1. Tetangga

512 37 0
                                    

Suasana musim semi perlahan mulai kembali terasa, memberi sinyal pada semua orang bahwa akan ada banyak bahagia dan momen terindah pada hidup mereka. Namun itu saja tidak menjamin kelanjutan hidup manusia, lainnya serahkan saja pada yang diatas.

Seorang wanita berjalan pelan mendekati pelayan cafe dengan senyum tipis, sembari membiarkan kedua matanya menjelajahi setiap sudut ruangan yang jelas menjunjukkan ke-estetikan nya.

"Latte vanila dingin satu" ucapnya dengan senyum ramah.

Setelah selesai melakukan pembayaran, Ia memilih duduk di meja nomor 8 samping ruangan dan meneguk Latte vanila dinginnya.

"Sudah lama menunggu, nona Chou?"

Seorang pria bertubuh tinggi dengan cara bicaranya yang khas langsung bisa dikenali.

"Hai? Apa kau masih belum memaafkanku? Dasar kelinci" ucap pria itu sembari terkekeh pelan dan menepuk nepuk, mengusak pelan rambut perempuan didepannya yang sedari tadi masih dengan wajah datarnya dan belum menolehkan pandangannya dari jendela.

"Nama mu masih Chou Tzuyu kan? Apa perlu ku ubah jadi kelinci tukang ngambek? Haha" pria itu kembali berkata ketiga kalinya kepada perempuan yang diketahui bernama Chou Tzuyu itu.

Alih alih mendapatkan perhatian, pria itu justru merasakan telinganya panas setelah cubitan yang tadi Tzuyu lakukan.

"Baik, aku akan menunggu sampai nona kelinci memberikan senyumnya" usahanya belum menyerah membujuk Tzuyu.

"Aku tidak menunggumu" ucap Tzuyu enteng tanpa beban.

Raut wajah pria itu berubah dalam sekejap, rasa kecewa kembali menyelimuti tubuhnya, mengalahkan mood baik yang Ia bangun dengan susah payah akibat tekanan kerja tadi.

"Aku sudah bilang tidak akan menyerah, tapi mungkin kau menyuruhku untuk melakukannya. Sebelum itu boleh aku memelukmu terakhir kali?" ucap pria itu dengan nada getir.

Tzuyu berpikir sejenak, apa dia terlalu kejam tiga pekan ini padanya? Apa perilakunya terlalu berlebihan?.

Ia membulatkan tekadnya setelah keputusan itu terpikirkan di kepalanya.

Tzuyu beranjak dari tempat duduknya, berdiri menatap lekat pria bermarga Kim yang biasa dipanggil Mingyu. Mendekatinya dan memberi pelukan hangat untuknya, sedikit lama.

"Maaf, maafkan aku" Tzuyu memelankan suaranya tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Untuk?" tanya Mingyu heran

Tzuyu tak menjawab, melepaskan pelukannya dan menarik tangan Mingyu dan membawanya pergi menjauh dari tempat itu dengan sedikit lari kecil. Sedangkan Mingyu hanya menuruti saja dengan pertanyaan pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Tzuyu berhenti di suatu tempat, tempat dimana yang tidak terlalu ramai.

Menatap kembali pria didepannya, beberapa detik kemudian kedua matanya mulai memanas, tangannya bergerak menampar pelan pipi kanan Mingyu.

"Kenapa kau sembunyikan semuanya?! Seolah olah aku bukan siapa siapamu. Membiarkanku tak tahu apapun yang terjadi padamu, menyimpan semua luka itu sendiri?"

Tzuyu berhasil meluapkan perasaannya, Ia tertunduk lemas dengan rambut yang berantakan.

Mingyu bungkam, seakan pedang sedang menusuknya dari belakang yang sangat tajam. Kenyataan membuatnya seperti itu, ikut menunduk dan merutuki perbuatannya selama ini.

Yah, memang benar adanya. Pria itu masih belum mau lebih terbuka kepada Tzuyu, pikirnya tidak mau membebani pikiran wanita itu.

Mingyu meraih pelan lengan Tzuyu, menggenggamnya agar hangat.

[TAHAP REVISI] 2 Different Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang