13. Meeting

1.2K 101 30
                                    

Author's POV

"Say, boleh gak gw ketemu sama Aradea?" Aku bertanya kepada Dania, ketika kami sedang hangout di sebuah kedai kopi langganan kami.

"Hah!, Mau ngapain?" Dia menatapku dengan pandangan heran.

"Selama ini kan gw cuma tahu Aradea dari cerita lo, gw mau lihat dia langsung".
Aku menatapnya, menunggu persetujuannya.

Dania diam, menggigit bibir seperti biasa jika sedang merasa ragu. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Hampir sepuluh menit dia diam menutup wajahnya.
Dia menghembuskan nafas dan berkata, "gw tanya dulu ya dia ada waktu kosong atau enggak." Akhirnya dia buka suara.

"Assalamu'allaikum mas, temenku mau ketemu sama kamu, bisa gak?"
................................

"Terserah kamu bisa nya kapan".
................................

"Oh ok, kamu tentuin tempatnya. Nanti aku ke sana. "Assalamu'allaikum."

Dania menghembuskan nafasnya.

"Hari ini jam 5 sore di Plasa Semanggi." Ujar Dania.

"Yeeeeeeeaaaah!!" Aku melompat berdiri sambil mengangkat tangan.

Dania tergelak melihatku salah tingkah ketika menyadari beberapa pasang mata memandangi kami.

Aku duduk kembali sambil nyengir.

*****

Setelah dua jam menembus macetnya Jakarta, kami sampai di tempat yang sudah di sepakati. Sebuah Cafe yang cozy di atap paling atas Plaza Semanggi.
Dania menghampiri meja penerima tamu, berbicara sebentar, kemudian sang penerima tamu menunjuk ke sebuah meja yang terletak di sudut ujung cafe tersebut.

Kami berjalan menghampiri sosok yang duduk membelakangi pintu masuk.
Sosok pria dengan kemeja putih yang lengannya di gulung hingga mendekati siku sedang duduk dengan laptop menyala di depannya.

"Asaalamu'allaikum". Dania mengucapkan salam ketika kami berada di belakang pria tersebut.

"Waalaikumsalam."Jawab si pria sambil menolehkan kepalanya.

Senyum lebarnya tersungging ketika dia melihat siapa yang datang.

"Sweety." Dia membuka kedua tangannya ke arah Dania. Reflek aku menarik Tangan Dania, sehingga tidak terjadi pelukan dari kedua manusia yang bukan pasangan halal.

Dania terkekeh. Dia duduk.di depan pria tersebut.

"Kenalin mas, ini temen aku yang mau ketemu kamu". Dania membuka percakapan ketika kami sudah duduk. Pria tersebut menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya. "Aradea." Dia menyebutkan namanya.

Sangat berlawanan dengan sosok Chandra.

Sosok seorang pria mapan metropolitan, dengan laptop mahal dan dua ponsel yang salah satunya adalah satelit phone yang ku taksir harganya sama dengan harga sebuah motor matic terbaru. Lengan kemejanya tergulung hingga memperlihatkan otot-otot di ujung lengannya. Sebuah wajah dengan bulu-bulu halus habis di cukur. Gila sih, ganteng ini mah.

"Astaqfirullah." Aku beristighfar di dalam hati.

"Mau makan apa?" Dia membuka percakapan, menyodorkan buku menu kepadaku.
Ketika aku sedang membaca buku menu, dia berbicara dengan Dania.

It's a Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang