3. Siksaan Pertama

17 2 0
                                    

Author POV

Marcus, bodyguard Sana yang paling dapat diandalkan. Ketekunannya dalam bekerja, membuatnya mendapat predikat pimpinan dikalangan penjaga yang bekerja dengan orangtua Sana.

Namun bisa saja, tak lama lagi predikat tersebut digantikan ke orang lain, kalau dia dan orangtua Sana tau apa yang terjadi padi gadis cantik itu. Nyawanya yang seharusnya masih bisa disimpan akan jatuh habis menjadi minus. Dengan menghilangnya seseorang yang seharusnya menjadi prioritas utamanya bisa saja membuat status Marcus yang awalnya srigala berubah menjadi tikus selokan.

Marcus orang yang sangat disiplin bahkan dengan waktu sekali pun. Tepat pukul 9 di tanggal 28 September 1996, Marcus mendatangi taman kota untuk menjemput Sana.  Marcus datang dengan Porsche 911 GT3 RS berwarna ungu yang super mewah. Ya Marcus menggunakannya karena mobil tersebut favorit Sana berdasarkan modelnya dan warnanya. Ungu selalu menjadi warna yang super elegan bagi Sana.

Seturunnya dari mobil, Marcus menuju dan menunggu di air mancur di tengah-tengah taman kota. Lokasi yang sudah disepakati Marcus dan Sana sebelumnya untuk bertemu. Selang beberapa waktu, Sana tidak muncul juga bahkan waktu sudah menunjukan pukul 23.00, sudah cukup larut, bahkan sudah 2 jam Marcus menunggu Sana. 2 jam sebelumnya, Marcus tidak mencari Sana karena pikirnya memang gadis yang kerjaannya belajar dan berlatih itu perlu waktu untuk refreshing. Namun, ini benar-benar sudah melewati batas.

Akhirnya, Marcus agak sedikit khawatir saat itu, mau tidak mau untuk mencari sekeliling taman kota untuk mencari seseorang yang ditunggunya sedari tadi. Meskipun sudah larut, tapi taman kota masih cukup ramai sehingga sedikit susah untuk menemukan Sana.

Setelah lama memutari dan menelusurinya, Marcus melihat sosok yang tidak asing sedang bercanda dengan sekelompok orang, mungkin temannya. Lantas, Marcus menghampiri sosok tersebut.

"Nona Burke?" Marcus memanggilnya, dibarengi dengan sentuhan dibahu Casey secara perlahan. Mungkin setelahnya, Casey akan menoleh karena dia berdiri dengan posisi yang membelakangi Marcus. 

Jelas sekali, sahutan nona cantik dengan surai rambut yang indah ini akan sedikit kaget "Oh Marcus, kau disini." Selepasnya kaget, raut wajahnya menjadi senyum manis, bahkan semut saja akan menyukainya. Sambil menoleh kiri dan kanan sisi Marcus, Casey membuka suara kembali namun kali ini dia malah sedikit bingung, setelah disadari raut wajahnya mudah sekali berubah. "Dimana Sana?"

Spontan Marcus membesarkan hazel birunya yang terang dan sedikit kaget membuat badannya sedikit agak tertolak kebelakang, oh ini berita yang agak tidak enak didengar oleh telinganya. "Bukan kah seharusnya Nona Grissham bersama anda?"

"Apa? Tentu saja tidak." Casey menjawab dengan bingung dan kedua alisnya menukik hampir menyatu. Sudah dipastikan, Marcus akan jantungan mendengarnya, tapi untung saja dia sudah dilatih untuk tetap tenang dalam kondisi yang mendesak sekali pun. "AHH IYA" Casey agak meninggikan suaranya saat mengingat sesuatu, bahkan teman-teman yang dibelakangnya agak terperenjat karena kaget.

Dengan sigap Marcus melangkahkan kakinya maju selangkah untuk mendengar lebih seksama, dia berharap akan tidak terjadi apa-apa, dia bodyguard tetapi sikapnya selama ini selalu menjadi sosok kakak bagi Sana, jadi kekhawatirannya sebenarnya lumayan besar. "Ada apa?"

Gaya bicara Casey melihatkan bahwa dia sedang mengingat-ingat sesuatu dengan kepala agak mendongak kelangit dan sedikit miring ke kanan "Beberapa waktu lalu, aku kebelet buang air kecil dan mau tidak mau harus ke toilet. Tetapi sebelum itu, aku mengatakan pada Sana untuk menunggu ku sebentar dan dia mengiyakan. Tentu saja aku meninggalkannya." 

Casey memberi jedah akan ceritanya, memikirkan penyusunan kata yang baik agar tidak terlalu berbelit. Jujur saja dia lelah berbicara, tetapi kadang dia membingungkan bisa saja dia akan nyerocos tanpa henti. Dilanjutkan kembali proses ceritanya "Sialnya di toilet aku agak lama, tentu saja karena ramai ini kan malam minggu jadi aku harus mengantri, padahal tadi aku sudah sangat kebelet, kesal. Dan selepas aku keluar dari toilet, aku menuju ke tempat kami berpisah sebelumnya, eh Sana sudah tidak ada di tempat tadi. Akhirnya aku kesal sendiri, dia meninggalkan ku." Liatkan, dia malah merocos.

WOODLIVELYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang