🍭
Hai!
Kamu apa kabar? Apa kamu sekarang lebih baik tanpa aku? Seharusnya aku gak usah tanya ini, ya kan? Aku sendiri tau jawabannya. Kamu pastinya udah punya kehidupan sendiri kan? Aku juga. Kamu sekarang dimana kalo boleh tau? Masih tinggal di kota itu? Atau udah pergi juga setelah aku pergi? Ah, maaf. Aku kepedean sepertinya heheh.
Oh iya, aku disini baik kalo kamu penasaran sama keadaan aku. Kamu ... gak nanya ya? Yaudah, maaf. Aku cuma kasih tau aja. Kamu sekarang udah sibuk banget pastinya. Cita cita kamu uda tercapai belum sih? Aku penasaran. Boleh aku tau?
Sebelum kamu jawab pertanyaan aku diatas, seharusnya dari awal aku tanya ini sama kamu.
Kamu... masih inget aku gak?
~
"Vinda!"
Wanita itu menghentikan ketikan di macbooknya. Ia mendongak saat temannya memanggil. Ia tersenyum sebentar menatap tulisannya, sebelum menutup macbook itu tak lupa Ia mensave ketikan itu agar tak hilang.
"Masih galau?"
Vinda tersenyum. "Aku gak galau Ra. Cuma... sedikit mengenang aja." Wanita itu menyesap teh kedua nya yang baru di pesannya tadi. Rasa hangat menjalari tenggorokannya saat teh itu diteguknya. Ia menatap luar jendela kafe, masih hujan deras.
"Aku tau kamu masih kepikiran kan? Mck, tragis." Citra ikut mengalihkan pandangannya keluar jendela sembari mengetuk ngetukkan telunjuknya di meja.
"Gak tragis Ra, emang udah jalannya gitu." Citra tak menjawab. Vinda melanjutkan ucapannya. "Aku udah gak kepikiran, cuma... kadang keinget aja."
Ketukan telunjuk Citra di meja terhenti. Wanita berumur 24 tahun itu menatap teman satu kantornya itu.
"Vinda... aku gak tau gimana cerita kamu dulunya. Tapi setiap kali ngeliat kamu ngetik di macbook sambil senyum senyum gitu, aku yakin kamu masih kepikiran sama dia. Bukan cuma 'keinget' beda loh itu."
Vinda lagi lagi tersenyum. Ia menatap macbooknya yang tertutup rapat itu. Citra melihat macbook itu juga. Seakan benda itu sangat berharga.
"Vin... kalo aku mau tau cerita kamu dulu, kamu mau cerita?"
Vinda menatap keluar jendela. Lagi. Tangannya menangkup cangkir teh nya yang hangat. "Emangnya kamu mau denger Ra?"
"Kan aku yang minta tadi." Citra menyodorkan macbook Vinda pada miliknya. Vinda menoleh, memberikan tatapan bertanya.
Citra tersenyum. Di bukanya macbook itu, "ceritain ke aku, tapi kamu sambil ngetik disini. Rasanya pasti bakal beda,"Vinda menatap macbook itu dan Citra bergantian. Bisakah?
"Ra, cerita aku gak akan selesai sampe hujan reda terus turun lagi." Vinda menyesap teh nya pelan. Pandangannya keluar jendela lagi untuk kesekian kalinya.
Citra mengangkat alis bingung. "Sepanjang itu Vin?"
"Tapi gak akan nyampe berpuluh puluh bab juga kalo diketik." Vinda menyambung.
Citra mencuramkan alisnya. "Kok gitu? Sedangkan diceritain lisan aja bisa sampe hujan turun lagi, masa di ketik gak nyampe berpuluh puluh bab? Seharusnya sampe seratus bab dong."
"Gak kayak gitu Ra," jawab Vinda tenang.
"Jadi gimana?" Vinda hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban membuat Citra menepuk jidatnya frustasi.
Vinda tersenyum menatap temannya itu. "Aku akan mendam dalam hati aja. Gak akan aku ceritain ke siapapun."
Citra mendecak. "Gak seru ih. Ayo dong cerita. Atau kamu ketik aja deh, biar ujan gak turun lagi." Citra menunjuk keluar. Hujan mulai mereda.
Vinda menggeleng. Ia menghela napas. Sedangkan Citra masih terus memaksa agar Vinda mau menceritakan masa lalunya itu.
"Satu bab aja." Tawar wanita berkucir satu itu.Vinda menoleh kemudian tersenyum geli. "Hujan udah turun lagi Ra,"
"Aku tau kamu sengaja ngulur waktu."
Vinda meraih macbooknya yang sedari terbuka. Jarinya mulai menari diatas keyboard. Melihat itu Citra tersenyum lebar, memindahkan kursinya jadi kesamping Vinda, karna sebelumnya mereka duduk berhadapan.
~
Namaku Alika Havinda. Umur 17 tahun, 7 tahun yang lalu. Dipanggil Alika, juga 7 tahun yang lalu. Sekarang namaku tetap Alika Havinda. Hanya saja panggilannya berbeda. Kini aku Vinda, berusia 24 tahun.
Mau tau kenapa berubah? Ah tapi maaf, aku tidak ingin memberi tau. Saat ini aku berada di kafe dekat kantor. Dengan temanku yang paling ceria cantik juga berisik. Nada Citra Kusuma. Bagus ya namanya?Oh iya, sebelum aku mulai cerita, apakah kalian pernah membaca cara berceritaku ini mirip dengan cerita lain? Maaf, kalau begitu. Aku tidak bermaksud mencontoh. Mungkin awal yang sama tapi akhir yang berbeda. Bisa saja kan?
Hujan mulai turun dan deras lagi, setelah tadi sempat reda.
Mari kita mulai. Hari ini tanggal 26 juli 2019 aku akan mengais sisa ingatanku akan 'masa lalu'
Saat itu aku masih kelas sepuluh...
~
Jemari lentik itu menghentikan ketikannya saat mengetikkan judul. Citra masih menunggu Vinda melanjutkan ketikannya. Namun yang didapatkannya malah Vinda yang mensave ketikan itu dan menutup macbooknya.
"Ih apa apaan!" Citra berseru marah. "Kamu PHP tau, padahal aku uda seneng banget."
"Ayo pulang Ra, udah jam enam sore. Udah berapa lama kita disini?" Vinda menyimpan macbooknya di tas.
"Hujan lagi deres deresnya Vin."
"Kita kan bawa mobil"
"Masih di parkiran kantor."
Vinda tersenyum. Entahlah, hari ini rasanya Vinda terlalu banyak tersenyum.
"Ayo hujan hujanan Ra?"
○○○
KAMU SEDANG MEMBACA
NAME
Ficțiune adolescențiDia... Yang tak akan kusebutkan namanya dalam cerita ini.