Brukk
Ashley lagi lagi ambruk atas tendangan yang diberikan pengurus panti padanya. Ia mengusap gaun panjangnya yang kotor karena terjatuh diatas tanah. Ia berdiri tegak menatap mata ibu panti yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kesal.
"Dasar anak tidak tau diuntung!! Kau berani menatapku dasar sialan?!"
Ibu panti menjambak rambut panjang nya dengan tega. Rambut hitam yang mungkin sudah berminggu- minggu tidak dicuci. Hidupnya sangat mengenaskan, ibarat diberi makan dua hari sekali sudah sangat cukup menguntungkan baginya.
Air mata Ashley meronta keluar bersamaan dengan tubuh kecilnya yang kembali ambruk ditanah. Lebam-lebam biru keunguan itu dengan sengaja ditekan ibu panti menggunakan kaki tua nya.
"Maaf Bu" kata maaf bahkan tak terhitung jumlahnya. Kata yang bahkan Ashley tak tahu maknanya, ia tidak tahu letak kesalahannya.
"Kau menjijikan! Harusnya aku menyesal menikahi pemabuk itu! Ayah sialanmu itu bahkan menghamili pelacur dan itu ibumu. Ibumu pelacur! Kuharap kau juga pelacur"
Makian yang menjadi makanan sehari-hari bagusnya itu kembali berdengung ditelinga nya yang mungil. Dirinya yang lahir dari orang ketiga antara pasangan suami istri yang mempunyai panti membuatnya tampak menyedihkan.
"SIALAN KAU PELACUR!" hentakan tangan itu mengakhiri tarikan dirambutnya.
Rose mengeluarkan ikat pinggang kulit dari lemari. Dan melecutkan ikat pinggang itu untuk yang kesekian kalinya ditubuh Ashley.
Akhh
Pekikan itu membuat Rose semakin gencar melecutkan ikat pinggangnya. Gadis mungil itu berusaha sekuat tenaga menahan desisan kesakitan dari mulutnya. Tangannya bahkan tak mampu lagi untuk menahan lecutan itu. Tubuhnya terlalu lemah untuk menghindar dan bertahan. Hingga detik terakhir ia menutup mata lecutan itu semakin kuat serta tarikan pada tangannya yang membuat dirinya harus bangkit.
"Aku tak mau ada mayat dirumah ini! Sebaiknya kau pergi" dorongan pada punggungnya membuat Ashley berjalan tak tentu arah di trotoar pinggir jalan. Rose selalu menyiksanya saat tengah malam ataupun dini hari.
Maka disinilah Ashley, dibawah naungan hujan dan gelapnya malam. Kakinya dengan lemas bergerak menyebrangi jalan, ujung matanya menatap kilauan lampu mobil membuatnya pasrah akan takdir. Ia terjatuh di tengah jalan, bibirnya bergetar kedinginan sambil terus mengungkapkan doa pada Tuhannya.
Decitan rem dan ban mobil yang hampir mengenai kepalanya. Samar samar dirinya melihat seorang pria yang menghampirinya.
Hingga akhirnya Ashley merasa tak kuat lagi dan menutup matanya.**************
Lucas menatap pintu ruangan didepannya. Tangannya sesekali mengusap tengkuknya yang tak gatal.
Dia kembali mengingat bahwa dirinya benar-benar belum menabrak gadis itu. Lalu kenapa gadis itu pingsan dan berdarah?!
"Cari tau gadis itu dan laporkan segalanya. Urus dia ketika sudah bangun"
Lucas berdiri dan memberikan perintah pada orang kepercayaannya sekaligus sekretaris nya. Langkah besarnya mengarah pada ruang kerja mewah di dalam rumahnya. Pria itu mendelik dan mendengus kecil ketika mendapati kedua orang tuanya tengah asik bercumbu. Kedua insan itu bahkan tak menyadari anaknya berada diambang pintu.
"Oh shit, lakukan aktivitas kalian di rumah kalian sendiri"
Lucas berjalan kemeja kerjanya. Tangannya mengusap kepala belakangnya ketika sang ayah melemparkan sepatu di kepalanya.
"Kau mengumpat padaku pria kecil?" Dom menatap tajam anaknya. Berbeda dengan Barbara istrinya, wanita itu dengan santai turun dari pangkuan Dom dan memeluk Lucas.
"Oh my baby"
Dom kembali mendelik ketika istrinya memanggil Lucas dengan sayang. Dia melayangkan tatapan tak setuju pada Barbara yang dibalas hanya dengan dengusan malas.
"Mom" balas Lucas sambil memeluk ibunya dan menelusupkan kepala di tubuh ibunya.
"Lucas, siapa gadis yang kau bawa kemarin?" Usapan lembut dikepalanya membuat Lucas merasa nyaman.
"Entahlah, aku menemukannya di tengah jalan" Lucas semakin mempererat pelukannya ketika Dom datang dengan tatapan kesalnya.
"Baik cukup. Barbara, ayo pulang sayang" Dom menarik tangan istrinya untuk keluar dari ruangan putranya.
"Ayah, kau mau ke mana?" Teriak Lucas ketika ayahnya sampai di ujung pintu.
"Entahlah Manhattan mungkin? Atau Luxembourg?" Kekehan itu membuat Lucas semakin yakin bahwa ayahnya itu tidak berniat untuk jalan jalan melainkan untuk menghabiskan waktu seharian didalam kamar bersama dengan istri kesayangannya.
"Ah yeah jaga gadis itu. Dia gadis menyedihkan dan kurang beruntung, kau tau?"
Lucas menggeleng ketika orang tuanya sudah keluar dari ruang kerjanya. Ayahnya itu begitu cepat mendapat informasi.
Dia hanya bisa menggeleng dan kembali duduk di meja kerja. Tangannya dengan lincah bergerak di atas benda-benda elektronik itu.
Sorot matanya terlihat sangat fokus namun akhirnya pecah juga ketika mengingat tentang gadis yang dia tabrak beberapa saat lalu.
Dia benci mengakuinya, tapi Lucas sangat tidak suka berhutang budi. Jika dia benar-benar menabrak nya, maka gadis itu atau keluarga nya pasti meminta tebusan uang yang cukup banyak mengingat dirinya berasal dari keluarga D'Andreas.
Tepat ketika dia sedang memikirkan nya, seorang asisten nya datang dan menjelaskan perihal gadis yang dia tabrak.
Lucas menutup matanya ketika mendengar latar belakang Ashley. Dia turut berduka atas apa yang terjadi pada seorang gadis tak berdosa, namun sekarang dia harus berpikir tantang fakta bahwa dirinya tidak menabrak seinchi pun gadis itu.
"Pindahkan dia ke gudang belakang"
"Tuan, dia masih kecil dan masih butuh perawatan. Dan saya pikir gudang belakang bukan tempat yang cocok" ujarnya kasihan.
"Kau mau berceloteh atau bagaimana? Lakukan saja apa yang aku perintahkan" jawabnya tanpa kasihan.
Asisten itu berkeringat dingin dengan perkataan tuannya. Namun dia juga tidak tega perkara gadis mungil itu.
Maafkan kakak, dik.
"Baik tuan. Segera"
Pria itu kemudian pergi dan meninggalkan Lucas dengan segudang pikirannya. Dia memikirkan apa dia terlalu kelewatan tentang hal ini.
Tapi kupikir itu tidak masalah mengingat gadis kecil itu pasti akan merepotkan nya setelah ini.
Bayaran yang setimpal untuk biaya makan dan perawatan, bukan?
Tidak adanya gunanya berceloteh sendiri. Lebih baik dia pergi dan bertemu dengan mainan barunya.
Semoga kali ini tidak membosankan seperti yang kemarin.
***********
Jadi guys ini masih flashback belum cerita yang sebenarnya. Ya gitu deh pokoknya. Yang mau lewat lewat aja soalnya mungkin ini sampe beberapa part. Buat parts yg bagian flashback pendek ya jadi dimaklumin. Nanti buat ceritanya baru normal mungkin bisa sampe 2k words
.
.
.
.
.
.So, jangan lupa vote and comment.
Enjoy. >3
.
.
Oh iya yang mau recommended castingnya boleh comment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweets Jerk [END]
Non-FictionAshley Aurora Adison [19] Gadis muda yang terpaksa bersikap dewasa ketika berhadapan dengan Tuan manjanya. Tuan yang bahkan ketika pertama kali bertemu dengannya, dengan sangat tega menendang luka luka di sekujur tubuhnya. Ashley terpaksa menetap...