Lyro menangis sesenggukan di dalam pelukan Alfan.
Orang-orang berlalu lalang di sekitarnya dan terlihat sangat sibuk. Lyro tidak menyukainya, ia ingin pulang. Ia tidak ingin berada di tempat ini. Tempat ini terlalu ramai, pun ia tidak menyukai bentuk pesawat yang besar itu. Itu terasa menakutkan baginya.
"Lylo wants to go home."
Ia berkata di tengah tangisnya dan dihadiahi sebuah usapan pada punggungnya oleh uncle kesayangannya. "Lyro kan mau pulang bareng Papa dan Mama." Suara milik Alfan membuatnya menggeleng keras-keras.
Bukan itu yang Lyro inginkan. Ia tidak ingin pergi pulang ke tempat dimana Papanya dilahirkan. Ia ingin tetap di sini. Lyro tidak ingin pergi. Airmatanya semakin mengalir dengan deras menuruni pipinya yang gempal. Kedua tangan mungilnya memeluk leher Alfan erat-erat.
"Gimana ya? Pesawatnya bentar lagi berangkat."
Samar-samar Lyro mendengar suara Mamanya dan ia menyembunyikan wajahnya pada leher Alfan. Ia benar-benar tidak ingin pergi. Tidak kah semua orang mengerti tentang keinginannya?
Lyro tidak ingin pergi. Ia ingin tetap tinggal di sana bersama Alfan juga granny dan grandpa tersayangnya. Namun alasan terbesar yang menjadi ketakutannya untuk pergi adalah bahwa ia tidak bisa lagi bertemu dengan Leno.
Leno-nya.
Jika Lyro pergi, bagaimana bisa ia bertemu dengan Leno? Ia ingin bertemu dengan sosok itu lagi. Lyro ingin dipeluk dan merasakan kehangatan yang pernah Leno berikan padanya. Leno hanya sangat baik dan Lyro sangat menyukainya
Lyro tidak ingin pergi. Ia menangis keras saat Alfan menyerahkannya pada gendongan Mamanya. Ia menggeleng dalam tangisnya dan berusaha menggapai daddynya tersebut.
Hingga Lyro membuka mata hijau kebiruan miliknya dan melihat sekeliling. Ia terbangun dan duduk di atas tempat tidurnya. Cahaya samar-samar memasuki kamarnya melalui celah-celah jendela. Ini sudah pagi.
Ternyata tadi itu adalah mimpi. Terasa sangat nyata dan menyakitkan. Mimpi itu seperti kejadian yang pernah Lyro alami dulu. Ia menghela nafas ketika mengingatnya lalu memilih untuk bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia harus segera bersiap dan berangkat ke sekolah pagi ini.
"Good morning."
Lyro menyapa dan mencium pipi kanan grandpa tersayangnya yang tengah duduk di kursi makan. Sedangkan grannynya tengah sibuk di konter dapur. Lyro mengambil tempat duduk dan tersenyum saat grandpa membalas sapaannya.
Sudah sejak beberapa bulan ini, Lyro tinggal bersama granpa dan grannynya. Ia begitu bahagia tinggal bersama dua orang tersayangnya itu. Papa dan Mamanya masih tinggal di Australia dan sesekali akan menengoknya. Lagipula Papanya memang mempunyai bisnis yang mengharuskannya untuk bolak-balik jadi ketika Lyro mengusulkan untuk tinggal di sini bersama granpa dan grannynya, Papa maupun Mamanya tidak keberatan.
Sebenarnya satu alasan kuat kenapa Lyro meminta untuk tinggal bersama grandparentsnya adalah karena sesuatu. Lebih tepatnya seseorang.
Lyro sudah memulai SMAnya. Tentu saja Alfan memilih sekolah terbaik untuknya. Uncle gantengnya yang satu itu memang terlalu memanjakannya dalam tingkatan yang terkadang begitu berlebihan tapi Lyro bisa mengerti.
Bahkan pada awalnya, Alfan mengajaknya untuk tinggal bersama di apartmentnya yang tentu saja Lyro tolak keras-keras. Ia tidak mau merepotkan daddynya itu, terlebih lagi di sana ada sosok uncle tersayangnya yang lain, uncle B. Lyro hanya akan mengganggu mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Abounds [END]
Tiểu Thuyết ChungWhen Love Series #3 - When Love Abounds © sllymcknn Ketika pada akhirnya Lyro Anderson bertemu dengan seseorang yang membuatnya merasakan kehangatan di masa kecilnya namun ia harus menemui sebuah kekecewaan saat sosok itu bahkan tidak mengenalinya. ...