Lyro membereskan beberapa buku-buku miliknya dengan matanya yang memerah.
Perasaan kesal masih memenuhi dirinya. Tapi daripada itu, Lyro lebih merasakan perasaan sedih. Ia akan kembali pergi dan kembali berpisah dengan Reno. Padahal belum begitu lama sejak pertemuan mereka tapi Lyro sudah harus dipisahkan dengan orang yang begitu ingin ditemuinya dalam hidupnya.
Mengingat tentang Reno, Lyro juga merasakan kekecewaan yang besar terhadap sosok itu.
Ini sudah tiga hari sejak kejadian itu dan Reno meninggalkannya begitu saja. Sosok itu tidak berusaha untuk menemuinya. Sosok itu bahkan tidak mencoba untuk menahannya ataupun memperjuangkan dirinya. Sepertinya Lyro memang tidak berarti apapun bagi Reno.
Seperti yang Lyro rasakan sebelumnya, Reno seperti tidak yakin akan dirinya sendiri dan juga akan perasaannya sendiri.
Hal itu membuatnya down. Apalagi ditambah kelakuan Alfan yang mengatur kepindahannya secepat ini. Daddynya itu sungguh sangat menyebalkan. Apakah Alfan tidak tahu bahwa Reno adalah orang yang sangat ingin ia temui sejak dulu? Lyro yakin bahwa ia cukup sering menyebut nama Reno di hadapan Alfan dan tidak mungkin bagi daddynya itu untuk tidak mengerti tentang situasi ini.
Lyro tidak tahu bahwa Alfan bisa menjadi semenjengkelkan ini. Ia tidak suka. Lyro merasa tidak menyukai daddynya yang seperti ini. Tidakkah Alfan mengerti tentang keinginanya? Lyro hanya ingin bersama dengan Reno.
Tanpa sadar, airmatanya jatuh dan Lyro segera menghapusnya bersamaan dengan terdengarnya suara yang tidak asing baginya.
"Let's get lunch."
Lyro hanya melirik sebentar kepada Alfan yang sedang bersandar pada kusen pintu kamarnya. Ia tidak tahu bahwa daddynya itu ada di sini. Sosok itu bilang akan pergi ke sekolah untuk mengurus kepindahannya. Walau hal itu sedikit membuat Lyro merasa penasaran. Apakah Alfan bertemu dengan Reno?
Tapi Lyro kembali kepada kegiatannya. Ia duduk di atas tempat tidur dan membereskan beberapa barang-barangnya yang masih berserakan. Baju-bajunya sudah rapi dan dimasukkan ke dalam koper besar miliknya. Granny telah membantunya dan sekarang mungkin neneknya itu sedang membuat makan siang.
Hingga akhirnya Lyro bisa merasakan bahwa tempat tidurnya bergerak. Ia tahu sekali bahwa Alfan telah duduk di sampingnya tapi Lyro memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan kegiatannya.
"You mad at me, huh?"
Lyro tidak peduli. Ia tidak sedang dalam mood untuk meladeni Alfan sekarang. Lyro tidak ingin bicara dengan daddynya itu sejak sosok di sampingnya itu bersikap amat sangat menyebalkan.
Lyro doesn't like it.
"Padahal ada Uncle B di bawah mau makan siang bareng." Lyro hampir tertarik. Ia memang sangat menyukai Uncle B-nya. Ia sama sekali tidak pernah menolak untuk bertemu dan bermain dengan sosok itu. Sosok itu menjadi uncle kesayangannya secara alami.
Tapi tidak.
Lyro membuang mukanya. Ia tetap berada dalam pendiriannya saat ia merasakan Alfan menghela nafas di sampingnya. "So you hate me now?" Alfan kembali bertanya dan Lyro merasa bahwa pertanyaan itu sungguh sangat tidak adil.
Ia merasa bahwa dirinya tidak pernah membenci sosok Alfan barang sedetikpun. Lyro hanya merasa.. marah? Ia tidak pernah berada dalam tingkatan untuk membenci daddynya itu. Lyro terlalu menyayangi sosok yang sudah seperti Ayah kedua baginya. Bagaimana bisa Lyro membenci sosok yang sudah merawatnya dan memberikan seluruh hidupnya hanya untuk Lyro?
Mau tidak mau, Lyro menoleh pada Alfan dengan mata hijaunya yang berair. Ia bisa melihat sosok itu tersenyum padanya dan Lyro tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk melemparkan tubuhnya pada Alfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Abounds [END]
Ficción GeneralWhen Love Series #3 - When Love Abounds © sllymcknn Ketika pada akhirnya Lyro Anderson bertemu dengan seseorang yang membuatnya merasakan kehangatan di masa kecilnya namun ia harus menemui sebuah kekecewaan saat sosok itu bahkan tidak mengenalinya. ...