelus punggungnya AnisaAnisa melihat sahabatnya satu persatu lalu menghela nafas "ok, gue cerita jadi...........? Gitu.......?"ucap Anisa mengakhiri ceritanya.
"Bangs*t tu Vania, gak habis pikir gue sama dia!"kesal Ella setelah mendengar ceritanya Anisa.
"Pengen di mutilasi tu anak" ucap Zia membuat semua orang didekatnya merinding."Kalau di perbolehkan membunuh orang itu sah, gue bunuh tu anak terus gue karungin, gue buang ke sungai Amazon biar di makan sama anaconda ha.....ha...ha..." kesal Bunga sambil tertawa jahat.
"Sadis amat mbak" ujar Ririn geleng geleng kepala.
"Biarin biar tau rasa, Bunga di lawan! Lo juga nis Lo kok gobl*k banget sih jadi cewek mau maunya Lo di perdaya sama tu cabe!" Kesal Bunga terhadap Anisa.
Dari cerita yang sudah diceritakan, keaimpulannya Anisa itu terlalu lembek kalau dengan Vania, sihir apa yang di gunakan vania bisa bisanya menyuruh Anisa buat mutusin Ali pikir bunga."Udah sekarang lebih baik Nisa gak usah pikirin masalah itu, jika bertemu dengan Ali ataupun vania bersikap biasa aja seolah tidak terjadi apa apa ok?" Ucap Fia menyemangati.
"Wihhhhhh salut gueh sama Lo Fi" puji Cindy membuat Fia tersipu malu.
"Ya udah ke kelas yuk, udah pergantian jam nih?" Ujar Zia melirik ke arah jam di pergelangan tangannya.Mereka berdelapan pun pergi menuju ke kelas mereka, tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar cerita mereka.
"Lo ternyata masih belum move on dari Ali, tapi kenapa hati gue rasanya sakit ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Skenario
Teen FictionTuhan telah menyiapkan skenario sendiri terutama masalah cinta tapi apakah sama dengan masalah percintaan yang satu ini. Anisa Cahya Grazill gadis yang akrab disapa Anisa. Cantik? Biasa saja Pinter? Rata-rata Cerewet? Pakek banget Biang masalah! +++...