26 September 1996
Sana POV
Pagi ini aku terbangun akibat sinar matahari yang lolos dari jendela kamar ku. Seperti biasa untuk berangkat ke sekolah, aku bersiap-siap, mengenakan seragam yang sudah disiapkan oleh bibi, dan sarapan. Tidak ada hal aneh yang terjadi, hanya pagi sunyi dan sejuk seperti layaknya pagi di hari sebelumnya.
Aku tidak bertemu dan pamit kepada kedua orangtua ku, karena mereka sedang sibuk menyelesaikan proyek perusahaannya. Bisa saja memperluas kingdom sampai ke Eropa. Ya orangtua ku berada di luar negeri sekarang ini.
Diriku diantar oleh supir pribadi sampai tepat di depan gerbang sekolah. Christopher High School. Sekolah ternama di kota ini.
"Hey ini masih pagi, kenapa kau susah sekali tersenyum?" Suara yang tidak asing terdengar oleh telinga ku. Ya itu suara wanita berparas rupawan si Casey Burke, sahabat ku.
"Kalau aku tersenyum, banyak pria yang akan menghampiri ku. Kau akan cemburu Cas." jawab ku datar sambil berjalan lurus tanpa aku toleh wajahnya.
Dipukul bahu ku dengan keras bersamaan dengan suara rajukan Casey, "Kau pikir aku belok ha?" Bersamaan juga dengan jari telunjuknya diarahkan ke lapangan penuh dengan pria Chris High yang tengah bermain basket "Tidak mungkin aku naksir dirimu disaat orang-orang di sana begitu menggoda."
"Cih, bisa saja kau."
=
Bell istirahat berbunyi maka diriku akan menelusuri lorong sekolah menuju ruang musik untuk bermain biola. Memang jarang aku kantin, aku tidak suka tempat ramai. Tetapi, ada kalanya aku ke kantin sih.
Sudah kebiasaan ku untuk berlatih diselang waktu untuk meningkatkan kemampuan ku. Aku ingin sekali melanjutkan study dan mendapatkan beasiswa di universitas dengan jurusan seni musik klasik.
Seiring dengan ku mainkan senar biola, layar handphone yang ku letakan di atas nakas tak jauh dari tempat ku berlatih menyala. Tanda ada pesan yang masuk. Berhenti berlatih, kaki ku memimpin untuk mendekat. Diriku buka pesan tersebut tanpa rasa ragu atau pun ada pertanda aneh seperti layaknya orang menerima pesan. Setelah ku lihat, pengirimnya bertuliskan "unknown" dengan isi pesan yang aneh "you are next".
Spontan salah satu alis mata ku naik membentuk seluncuran curam "orang iseng mana sih yang mengirim pesan tidak berguna seperti ini?" diriku bicara sendiri. Membacanya aku agak kesal sampai otak merasa terdistrak, sial.
Kehilangan mood berlatih, aku mengemas biola sekolah, dan segera keluar dari ruangan yang sepi tersebut. Sebenarnya aku agak sedikit ngeri, jadi aku menghampiri Casey dengan duduk di sebelahnya di kantin sekolah.
"Kenapa kau? Ditolak cinta? Cemberut sekali." Casey dengan gayanya sambil menopang dagu.
"Jelas tidaklah, yang ada diriku menolak mereka yang mencoba mendekat." ketusku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOODLIVELY
Mistério / SuspenseSana seorang anak yang menawan dan cerdas ditemukan sudah tak bernyawa. Tak disangka dengan berita kematiannya membawa kegelapan dan kesunyian di kota yang seharusnya indah, Woodlively. Mungkin akan ada unsur kekerasan jadinya 18+