Kini ia sedang berbaring di atas kasur empuknya, ibunya yg tengah memasak sebagai pekerjaan rutin setiap harinya. Tak ada hari libur atau hari beristirahat bagi ibunya. Berbeda dengan azkia yg masih SMA, di hari Minggu ia bisa beristirahat seharian tak perlu memikirkan pelajaran sekolah, bangun tidur pun bisa jam berapa saja. Di hari minggu ini rencana azkia hanya ingin bermalas-malasan di rumah.Tetapi rencananya kini gagal, setelah menerima pesan chat dari Azka yg memintanya untuk menemani bermain di lapangan itu. Lapangan seribu kenangan, kenangan masa kecil mereka. Hingga kini lapangan itu tetap menjadi tempat istimewa mereka berdua.
Azkia pun bergegas bangun dari tempat tidur nya menuju kamar mandi, ia pun langsung membersihkan tubuhnya, dan memakai pakaiannya. Akhir-akhir ini sepertinya azka sudah jarang mengajak azkia bermain, tapi kali ini azka mengajaknya untuk main. Azkia tak lagi bisa mengukur rasa senang hatinya kali ini, mungkin kalau di pikir-pikir saat ini ia adalah orang yang paling bahagia di dunia. Tapi hanya sementara. Ia tau ia sadar bahwa ia tak akan bisa seperti ini terus selamanya. Hingga suatu saat nanti mereka akan berpisah. Entah berpisah karena meraih masa depan, atau berpisah raga dan bersatu dengan seseorang yang dipilih untuk mengisi kekosongan hatinya.
.
Azkia memilih-milih baju yg terbaik untuk di kenakannya hari ini, sebelumnya ia sudah biasa bertemu azka dengan pakaian yg sederhana, tapi kali ini ia ingin tampil beda di depan azka.
Setelah memilih baju yg pas, ia pun langsung pergi ke lapangan itu. Ibunya yg masih sedang memasak hanya bertanya kemana azkia akan pergi. Azkia pun menjawabnya ingin bertemu azka.Karna ibunya belum selesai memasak, azkia langsung pergi tanpa makan terlebih dulu.
Ia takut azka sudah menunggunya sedari tadi.^^^
Ketika sampai di lapangan, azkia melihat Azka yg sedang duduk bersandar di bawah pohon itu.
"Woi!" azkia mengejutkan Azka dengan menepuk pundak Azka dengan kencang, lantas azka pun menengok ke arah azkia, dengan wajahnya yg kesal tapi tidak kesal beneran, hanya bercanda saja.
"Lama banget si lu ah"
"Hehe maaf" sahut azkia sambil menunjukan senyum manisnya
"Main basket yuk" pintanya azka mengajak azkia bermain basket. Sudah hampir berbulan-bulan lamanya mereka tidak menyempatkan diri untuk main bersama, apalagi memainkan permainan masa kecilnya. Azkia menganggukkan kepalanya dan lagi-lagi ia tersenyum manis..
Walaupun mereka hanya main berdua, tapi tak kalah serunya oleh mereka yg bermain bersama. Bermain basket dengan curang sudah menjadi tradisi azka dan azkia. gapapa curang asal menang, pikir mereka seperti itu.
Azkia merebut bola dari azka dengan paksa, dan azka pun berusaha mengambil bola itu dari tangan azkia. Hingga akhirnya, yeah azkia berhasil memasukan bola basket itu ke dalam ring.
"Curang!"
"Lah? Apanya yg curang? Emang gitu kan mainnya"
"Lu ngerebut bolanya maksa!"
"Ya harus maksa lah, masa mau ngerebut bola harus minta izin dulu"
"Ya tapi ga gitu juga kiaaaa"
Azka pun kesal dan menggelitikan pinggang azkia , azkia tertawa lepas"Geliiii ih Azka lepasin gak!" Pinta azkia merasa menggelikan
Tak ada alat pengukur yang bisa mengukur kebahagiaan mereka. Sudah lama mereka tidak bercanda berdua seperti ini lagi.
Kling!
Bunyi handphone azka ada pesan chat dari seseorang.
Setelah mendapat pesan itu azka langsung bergegas pergi, dan meminta azkia untuk tetap disini , menunggu sampai Azka kembali..^^^
Beberapa menit kemudian, Azka kembali ke lapangan itu menghampiri azkia..
"azkia!"
Azkia menoleh ke belakang, azka yg memanggilnya kini tersenyum ria, menghampiri azkia lalu memeluknya dengan erat, seerat eratnya, azkia seperti di beri seribu pertanyaan, kenapa Azka seperti ini? Tidak biasanya ia begini. Lalu azka pun memegang kedua pundak azkia dan tersenyum, tidak ada sepatah kata apapun keluar dari mulutnya. Hanya azkia yg bertanya "lu kenapa sih", azka diam dan tersenyum lagi.
"Hai" suara lembut itu datang menghampiri azka dan azkia, lalu azka mengalihkan pandangan ke pemilik suara lembut itu, alin. Azkia diam, tak mengerti apa yg telah terjadi. Azka memegang tangan alin dan keduanya tersenyum pada azkia.
"Gue udah jadian sama alin, dan lu kia, lu adalah orang pertama yg tau setelah gue jadian sama alin.. Lu tenang aja kia, lu gausah takut kehilangan gue, karna gue bakal tetap ada disampingnya lu, menjadi sahabat sejati lu" Azka yg berucap seperti itu senyumnya melebar.
Alin tersenyum ria, pandangannya tertuju pada azka lalu berpindah ke azkia.Azkia menarik nafasnya panjang-panjang dan menghembuskannya secara perlahan, berharap dengan begitu air matanya tidak menetes di pipinya.
Matanya memerah dan berkaca-kaca, dadanya sesak, air matanya sudah tergenang dimatanya. Sekali saja ia berkedip, air mata itu akan langsung jatuh. Ia pun memasang senyum palsu kepada azka dan alin, berusaha setegar mungkin seolah azkia senang mendengar azka dan alin sudah jadian. Padahal dalam hatinya yg paling dalam ia merasa sakit sesakit-sakitnya..
Untuk menahan rasa sakit azkia berpamitan untuk pulang. Daripada harus melihat Azka, orang yg sangat ia cintai sedang mencintai orang lain..
Sejak dari lapangan itu azkia lari sekencang-kencangnya langsung menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamar, ibunya yg sedang duduk di ruang tamu menonton tv pandangannya langsung teralihkan ketika melihat anak perempuannya masuk ke dalam rumah tanpa salam dan tanpa menyapa ibunya.
Air mata azkia sudah turun sedari ia menutup pintu kamarnya. Dadanya sangat amat sesak, dia menahan tangisnya agar tak bersuara dan di dengar oleh ibunya. Azkia menekan-nekan dadanya, berharap dengan begitu sesak nya sedikit berkurang. Tangannya mengepal kuat, ingin rasanya menghentikan tangisan itu, tapi ia tak mampu, air mata itu terus mengalir.
"Azkia kamu kenapa nak? Tadi kamu belum makan kan? Makan dulu ya" ujar ibunya sambil terus mengetuk pintu. Azkia mengusap-usap wajahnya, dia akan berusaha bersikap biasa saja di depan ibunya nanti.
"Kenapa bu, azkia capek mau istirahat. Tadi udah makan sama azka."
Azkia membukakan pintunya, tapi dia tidak menatap ibunya. Suara agak sedikit bergetar, azkia terus saja memperbaiki nada dan ekspresi nya kali ini.Sarah menatap anaknya itu "kamu kenapa? Ada masalah? Berantem sama Azka? Cerita sama ibu" tegas ibunya itu
Azkia menatap lembut ibunya itu, dia menyatukan kedua giginya kuat-kuat, menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara kasar.
"Kia gapapa bu, kia mau istirahat dulu ya bu" azkia langsung menutup pintu kamarnya, dan mengatur kembali pernapasannya berusaha agar air mata itu tidak lagi menetes di pipinya.Azkia berusaha ikhlas terhadap kenyataan pahit yg sedang ia alami..
Kini azkia merebahkan tubuhnya di atas kasur itu lagi. Azkia menatap atap kamarnya, kosong. Matanya kembali mengeluarkan air mata. Azkia menangis dalam diam. Kali ini dia sama sekali tidak menghapus air matanya. Dia membiarkan begitu saja air matanya itu mengalir di pipinya, sampai menetes di kasurnya. Azkia hanya sesekali menarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Short Story] FRIENDS✓
Teen FictionSebuah kisah dengan alur cerita yang diciptakan oleh tuhan. . . . Azka rahadi dan azkia ramadhan. Akrab sejak kecil lalu lost contact dan bertemu kembali di awal masuk SMA. Sejak pertemuannya kembali di SMA kini membuat hubungan mereka kembali akra...