Titik Balik

49 3 0
                                        

6 Februari 2020

Masih ingat dengan kejadian kemarin? Kalo gak inget, ya udah baca ya part 3 nya.

Seminggu sudah berlalu. Serasa panjang bangeeeet hari hari tanpa adanya penyemangat, ditambah dengan hawa hari senin yang menjadi momok bagi pelajar kebanyakan menjadikan cobaan makin berlevel.

Walau menghilang, aku tetap saja menunggu nya didepan kelas seperti saat kami masih nggak secuek sekarang, berharap ada bayangan nya walau hanya sekilas. Sampai bel jam pelajaran ke 5 berbunyi, ternyata tidak ada ciri yang menggambarkan dirinya.

Akhirnya, sampai waktu pulang tiba. Rian, dekat rumah yang kebetulan sekelas denganku menjadi teman setia ku ke parkiran yang dijaga seorang babang sudir dan anak buahnya si saepul. Si saepul mengingatkan ku akan cerita Nurfa. Ia pernah cerita kalau dulu ia pernah diganggu, digombalin pake gombal gombalan tahun 97-an. "Jijik, ngakak, marah, risih, pengen nampol", itu lah hal hal yang terlintas dalam fikirannya saat mendengar saepul melantunkan gombalan gombalannya yang terdengar seperti jampi jampi cenayang. Sungguh masa yang indah saat mendengar ia bercerita dan kami tertawa bersama walau sedang tidak bersama.
Mengingat hal hal itu, niatku mulai terkumpul untuk menghubunginya lagi.

Sampai dirumah ku masukkan pin layar kunci ku, kubuka Whatsapp ku dan mulai ku ketik pesan.
"Nurfa", isi pesan yang diiringi dengan penuh harapan agar semua bisa kembali seperti dulu.
"Kaaak, tadi adek jatuh dari motor, terus hp nya adek di sita guru BK Makanya nggk ngabarin:(".

Lega, bahagia, seneng, mungkin adalah kata yang tepat buat ngegambarin keadaan yang ku hadapi. Berjam jam kami melepas rindu yang sudah seminggu lamanya terkurung seperti burung hantu yang dilepas dalam kolam ikan mas.

Aku mulai minder dengannya setelah mengetahui kalau dia orang kaya berada dan aku hanya pecundang yang berharap mencintai seorang putri kecil raja. Namun, rasa minder yang menggebu mulai terpadamkan setelah hati menyiramnya dengan cairan empedu dan otak mulai berfikir untuk mengungkapkan rasa yang udah lama terkubur dalam lipatan lemak hati.
*sfx: orang kurus emang punya lemak? :v

Setelah basa basi yang enggak pernah ngebosenin, ku bakar lemak yang mengubur perasaan yang mulai kesulitan bernafas.

"dek",
panggil ku ke orang yang tak lain dan tak bukan adalah sasaran tembakku.
"apa kak?"
"Mau gk ngejaga perasaan bareng bareng sampe bsok hidup bareng?".
Kalimat yang menyedihkan tapi ya namanya juga perasaan, engga bisa ketahen.
"kakak nembak nya lain ya, gak kayak cowok cowok biasanya"
"jawabannya apa ni?",
pertanyaan yang jawabannya menentukan perjuangan sebelas tahun kurang sepuluh tahun 2 bulan.

Dan akhirnya jawabannya akan kita kasi tau di part selanjutnya.
Jangan kemana mana, disini aja.
Tunggu part selanjutnya ya...

To Be Continued...

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang