Chapter 7. Thought of You

1.4K 272 77
                                    

Reno memasuki kelasnya pagi ini.

Ia bisa melihat dengan kedua matanya saat murid-murid terdiam dan duduk dengan rapi pada kursinya masing-masing saat Reno memasuki ruangan. Ia mengulas senyuman pada wajahnya saat berdiri di hadapan semua murid-muridnya.

"Selamat pagi."

Sapaannya dibalas dengan suara riang dari para muridnya dan Reno merasakan bahwa itu adaah hal yang menyenangkan. Walau menjadi guru bukanlah profesi impian Reno, tapi ketika semakin lama melakukannya, ia seperti menikmatinya.

Untuk menyapa pagi harinya dengan melihat wajah para muridnya, juga untuk mengajar sekaligus belajar bersama dengan para muridnya adalah kesempatan yang tidak semua orang bisa dapatkan. Reno menemukan bahwa membagi sesuatu yang ia ketahui kepada orang lain adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Buka halaman 52. Kerjakan soal nomor 1-5." Katanya setelah duduk pada kursinya. "Kemarin kita sudah membahasa soal ini jadi saya kasih waktu setengah jam. Kalian boleh bertanya jika mengalami kesulitan." Reno masih berkata dengan senyuman dan mengangguk puas saat para murid mematuhinya.

Matanya meneliti ke setiap penjuru ruangan dan memerhatikan para muridnya yang tengah bersibuk ria mengerjakan soal yang diberikan olehnya. Reno menatap geli pada berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan oleh murid-muridnya tersebut.

Hingga kedua matanya mengarah pada satu spot di ujung ruangan. Tempat duduk kosong yang tidak berpenghuni itu adalah milik Lyro sebelumnya. Reno menatap tempat itu dengan tatapan sendu. Ini sudah terhitung tiga hari sejak bocah itu pergi dari sekolah ini.

Proses itu lebih cepat dari dugaannya. Reno tidak menyangka bahwa Alfan Prasetya akan bergerak secepat ini. Lyro tidak pernah lagi menginjakkan kakinya pada kawasan sekolah sejak hari itu. Hari dimana Reno datang bersamanya dan menghadap Pak Alfan Yang Terhormat. Ia sendiri mendengar tentang Lyro yang akan kembali pindah ke Australia dan melanjutkan sekolahnya di sana. Alfan terlihat di sekolah pagi ini untuk mengurus semua surat yang dibutuhkan dan berkata bahwa Lyro akan terbang sore ini.

Sosok itu secara mengejutkan tidak menuntutnya maupun menuntut pihak sekolah. Alfan Prasetya sepertinya tidak sekejam kelihatannya. Namun tentu saja sosok itu memberi peringatan pada sekolahnya dan jika hal seperti ini terjadi lagi di masa depan, sosok itu berkata bahwa dirinya bersumpah akan menghancurkan sekolah ini.

Entah menghancurkan dalam artian seperti apa, namun hal itu mampu membuat Kepala Sekolah terdiam dengan keringat membanjiri seluruh wajahnya. Itu memang agak sedikit ekstrim dan Reno menemukan itu sebagai hal yang lucu dan juga mengerikan di saat bersamaan.

Tentu saja Reno merasa bertanggung jawab atas apa yang Lyro alami jadi ia merasa harus menemani dan mengantar Lyro pada hari itu. Namun aura dominasi yang Alfan miliki mampu menguasai rumah super besar itu dan Reno menemukan fakta bahwa dirinya merasa gentar di bawah semua itu. Hanya saja, ia merasa harus profesional dalam hal ini. Jadi ia berusaha untuk bersikap setenang mungkin.

Emosi sempat menguasai dirinya saat Lyro pergi dari hadapannya dengan airmata tergenang di mata indahnya setelah Alfan berkata akan memindahkan Lyro ke sekolah lain. Hal itu adalah sesuatu yang Reno duga sebelumnya. Tapi ia merasakan dirinya berada dalam emosi yang hampir membuatnya hilang kendali.

Namun emosi itu bukanlah apa-apa dibandingkan saat Alfan memberinya sebuah amplop besar berwarna coklat. Isi di dalamnya seperti mampu membuat jantung Reno melompat keluar dari dalam dadanya. Ia menatap Alfan dengan matanya yang melebar. Suasana kembali menegang saat ini.

"Apa Anda bisa menjelaskan semua ini, Sir Reno?"

Reno terdiam.

Ia kembali memerhatikan benda yang tengah dipegangnya. Itu adalah lembaran foto-foto yang memperlihatkan dirinya bersama dengan Lyro. Mulai dari ketika mereka berpegangan tangan di koridor sekolah, lalu ketika Reno memberikan jaket buluknya ada Lyro di depan kafe yang terletak di depan sekolah sampai saat Reno memeluk bocah itu pagi ini di belakang sekolah.

When Love Abounds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang