Maple III

1.1K 182 4
                                    

Jin terbangun di dalam sebuah kamar. Remang. Sebuah lampu tidur di atas meja nakas di samping tempat tidurnya yang menjadi sumber penarangan. Lalu Jin melihat jendela kamar yang terbuka lebar, membiarkan angin malam yang dingin masuk sesukanya. Jin heran, kenapa dia suka sekali tertidur dengan jendela yang terbuka lebar?

"Namjoon?" panggil Jin.

Tidak ada sahutan. Jin bangun dari tidurnya dengan gerakan cepat, ringan. Jin terdiam.

Tidak, tunggu, gumamnya di dalam hati.

Seingat Jin, tempat tidurnya menghadap ke arah jendela, bukan di bawah jendela. Jin melihat ke sekelilingnya sekali lagi, panik. Dinding kamarnya bukan berwarna kuning. Jin berdiri, mencari saklar lampu untuk memastikan sekali lagi. Benar, dinding kamar ini berwarna kuning. Seingat Jin dinding kamarnya berwarna putih bersih.

Lalu ini kamar siapa? tanya Jin di dalam hati.

"Namjoon kau sudah datang?"

Jin tersentak. Itu bukan suaranya, tapi itu berasal dari tubuhnya sendiri. Jin berjalan cepat menuju cermin besar di sudut kamarnya. Jin terdiam. Benar itu Jin. Tapi ada apa dengan baju tidur kuno itu? Ada apa dengan raut wajah penuh kecemasan itu? Tidak, ini bukan Jin. Jin hanya ada di dalam pikiran lelaki yang sekarang berdiri di hadapan cermin itu. Lelaki yang berwajah sama dengan Jin.

"Seokjin, apa yang kau lakukan di sana?"

Jin berbalik. "Namjoon?" tanyanya.

Seokjin. Seokjin. Seokjin.

Jin memandang cermin itu sekali lagi.

"Kita tidak punya bayak waktu," kata Namjoon.

Jin menatap Namjoon. Lelaki itu terlihat jauh lebih tampan dari yang Jin ingat. Kulitnya putih bersih. Rambutnya berwarna hitam legam. Ada mahkota yang tersemat di sana.

"Kau harus pergi dari sini sekarang juga, Seokjin. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu," katanya. Wajah tampannya terlihat cemas.

"Ada apa?" tanya lelaki yang bernama Seokjin itu, bingung.

"Kerajaan sudah mengetahui hal ini, aku mohon Seokjin. Kau harus pergi dari sini malam ini juga," jawab Namjoon.

"Namjoon..."

"Jika ada hal buruk yang terjadi, aku harap itu hanya akan terjadi padaku."

Jin terdiam. Lelaki itu menangis, Namjoon juga.

"YANG MULIA!"

Lalu kemudian terdengar suara gaduh dari luar. Namjoon semakin panik.

"Bersembunyilah di ruang bawah tanah! Aku akan menjemputmu jika semua sudah membaik!"

Lelaki itu mengangguk. Dia berlari cepat, membawa jiwa Jin yang bersemayam di dalam tubunya. Jin bingung, bahkan untuk memahami apa yang terjadi saja dia tak sanggup. Lelaki itu berlari semakin cepat menuju dapur. Membuka lemari besar yang seingat Jin juga ada di dapurnya. Lelaki itu masuk ke dalam, menggeser dinding lemari itu dan turun ke bawah menggunakan tangga. Di luar sana, keadaan terdengar semakin gaduh. Jin tidak mendengar lagi suara Namjoon. Hanya suara-suara prajurit yang berteriak memanggil nama Namjoon dan Seokjin.

Air mata lelaki itu jatuh semakin deras. Berulang-ualng dia menyebutkan nama Namjoon.

"Kim Namjoon, aku mencintaimu..."

**

"Jin! Jin!"

Jin terbangun sekali lagi. Nafasnya tersengal dan dia terbatuk hebat.

"Kau baik-baik saja?" Namjoon memberikan segelas air putih padanya. Ditepuknya pelan tubuh lelaki itu. Dingin. "Kau bermimpi buruk?" tanyanya.

"Seokjin..." gumam Jin. Diaturnya nafasnya pelan-pelan. "Apa yang terjadi pada Seokjin?"

Maple, Season, And One Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang