Aku ayudi senja. Sunset adalah penenang bagiku. Warna favorit-ku peach dan orange. Dan kesayanganku adalah kamu.
✴✴✴
"Bim sumpah ya lo nyapa gue kayak gitu banget. Gue kira siapa anjirr"
Aku sekarang sedang berada di tempat kupat tahu langgananku di Bandung. Ditemani oleh temanku yang tadi bertemu di angkot.
"Ya gue pengen tau aja lo masih inget gue apa enggak. Sumpah gue ngakak banget ngeliat ekspresi lo waktu tadi liat gue" bimo tertawa sangat lebar membuatku mengerucutkan bibir seksiku ini.
Bimo ini teman semasa Smp-ku dulu. Waktu Smp aku pernah sekolah dibandung tapi cuman bertahan sampai kelas 2 semester 1 aja. Selanjutnya aku pindah lagi ke jogja dengan orangtuaku. Bimo adalah satu-satunya temenku waktu itu.
"Udahlah jangan bahas itu lagi. Malu gue" ucapku lalu melahap suapan terakhir kupat tahu di piring.
"Lo sekarang dimana? Lama kita gak kabar-kabaran. Penampilan lo beda banget deh yu" bimo memperhatikan dari atas sampai bawah.
Memang dulu penampilanku bukan seperti sekarang. Kalian juga tau lah kalo dulu belum semodern sekarang. Perubahan zaman membuatku berubah juga.
"Masih aja lo manggil gue ayu" ku pukul pelan bahu nya. "Gue sekarang di jakarta. Karna kuliah gue dijakarta,jadilah mencari rupiah pun di sana" lanjutku.
Bimo dari dulu selalu memanggilku ayu. Katanya lebih cantik kalo aku dipanggil ayu. Padahal sama saja. Dasar dia..
Dulu aku pindah lagi ke jogja karna sudah gak tahan lagi disini. Aku tidak punya teman selain bimo. Tidak ada yang mau mendekatiku,karna katanya aku anaknya gak gaul. Aku kira orang Bandung semua-nya baik-baik. Ternyata tidak semuanya.Aku ingat dulu pernah dikunci dikamar mandi dan di lempari telur. Sejahat itu mereka padaku dulu. Padahal aku selalu berbuat baik pada mereka. Tapi mungkin susah sekali untuk mereka membalasku.
"Heh ngelamun maneh*" bimo menoyor dahi ku pelan. "daritadi gue ngomong ga didenger ya?" tanyanya.
Aku mengusap-ngusap dahiku "Ah sakit woy. Gue cuman inget aja dulu pernah dibully"
"Masih inget ternyata lo,gue kira lo berubah gini karna udah lupa"
"Justru gue berubah gini karna kejadian itu" aku tersenyum miris "Udahlah gak usah bahas yang ga faedah" lanjutku.
***
Setelah tadi dipasar makan kupat tahu dengan bimo. Kini aku sedang makan ubi goreng buatan nenek. Perutku gak akan pernah kenyang kalau disini. Tadi aku dan bimo tidak ngobrol banyak,karna bimo buru-buru pergi untuk mengajar. Gak menyangka ternyata seorang bimo bisa jadi guru sekolah dasar. Padahal dulu ia sangat nakal sekali. Waktu bisa merubah segalanya ternyata.
Sekarang sudah pukul sepuluh pagi. Aku sudah siap berangkat dengan kamera dileherku. Hari ini aku mau ke alun-alun Bandung. Sudah lama aku tidak ke sana. Pasti banyak sekali yang berubah dari tempat itu.
Setelah pamit pada nenek. Aku langsung pergi untuk menunggu angkot. Karna jarak rumah nenek dan tempatnya dekat,jadi aku memutuskan untuk naik angkot saja. Irit ongkos.
Sesampainya di alun-alun aku langsung bergegas ke tempat lapang hijau yang alasnya memakai rumput sintetis. Ternyata bandung di siang hari sangat panas. Tapi bedanya disini aku masih bisa merasakan sejuknya angin.
Aku duduk diatas rumput dan mengeluarkan buku didalam tasku. Sudah banyak ide yang akan aku luapkan dalam buku ku ini.
Tapi belum lama,Handphone-ku berdering. Telpon dari mbak asih.
"Hallo mbak ada apa?"
"Teh senja dimana?Darah tinggi nenek kambuh lagi."
"Sekarang kalian dimana?"
"Sekarang mbak lagi bawa nenek dirumah sakit. Rumah sakit harapan teh"
"Oke mbak sekarang aku ke sana"
Aku segera membereskan barang-barangku. Aku khawatir sekali dengan nenek. Nenek memang punya penyakit darah tinggi dari dulu. Tapi gak pernah dibawa kerumah sakit seperti sekarang.
Setelah sampai Rumah sakit yang Mbak Asih beritahu. Aku langsung menuju ruangan tempat dimana nenek dirawat. Jantungku sudah tak tenang memikirkan bagaimana keadaan nenek.
Ruang angrek!ini dia!
Ku dorong pintu. Terlihat ada seorang dokter yang tengah memeriksa keadaan nenek. Nenek masih memejamkan matanya. Air mataku yang sejak tadi aku tahan,kini turun dengan deras. Aku gak tega liat nenek terbaring diranjang rumah sakit seperti ini.
"Gimana keadaan nenek mbak?"
"Gatau teh. Masih di cek dokter"
Dokter yang memeriksa nenek sudah selesai. Ia membalikan badan.
"Kamu?" aku terkejut ketika melihat orang dihadapanku."Kamu yang di stasiun kan?"
Dia tersenyum "Iya betul. Ini nenek kamu?"
Aku menghapus air mataku "Iya. Gimana keadaannya?"
"Mari ikut saya sebentar"
Dia membawaku keluar ruangan nenek. Lalu masuk ke sebuah ruangan. Mungkin ini ruangan tempatnya bekerja. Dia mempersilahkan aku duduk.
"Nenek kamu keadaannya sudah membaik. Tekanan darahnya juga sudah mulai stabil. Nenek kamu jangan terlalu kecapean. Itu penyebab utamanya sampai beliau tekanan darahnya naik drastis. Lebih baik beliau dirawat inap terlebih dahulu disini. Sampai tekanan darahnya benar-benar stabil."
"Tapi nenek saya gak terlalu parahkan?"
"Tidak. Tapi sebelumnya apa beliau pernah dibawa ke rumah sakit?"
"Nenek selalu nolak. Dia tuh ga nurut sama anak cucunya. Padahal kan kami ingin yang terbaik buat dia" aku menangis lagi. Aku menangis karna khawatir sekaligus kesal pada nenek.
"Nenek kamu tidak apa-apa. Tapi mungkin sebaiknya ia harus chek up setiap bulan nya ke sini"
"Baik dok Terimakasih"
"Ini sudah tanggung jawab saja." Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku "Saya ardhito. Kita belum sempat berkenalan waktu itu"
Aku menghapus jejak air mataku lalu membalas jabatan tangannya. "Saya ayudi senja. Oh iya saya belum menebus kesalahan saya waktu itu"
"Tidak usah. Saya sudah ikhlas kok"
"Tidak tidak aku harus menebusnya. Tapi tidak bisa sekarang saya harus melihat dulu kondisi nenek saya"
"Santai aja. Kapan-kapan saja"
"Kalau begitu saya permisi dok"
Aku harus melihat kondisi nenek.
✴✴✴
Maneh:Kamu
Chapter dua akhirnya publish!!yeay!
Monmaap nih kalo gaje dan kependekan.
Kalo ada typo tandai yup.
Dann....
Jangan lupa budidayakan kasih bintang ya guys!!
Satu bintang dari kalian adalah semangat untukku huhuhu:')Have a nice day!♥
![](https://img.wattpad.com/cover/212873165-288-k88683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika Kita Bertemu
Fiksi UmumPertemuan pertama yang ku inginkan bukanlah seperti ini. Bertabrakan dan tertupahkan segelas kopi di bajuku. Seperti pertemuan pertama anak sma saja. Tidak ada namanya cinta pandangan pertama. Kita selalu bertemu saat keaadaanku tak baik. Tapi ent...