first: malam dan Jeno

13 1 0
                                    












Hari makin larut saat Chandra hanya menonton ayah dan ibun barunya temgah berdebat kecil untuk memilih antara Jagung bakar atau martabak Manis. Jalanan Jogja masih ramai disesaki oleh ratusan manusia dari berbagai daerah. Ada pula yang dari luar bangsa.

Namun sekeping suasana dan suara familiar yang merasuk telinganya memaksa Chandra untuk terlempar pada hari yang sangat benci, hari yang ingin ia musnahkan.

Hari itu merupakan tanggal 6 Juni, tepat Ulangtahunnya juga ulang tahun bundanya. Bahkan hari kematian bundanya.

Hari itu, Chandra menolak percaya jika bundanya telah pergi. Mungkin takdir tak akan pernah lelah membuat Chandra untuk mengingat hari yang menyedihkan. Hingga membuat dunianya redup perlahan nyaris dikuasai kegelapan.

Kenangan yang berharga maupun kenangan sepele. Apapun yang menyangkut bundanya, dia akan mengenangnya sepanjang waktu dengan dipenuhi rasa rindu, penyesalan bahkan kesedihan.

Bagai awan muram.

Hati itu 6 Juni.

Chandra masih mengingatnya.

Hari itu 6 juni. Dimana ia meniup lilin tanpa bunda dan ayahnya.

Hari itu 6 juni. Dimana ia merasakan kehilangan.

Hari itu 6 juni. Dimana ia mulai dihantui dengan perasaan rindu dan kesedihan.

Hari dimana ia memulai hari hari selanjutnya nyaris tanpa kehangatan dan kebahagiaan.

Ia rindu bundanya.

"Bunda sudah kembali ke sisi tuhan, Chandra." Pamannya mengatakan hal menyedihkan itu nyaris tanpa ekspresi, kemudian kakaknya datang memeluknya dan segera mengemas pakaian untuk pergi ke Korea.

Bunda meninggal ditanah kelahirannya.

Ia tidak tahu bunda meninggal karena apa saat itu.

Yang ia tahu hanyalah bunda tengah membantu adiknya disana.

Kemudian hanya ada satu hal yang muncul dipikirannya,

"Kenapa bunda meninggal? Bukan, kenapa bunda meninggalkan kita?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaannya itu selain suara serak tangis kakak dan ayahnya secara bersamaan sambil tengah memeluk dirinya. Dia tidak menangis saat pemakaman bunda tengah dilaksana.

Kemudian Chandra berteriak meminta jawaban, namun saat itu justru tangan ayah yang menjawab. Menimbulkan luka yang belum tersembuhkan saat ini.

Chandra tidak melawan namun matanya basah menanyakan kemana bundanya, dan kenapa.

Bukan berarti Chandra benci atau apa, jika benci Chandra tidak mungkin mengingatnya hingga dikepung kenangan menyedihkan yang berujung penyesalan pada waktu itu bukan?

Hanya saja pada waktu itu Chandra masih terlalu bingung akan alasan bundanya yang tiba tiba saja pergi. Terlalu mendadak.

Hingga saat ia kembali ke Indonesia dan bertemu Jeno sepulang sekolah. Dia menanyakan bagaimana rasanya saat Jeno mendengar  Ibunya pergi. (Chandra pernah dengar jika ibunya Jeno juga pergi)

"Kalo gue sih ngga pernah tahu gimana rasanya punya bapak ibu lengkap kayak lo. Jadi yang gue rasa itu hampa, ngga terima sama keputusan tuhan yang udah ambil bapak ibu gue seenaknya."

"Itu pemikiran awal gue, sampe gue tahu kalau gue tuh ngga pernah punya orang tua selain si om om yang punya toko elektronik sama restoran dideket candi Borobudur."

HOWE SWEET HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang