VII ; i'm ok

43 7 6
                                    

Mencintaimu memang indah
Mencintaimu membuat hatiku sejuk
Mencintaimu membuat hariku berwarna
Tapi kau tak mengetahui itu
Kau bahkan tidak merasakan apa yg aku rasakan.
Sulit memang, mencintai laki laki yg menyukai perempuan lain. Tapi apa aku tak bisa berada di sampingmu? Aku hanya bisa menjagamu tapi aku hanya sahabat mu.
Hatiku sakit saat melihat kau mencintai perempuan lain.
Akan ku coba semampuku, akan ku coba.
Janjiku pada diriku sendiri. Akan ku coba
agar kau bisa merasakan apa yg kurasakan..

Sebongkah kalimat yang ada di dalam cerita wattpad 'cinta dalam diam' karya *** itu Seolah mewakili isi hati azkia..

Malam itu azkia yg sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur, imajinasi nya tertuju pada Azka, seseorang yg telah membuat hatinya terbang ke awang-awang lalu dengan gampang nya perasaan itu di jatuhkan ke permukaan bumi. Hatinya hancur berkeping keping setelah mengetahui kalau azka menyukai alin. Merasa kalau dunia sedang tidak berpihak padanya. Alin teman baiknya yg telah membantunya, kini malah menjadi orang yg ia benci. Azkia tahu ini semua bukan salah alin, ia berusaha untuk melupakan perasaan itu kepada Azka, tapi apa? Tidak bisa. Secara azka itu sudah menjadi bagian dari hidupnya, orang terpenting dalam hidupnya.

...

Mentari mulai menampakan dirinya. Lalu ada seorang laki laki datang menghampiri rumah azkia, lantas azkia pun keluar menampakan diri di depan Azka, "ka, lu jalan dluan aja gua lagi pengen sendiri"
Dengan wajah yg agak judes, azkia mengatakan hal itu seolah menyuruh Azka untuk pergi.

"Lu kenapa kia?" Tanya azka yg tdk mengerti keadaan azkia sekarang. Seperti ada yg salah dengan azka

"Gapapa, udah lu jalan aja duluan sana!" Azkia mengucapkan dengan nada yg agak tinggi

"Oke?" dengan nada yg rendah, merasa seolah dia sedang punya masalah dan tdk ingin bertemu dengan azka.

...

Azkia baru saja sampai di sekolah, azka yg sudah sampai di sekolah sedari tadi ia sedang berada di kelas azkia, sebuah pemandangan yg tidak mengenakan hati, melihat azka sedang berduaan dengan alin.

"Heh ngapain sih lu di sini, kayak orang nggak punya kelas aja!" Azkia berbicara kepada azka dengan nada tinggi,

"Dih kok lu sewot sih? Suka suka gua lah mau dimana aja, emangnya ini sekolah punya nenek moyang lu!" Azka membalasnya dengan nada tinggi juga, ia heran kenapa sikap azkia kini berubah.

Azkia memalingkan pandangannya, lantas langsung pergi ke luar kelas.
Azka pun mengejar azkia, lalu menanyakan mengapa sikap nya berubah

"Kia lu kenapa sih? Gue ada salah ya sama lu? Yaudah deh gue minta maaf" Azka meminta maaf kepada azkia dengan nada yg lembut, merasa kalau ia punya salah, tapi dimana salah azka? Ia bertanya tanya pada dirinya sendiri. Azkia hanya diam, mengacuhkan perkataan azka, mata azka tertuju pada azkia, namun azkia sama sekali tidak memperdulikannya.
Azka tidak berhenti membujuk azkia untuk memaafkannya, hingga azkia mau memaafkannya.

Apa yg harus di maafkan? Tdk ada kesalahan di antara mereka.

***

Di lapangan itu, biasanya azka dan azkia bermain bersama, tertawa, bercanda, bercerita, bareng, berdua. Kini canda tawa itu sedang tidak ada, hanya ada satu hati tergores luka.

Setelah pulang sekolah azkia langsung pergi ke lapangan itu, sendirian. Di sana ia hanya ditemani oleh rerumputan, duduk, memandangi pemandangan di sekitarnya sambil mengingat kenangan masa lalunya bersama azka. Kini ia tak tahu azka berada dimana, mungkin ia sedang main dengan teman-teman nya, atau alin? Pikirnya ah sudahlah tidak penting memikirkan hal itu.

Ketika azkia sedang duduk melamun tiba-tiba ada seorang laki-laki duduk di sampingnya, ia ikut melamun juga. "Azka!"
Dengan wajah muram, lesu, seperti di ikuti rasa kecewa. "Kenapa lu?" Tanya azkia yg heran. Azka menatap azkia dengan tatapan lembut.

"Gue mau curhat dong" ucap Azka

"Tentang apaan?"

"Alin" Azka yg bicara menyebut nama itu, langsung membuat azkia tidak semangat lagi, tapi azkia berusaha tegar untuk tetap mendengarkan curhatan azka "kenapa alin?" Tanyanya

"Jadi gini.... Tadi gue nembak alin" mendengar perkataan itu, rasanya perasaan azkia benar-benar hancur, azkia langsung memalingkan pandangannya yg awalnya menatap azka kini berubah tatapan itu ke arah rerumputan.

"Terus?" Nada bicara azkia berubah, tidak seperti di awal

"Gue di tolak" pandangan azkia langsung terarah pada azka lagi, lalu terdiam sejenak.

"Lagian salah lu juga si, baru kenal cewek udh langsung nembak aja, kan kalo udah kayak gini gimana? Patah hati kan lu!"

"Tapi gue tau alin itu sebenernya suka sama gue, cuma belum siap aja kali"

"Lu tau dari mana kalo alin suka sama lu, buktinya sekarang lu di tolak kan?!"

"Kia nih dengerin, gue tuh tau mana cewek yg suka sama gue mana cewek yg nggak suka sama gue! Kalo ada kontes perlombaan cowok yang paling peka terhadap perasaan di dunia ini pasti gue yang jadi juara satu" Nada bicara azka sejenak langsung tinggi, ia percaya kalau ia orang yg peka terhadap perasaan perempuan.

Mendengar perkataan itu azkia langsung berdiri, perasaan nya kini entah seperti apa (lu bilang lu peka sama perasaan orang, tapi lu nggak peka sama perasaan gue ka) azkia berbicara dalam hatinya, air matanya sudah tergenang, sekali saja azkia berkedip air mata itu akan jatuh di pipinya. Untuk menghindari hal itu terjadi, azkia memutar bola matanya ke atas dan memalingkan wajahnya dari azka

"Alah lebay lu ka! Dah ah gue mau pulang" azkia berusaha tegar di depan Azka, ia tidak kuat mendengarkan curhatan lelaki itu, lebih baik ia pergi saja. Ia merasa lega karena perempuan itu menolak Azka, tapi di sisi lain perasaannya hancur setelah tahu bahwa Azka benar benar tidak memiliki perasaan apapun kepada azkia.

.
.
.

[Short Story] FRIENDS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang