XI ; sedikit pengorbanan

17 6 0
                                    

Tak ada yg salah dengan jatuh cinta..
Ada orang bilang "nggak perlu waktu lama untuk jatuh cinta, tapi butuh waktu selamanya untuk move on" .

Cinta pertama memang indah, apalagi cinta pertama kita adalah sahabat kita sendiri. Tapi, keindahan cinta itu kini malah berubah menjadi buruk. Setelah tau bahwa orang yg kita cinta ternyata mencintai orang lain.

Ada dua pilihan ketika kita mencintai sahabat sendiri. Pertama, kita akan mendapatkan cinta nya lalu hidup bahagia bersama. Atau kedua, ketika tahu sahabat kita ternyata hanya ingin kita bersahabat selamanya, dan kita akan kehilangan sahabat kita.
Jadi, pilih memiliki atau kehilangan?

Azkia kini tahu kalau azka sangat mencintai alin, dan azkia tak ingin azka tahu tentang perasaan nya. Karna kalau sampai azka tahu, mungkin persahabatan mereka sekarang sudah hancur, cuma karna cinta.
Dan, mungkin lebih baik kini perasaannya harus di buang jauh-jauh, agar tidak menghancurkan persahabatan antara azkia dan azka..

Sebelumnya azkia memang belum pernah jatuh cinta, apalagi pacaran.
Azka lah laki-laki pertama yang dapat membuat azkia jatuh cinta.

Kalau cinta sungguh mencinta,
Dia tidak meminta..
Kalau cinta sungguh berharga,
Dia tidak memaksa..
Senyumanmu adalah harapanku,
Bahagiamu adalah segalaku,
Meskipun, senyuman dan bahagiamu
tanpa aku...
~roman picisan, the series~

Barisan kata-kata puisi dari film roman picisan itu menghantui isi pikiran azkia. Azka berhak bahagia, walaupun tanpa azkia.

"Azkia!"

Wanita itu memanggil namanya, dan lantas azkia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menghentikan lamunannya tentang puisi itu.

"Kenapa bu?"
L

antas azkia menoleh ke arah ibunya

"Azka tuh di depan"
Azkia pun beranjak dari tempat tidurnya tadi sehabis menulis puisi dan berjalan menuju ke depan rumah, membuka pintu dan menghampiri azka.

"Azka? Lu ngapain kesini? Mata sampe bengep gitu, abis nangis lu ya? Kenapa? Berantem sama alin? Hahaha"

Azka hanya diam dan menatap mata azkia, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Azkia pun bingung, tidak biasanya sikap Azka seperti itu.

"Woi, lu kenapa si? Sini sini cerita sama gue" azkia kembali bertanya kepada azka,
dan menyuruh azka duduk di kursi teras rumah azkia, tetapi azka hanya menunduk saja. Azkia menatap wajah Azka yg sepertinya sedang ada masalah.

"Alin" ada satu kata yg keluar dari mulut azka

"Alin kenapa?" Tanya azkia

"Alin sakit"

"Bhahahahh" azkia tertawa setelah mendengar kata-kata Azka barusan, ternyata azka menangis hanya karena alin sakit. Lantas Azka pun hanya melirik azkia yg sedang tertawa terbahak-bahak.
"Lu nangis cuma karena alin sakit? Hah? Astaga yaampun azka, lu itu bucin parahhh. Emangnya alin sakit apa si sampe lu tangisin gitu? Palingan juga cuma demam, lebay lu ah" azkia kembali melanjutkan perkataannya .

"Anemia gravis"
Ketika Azka menyebutkan kata itu, azkia pun langsung terdiam.
"Kadar hemoglobin nya kurang dari 6, dan dia butuh donor darah" lanjut Azka

"Yaampun azka sorry gue nggak tau, gue tadi cuma mau ngeledekin lu doang"
Azkia merasa bersalah karena sudah tertawa terbahak-bahak, tanpa mendengarkan perkataan Azka.

"Golongan darah alin B- , itu termasuk golongan darah langka"

"Terus sekarang keadaan alin gimana? Kita kerumah sakit sekarang ya" pintanya azkia karna panik setelah mendengar penyakit alin yg parah.
Dan Azka hanya mengangguk saja.

...
Setiba nya di rumah sakit, mereka pun langsung bergegas menuju kamar tempat alin di rawat. Azkia pun melihat alin terbaring tanpa daya dengan di pasangnya selang isi cairan itu ke dalam tubuhnya, dan juga oksigen yg menutup hidung serta mulutnya.
Dokter pun keluar dari ruangan itu dan membicarakan tentang penyakit alin.
"Alin harus cepat mendapatkan donor darah, karna darah B- itu tergolong langka" ucap dokter tersebut.

"Kebetulan darah saya B- dok" ucap azkia kepada dokter tersebut. Padahal azkia sendiri belum pernah mendonorkan darahnya pada siapapun, dan bahkan ia takut dengan jarum suntik. Tapi karena ia tidak tega melihat keadaan temannya yang sedang bersusah payah melawan penyakitnya itu, ia pun berusaha membantunya dengan cara mendonorkan sedikit darahnya.
Di dalam ruangan itu tidak hanya ada azka dan azkia, tapi juga ada Djoko Pramono. Dialah laki-laki yang selalu menemani alin dirumah nya. Mereka tinggal bertiga, Djoko pramono (ayah alin), alin putri Permatasari (anak tunggal), dan pembantunya bi Iyem. Ani Sukmawati, Ibunda alin yang tercinta telah berpulang ke Rahmatullah dua tahun yang lalu. Di sela-sela kesibukan sang ayah alin harus menyempatkan waktu untuk berbagi waktu dengan anak tunggal nya itu. Tak ada teman berbagi cerita untuk alin selain ayahnya. Dan kini alin sedang terbaring tanpa daya, Djoko Pramono pun merasa kesepian, ia tak mau kehilangan putri tercintanya itu.
Lantas ayah alin dan azka menoleh ke arah azkia. Ayah alin sangat berterimakasih kepada azkia karna ia mau membantu alin, karna kalau alin tidak cepat mendapatkan donor darah, ia tak tahu nasib anaknya nanti seperti apa.
Dan Azka, ia juga mengucapkan banyak terimakasih kepada azkia, berkat kebaikan sahabatnya itu.

"Kia, gue nggak tau lagi gimana nasib alin nanti kalo nggak ada lu. Makasih banget ya kia. Gue bangga punya sahabat kayak lu kia" Azka memeluk erat azkia, dan azkia pun hanya tersenyum haru.

"Gue tau lu takut sama jarum suntik, tapi lu harus berani kia! Semangattt!" Hanya Azka yang tahu kalau azkia takut dengan jarum suntik, karna dulu waktu mereka masih SD, ada acara imunisasi di sekolah, dan ketika azkia di suntik ia menjerit ketakutan. dan sampai sekarang azkia masih takut dengan jarum suntik. Tapi kini ia harus berani, ia harus bisa menolong temannya itu.

"Tapi gue takut ka" ketika azkia mengucapkan kalimat itu, bibir nya bergetar, dan matanya sudah mulai berkaca-kaca

"Lu tenang aja ada gue disini oke" Azka berusaha menenangkan azkia, dan kembali memeluknya. Berusaha dengan begini rasa takut yang ada di dalam tubuh azkia berkurang.

"Ayuk azkia, ikut ke ruangan dokter, kita lakukan beberapa pemeriksaan terlebih dulu ya" ucap dokter tersebut.
Lantas azkia pun mengikuti dokter itu, Azka hanya bisa memberikan kata 'semangat' padanya.

Sebelum mendonorkan darah, pasien pendonor darah harus beberapa pemeriksaan kesehatan.
Dan setelah di periksa ternyata azkia tidak mengidap penyakit apapun, itu artinya azkia sudah siap untuk melakukan donor darah.

Azkia pun berjalan memasuki ruangan donor darah, di dalamnya terdapat banyak jarum suntik, azkia tidak berani menoleh ke arah jarum itu. Mengerikan sekali rasanya.
Ia pun berbaring, azkia memejamkan mata lalu ada petugas kesehatan profesional yang terlatih. Sebuah jarum steril akan dimasukkan ke kulit di bagian siku dalam selama 8-10 menit. sementara satu liter darah dan beberapa tabung sampel darah dikumpulkan. Setelahnya, petugas akan menutup area bekas suntikan dengan perban.

Azkia pun keluar dari ruangan itu dengan keadaan pucat, lemas, sementara ia lega telah mendonorkan darahnya untuk alin.

"Gimana? Udah? Nggak sakit kan?" Baru saja keluar ruangan, azkia sudah di berikan banyak pertanyaan oleh Azka. Tapi Azkia senang, dengan begini Azka seperti memberikan perhatian lebih padanya.
Azkia hanya tersenyum tipis.

"Yaudah sekarang lu gue anterin pulang ya, lu istirahat di rumah"
Pinta azka menyuruh azkia pulang ke rumah agar ia bisa beristirahat.
Azkia pun hanya mengangguk saja.

.
.
.

[Short Story] FRIENDS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang