O2

91 5 0
                                    

🍭


V I N D A

"Vin, ini perasaan aku aja atau emang kamu selalu bawa macbook pas jam makan siang?"

Aku menoleh ke Reta, teman satu divisiku. Kami bertiga-bersama Citra sedang berada di lift menuju kantin di lantai bawah. Sebelum berniat membuat kisahku saat SMA dulu, aku memang selalu membawa macbookku kemanapun aku pergi.

"Dia emang selalu bawa kali Ta." Sahut Citra. "Kan dia mau buat kisah cinta dia waktu SMA dulu."

"Lebay ah, kisah SMA ku biasa aja."

Seolah tak mendengar ucapanku, Citra kembali berbicara pada Reta. "Kamu harus tau, prolognya aja keren"

"Wah serius?" Reta berseru. "Aku mau baca dong Vin," Reta menggoyang lenganku.

"Eit aku dulu, aku udah booking." Citra menjawab sambil memainkan ponselnya. "Kamu kedua deh."

Lift berdenting. Kami segera keluar dan menuju kantin.

"Vin, kamu pesen kayak biasa?" Tanya Reta aku mengangguk.

"Gak bosen? Aku pesenin lain mau ya?" Citra menyahut.

"Terserah deh,"

Aku menduduki kursi di pojok kantin yang selalu kami tempati saat makan siang, sementara Citra dan Reta sudah bergabung bersama karyawan lain untuk memesan makanan.

Aku membuka macbookku. Masih bingung apa yang harus kuketik untuk melanjutkan ceritaku ini. Kisahku dengannya di kelas sepuluh tidak akan kuceritakan secara detail, karna menurutku tidak ada yang penting waktu itu. Kelas Sebelas adalah waktu yang sebenarnya.

Reta datang membawa nampan dengan tiga jus diatasnya, disampingnya Citra membawa nampan berisi tiga mangkuk mie ayam.

"Nih, mie ayam, biar kamu gak makan nasi uduk mulu" Citra menyodorkan mangkuk mie itu kehadapanku. "Macbooknya ditutup dulu, sekarang kita makan. Biar kamu gampang ngetik kalo udah kenyang."

"Bawel ah," ucapku geli, Reta tertawa. Walau begitu aku menurut, aku menutup macbook dan mulai makan.

***

A L I K A


Kelas Sebelas.

Sudah satu tahun aku menjalani masa SMA ku yang menurutku flat ini. Aku sudah berteman baik dengan semua anak kelas. Juga sudah 'sedikit' akrab dengannya. Karna posisi duduk kami yang depan belakang sejak kelas sepuluh, membuat Dara semakin giat untuk membuat kami akrab.

Di kelas sebelas ini, kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama di kelas. Aku harus berterima kasih kepada wali kelasku karna dialah yang mengatur tempat duduk sehingga dia duduk tepat di depanku. Dia sering membalikkan badannya kebelakang hanya agar bisa mengobrol denganku.

Apa saja bisa jadi bahan obrolan kami. Mulai dari peternakan kuda, film film barat yang baru rilis, dekorasi ruangan, berbicara banyak hal tentang how to make something yang kami lihat di youtube, sampai lekuk badan guruku yang sedang mengajar.

NAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang