Chapter 3

58 4 0
                                    

Fisika 19 sedang duduk memperhatikan Pak Heri yang sedang menjelaskan tentang aliran filsafat pendidikan. Semuanya terlihat malas-malasan walaupun berakting seperti mendengarkan Pak Heri berbicara. Mereka tidak begitu menyukai Pak Heri karena beliau sangat disiplin. Beda sekali dengan anak-anak fisika 19 yang santai dan kebanyakan mahasiswanya sangat berisik.

Pak Heri dengan gelar profesornya sangat tegas dan tidak ada toleransi bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertibnya. Bagi siapapun yang masuk ke kelas Pak Heri saat Pak Heri sudah berada di kelas, harus segera disadarkan bahwa ia tidak diizinkan masuk. Karena peraturan Pak Heri; mahasiswa harus masuk sebelum beliau sampai di kelas dan diharapkan bagi mahasiswa untuk memakai kemeja bagi yang cowok dan pakaian sopan untuk cewek. Tidak boleh memakai kaos dan tidak boleh memakai sendal. Harus memakai sepatu.

Karena hal itu, teman-teman Dena dan Kenzo termasuk mereka berdua harus sudah berada di kelas sebelum Pak Heri masuk dengan pakaian yang sopan. Tentu saja mereka tidak cari mati dengan bercanda di kelas Pak Heri. Bisa dapat teguran juga. Apalagi perkataan Pak Heri sangat menusuk. Jadi lebih baik menyimak baik-baik. Ah, tapi untuk Kenzo, dia hanya mendengarkan saja. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Lalu sesekali menunduk untuk menguap.

Bukan Kenzo saja, Dena juga begitu. Bahkan Salsa teman Dena asik menonton drama korea saat mata kuliah Pak Heri. Dena sampai berdecak kagum melihat Salsa yang dengan santai menyumpal telinganya dengan earphone.

Ya, begitulah kelas mereka.

Mungkin orang lain beranggapan bahwa fisika adalah jurusan yang sulit dan hanya diisi oleh mahasiswa yang ambisius. Hal itu tidak berlaku untuk kelas Dena dan Kenzo. Karena nyatanya, mereka lebih senang tertawa dan tidak begitu memperdulikan tentang tugas.

"Minggu depan sepertinya Bapak tidak bisa hadir. Bapak harus ke Papua. Kalian buat lima kelompok untuk menjabarkan aliran filsafat pendidikan. Minggu depan tolong kasih makalahnya ke saya dan letakkan di meja saya. Minggu depannya lagi baru kita presentasi. Paham?"

"Paham, Pak," ucap mereka serentak.

"Oke, Ferdian, silakan berhitung."

Nah ini, rutinitas Pak Heri sebelum meninggalkan kelas. Pak Heri menyuruh mahasiswanya untuk berhitung dari ujung ke ujung. Tujuannya untuk mengetahui berapa mahasiswa yang hadir serta untuk membangkitkan fokus mahasiswa.

Pernah ada teman sekelas mereka bernama Vika salah menghitung, lalu Pak Heri memarahinya dan berkata, "kamu sudah menjadi mahasiswa kenapa gak bisa berhitung? Sana push up!" ucapnya dengan lantang.

Dan karena itu.. berhitung adalah salah satu hal yang membuat Dena ketakutan. Ia selalu berhati-hati dan fokus jika Pak Heri mulai menyuruh mereka berhitung.

"15," ucap Salsa kembali fokus setelah menonton drama korea.

"16," ucap Dena kemudian menghela napas. Ia senang karena tidak membuat kesalahan.

"34," kata Kevin mengakhiri jumlah mahasiswa yang hadir pada kelas Pak Heri.

"Oke, saya pergi dulu. Permisi."

"Makasih, Pak."

Setelah kepergian Pak Heri, Ara yang menjabat sebagai penanggung jawab mata kuliah Filsafat mulai membuka suara. Ia berkata, bahwa kelompok akan ditentukan dengan sistem acak yang dibuat olehnya.

Matcha Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang