Tapa Asma (2)

21 7 2
                                    

>>The Truth (1)<<

Natasha mengikuti kemana langkah wanita itu membawa mereka berenam. Tibalah mereka di sebuah gubuk yang sudah reyot, bahkan dinding dan kayunya berlubang dimakan rayap. Ketika ia menginjakkan kaki masuk ke dalam rumah, ia menemukan sosok wanita cantik sedang tersenyum kearahnya. Dia seperti mengatakan sesuatu yang harusnya tidak bisa Natasha mengerti justru dimengerti dengan mudah.

Wanita itu duduk di sampingnya dan mengatakan akan menjaganya selama disini. Dia juga bilang bahwa Natasha adalah anaknya kemudian dia menyentuh tengkuknya dan hilang begitu saja.

Natasha mulai berbicara dengan bahasa jawa, mengikuti setiap arahan Mbah Wagimin lalu mengatakannya pada teman-temannya.

***

Jam baru saja menunjukkan pukul setengah enam tapi hewan malam mulai bersuara dengan arogan seolah malam adalah tempatnya singgah.

Lampu temaram mewarnai setiap rumah-rumah di desa tersebut. Pintu-pintu terkunci rapat seolah menghindari kedatangan seseorang. Wangi bunga sedap malam semerbak di seluruh penjuru. Kata orang tua jaman dulu, untuk menghalau datangnya makhluk halus.

Lima anak manusia itu baru saja memakan jatah makan malam masing-masing dan duduk di ruang tamu. Mereka saling berpandangan terutama semua netra mengarah kepada Natasha.

Poin keenam, dilarang keluar pada jam setengah enam sore sampai jam tujuh pagi dan bersuara keras.

"Kenapa kita gak boleh keluar, ya?" tanya Raisa sembari berbisik.

"Kalau tidak boleh artinya tidak untuk dilakukan. Udah.. itu aja," sahut Natasha tak kalah berbisik.

Sayup-sayup tembang jawa kuno terdengar seiringan dengan angin yang berhembus meniup lampu temaram tersebut.

Dari arah lain, seseorang seperti ingin bertamu dan itu menggerakkan hati Andi untuk melihatnya. Mata itu begitu tajam. Andi bisa melihat sesosok itu dari celah dinding bambu, bagaimana sosok itu datang mendekati rumah Mbah Wagimin.

Hatinya seketika mencelos, tubuhnya terhuyung mundur kemudian ia berlari kearah Natasha tanpa membuat suara dan duduk disana.

"Ada apa?" tanya Mira.

"Hantu."

Semua langsung duduk di samping Natasha. Terlihat wajah Natasha menegang, tangannya juga tremor mencengkeram kuat pahanya sendiri.

"Kula nuwun!" Suara dari luar hampir tidak terdengar. Sangat halus seperti belaian sang bayu saat kau berada dalam keadaan terjaga.

*permisi

"Jangan dijawab!" kata Natasha. Ingat poin ketujuh!" lanjutnya.

Poin ketujuh, jangan menjawab siapapun yang ingin bertamu mulai jam setengah enam sampai jam tujuh pagi.

"Trus kita gimana?" tanya Gishelle kemudian.

"Diam saja," kata Natasha.

"Sampai kapan?" sahut Rizal.

"Sampai pagi." Natasha menoleh kearah Rizal dengan tatapan yang sulit diartikan. Seketika Rizal bergidik ngeri. Entahlah... tapi mata Natasha seperti berputar sedetik yang lalu.

Sementara diluar, suara yang tadi masih terdengar. Natasha juga menterjemahkan kata orang tersebut. Kalo tidak mau buka, saya masuk, ya? Kira-kira begitu yang diucapkannya.

Lampu temaram di ruang tamu seperti ditiup oleh seseorang. Keadaan sekarang menjadi gelap gulita dan suara binatang malam tidak terdengar lagi. Hanya terdengar suara deru napas yang tidak beraturan dari kelimanya.

My Bed Time StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang