Prologue

85 9 0
                                    

"Den, bentar. Tolong bantuin gue buat grafik!"

Kenzo menahan pergelangan tangan Dena yang hendak menyusul temannya. Wajahnya memelas, meminta bantuan.

"Gak."

"Tolong banget.. gue gak bisa."

"Bodo."

"Ayolah.. lo, kan, baik."

"Nggak. Gue jahat."

"Dikit lagi laprak gue kelar. Tinggal buat grafik." ucapnya masih memelas. Deadline membuatnya misuh-misuh sendiri. Tinggal sejam lagi laporan itu akan dikumpulkan tetapi ia masih belum selesai. Ya, salahkan saja Kenzo yang malas itu.

"Bacot. Itu juga laporan lo tinggal nyontek sama gue."

"Nah, justru itu. Karena gue nyontek laprak lo, sekalian ya buatin grafik. Biar samaan." Kenzo nyengir kemudian dibalas pukulan dari Dena yang sudah sangat kesal. "Mampus aja lo!"

Kenzo mengaduh. "Sakit, goblok!"

"Minggir." Dena bersungut marah. Ia sudah ditinggal temannya. Perutnya sudah lapar. Satu jam lagi praktikum akan dimulai, ia harus mengisi perutnya.

"Tolongin gue, Dena!"

"Ish bacot banget sih, Zo! Gue males ah. Bikin sendiri. Tangan masih utuh, kan?" ucapnya kesal. Kenzo sangat mengganggunya.

Oke, jurus terakhir.

"Denasha Aratha, gue traktir lo es krim matcha depan fakultas teknik tapi lo bikinin grafik gue. Gimana?" ucapnya sambil tersenyum miring. Kenzo tahu kelemahan Dena.

Dena diam. Kemudian dia menggeram kesal. Sangat sulit untuknya menolak tawaran itu. Dena misuh-misuh, merasa kesal karena Kenzo tahu apa kelemahannya.

"Oke! Tapi.."

"Tapi?"

"Beliin tiga?"

"Sepuluh pun boleh. Asal grafik gue lo bikinin."

"Okee!!" ucapnya sambil tersenyum riang.

Nah kan, begitu saja Dena sudah luluh. Sikapnya yang galak akan selalu kalah jika sudah berhubungan dengan es krim berwarna hijau itu.

Kenzo tersenyum penuh kemenangan. Dia menyerahkan laporan praktikumnya. "Eh, Den. Sekalian kumpulin yaa?"

Nah kan, memang Kenzo tidak tahu diri.

"Tapi nambah lagi es krimnya."

"Siap, sayang."

"Geli, anjir."

"Hahahaha.. oke makasih ya, Den." ucapnya kemudian cabut bersama teman-temannya.

Kenzo tersenyum. Ia selalu tahu kelemahan Dena. Ya, dia tahu. Dia licik. Namun ia bergantung pada Dena. Dena anak yang rajin, ia juga cukup pintar. Beruntung sekali Kenzo sekelompok dengannya. Bukannya Kenzo bodoh, hanya saja, ia terlalu malas.

Makanya sangat cocok, kan, dengan Dena yang rajin itu?

TBC

***

Wah apa ini? Iya tau sangat ambyar.
Bodo lah, semoga suka!

Makasih yang udah mau mampir. Vote dan komen yaa

Salam,

azzahraryi.

Matcha Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang