4. Aku Bersamamu

245 27 0
                                    

Sepertinya ia sedang tidak baik baik saja.

Tampak jelas raut wajahnya menahan kesakitan, terdapat banyak luka goresan berdarah pada kedua telapak tangannya.

~~

Pria itu menundukkan kepalanya dalam dalam, berusaha bertahan dari dinginnya malam.

Menit kemudian, Ia berlari lagi dan lagi menerjang hujan. Pikirannya tidak bisa berjalan dengan baik saat ini.

Bahkan Ia menyebut dirinya sendiri sedang gila.

Badannya mulai menggigil kedinginan, perjalanan itu terhenti.

Ketika seseorang wanita berdiri di depannya, menatap pria itu datar dan berjalan kearahnya.

"Tzu.. yu.." ucap pria itu lemah dan tertunduk.

"Melakukan hal gila itu lagi?"

"Maaf.." jawabnya masih tertunduk

Tzuyu refleks memeluk pria itu, menepuk bahunya pelan dan membuat tubuhnya yang menggigil sedikit hangat.

Through cafe
Seoul, Yongsan-gu

Tzuyu meneguk secangkir kopi di depannya, menatap pria itu intens, Kim Mingyu.

Sedangkan pria itu malah tak melakukan pergerakan sedikitpun, tak berani membalas tatapan Tzuyu.

"Jangan menatapku seperti itu" ucapnya, kini dengan menatap kedua mata itu sesaat.

"Aku tidak tahu hal gila apa lagi yang sering kau lakukan, tapi tolong hentikan.. Kumohon.."

Tatapan Tzuyu itu berubah menjadi wajah memelas dan tampak sangat serius mengatakannya.

"Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri karena kesalahanku" jawabnya.

"Lupakan, itu adalah masa lalu. Tak pantas mengenangnya lagi, kau akan tersakiti"

"Memang pantas untuk diriku, yang sudah membunuh seseorang"

Tzuyu terbungkam, tubuhnya kaku dalam sekejap, tidak ada kata kata yang terfikirkan di otaknya untuk diucapkan.

Hujan semakin lebat, suasana tidak berubah sama sekali. Sama seperti 10 menit yang lalu, mereka masih sama sama mendinginkan pikiran.

"Jangan lakukan itu lagi" tangan tzuyu sedikit bergetar, ia berusaha kuat untuk tidak menunjukkannya pada pria itu.

"Kau yang menyuruhku untuk tidak bunuh di-"

"Apa kau tahu seberapa besar kemungkinan untuk hidup kembali setelah meninggalkan dunia dengan penyesalan? Bagaimana bisa pengetahuanmu menghasilkan uang untuk membeli sebuah nyawa? Dimana pula menemukannya?"

Mingyu yang hendak bicara terpotong oleh kata kata Tzuyu yang sangat menampar keadaannya sekarang, nyatanya menyakiti diri sendiri itu malah memperburuk keadaan dan lebih menyakitkan daripada dunia yang tak memihakmu sekarang.

Kedua mata mereka bertemu, mata Tzuyu saat menatapnya semakin memanas, hingga pada saat air mata itu jatuh dan menghasilkan suara isakan isakan lembut yang keluar dari mulutnya.

Dadanya terasa sesak sekali, pikirannya selalu mengarah pada masa lalu yang menyedihkan tanpa disuruhnya.

Memori itu terputar kembali di otaknya, suatu hari yang hampir menewaskan dirinya.

Mingyu lagi lagi tak sanggup menatap wanita itu, tangannya terkepal kuat dibawah meja, pandangannya selalu kebawah. Merasa rasa bersalah perlahan menambahi beban pikirannya.

[TAHAP REVISI] 2 Different Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang