Coretan 1

80 9 8
                                    

Aku tenggelam bersama hujan
Kan berlabuh,
Di tepi ruang tak berujung.

*hujan di balik jendela*

_-_-_

Suara ketukan sepatu seorang  gadis yang beradu dengan lantai koridor sekolah yang dingin dan sepi terdengar begitu jelas. Seakan berusaha menyaingi suara hujan yang sebenarnya turun terlalu deras, membuat suara sepatu itu seperti tidak berefek apa-apa. Zena, nama gadis tersebut. Seorang gadis yang saat ini masih berjalan dengan santai di koridor meskipun jam sekolah telah berakhir sejak satu jam yang lalu.

Zena menutup mata, menikmati alunan lagu yang ia dengar melalui headset. Kaki jenjangnya masih terus berjalan dengan santai, setidaknya ia tidak harus khawatir akan ada orang yang tertabrak olehnya karena sekolah sudah sepi. Namun begitu tinggal satu langkah lagi menuju tangga, Zena berhenti. Memilih untuk menaruh kedua tangannya di balkon depan kelas 12 IPA-5.

"Enak juga sih kalo hujan kayak gini tiap hari. Tapi kan jabeg juga nunggu angkotnya, basah semua baju gue." Zena menghembuskan napas, ia mengulurkan tanggannya untuk merasakan dinginnya air hujan.

Brukk

"Aduh, anjir!"

Suara benturan dan umpatan itu membuat Zena berbalik, melihat sekeliling untuk memastikan siapa yang membuat suara tersebut. "Nggak ada siapa-siapa. Terus itu siapa?" Azia bergidik ngeri, pikirannya sudah melayang memikirkan hal-hal negatif.

"Woi bukain pintunya lah. Dav, Dava! Sialan banget sih."

"Akbar, woi bukain elah. Gue pecat lo jadi temen, pada brengsek banget emang."

Zena berjalan menghampiri kelas 12 IPA-5 begitu menyadari kalau suara pintu yang di ketuk dengan kencang beserta umpatan kekesalan itu berasal dari dalam kelas. "Halo, ada orang di dalem?" ia menempelkan telinganya untuk memastikan.

"Ada. Masih ada orang di luar? Tolong bukain pintunya dong."

"Anjir, kaget gue." Zena menjauhkan telinganya, tangannya ia gunakan untuk mengusap dada. Menetralkan degub jantungnya karena kaget.

"Lo di kunciin ya? Bentar, gue buka dulu kuncinya."

Begitu pintu terbuka, seorang cowok dengan penampilan yang sedikit berantakan langsung menjadi objek pertama yang Zena lihat. "Oh god! Makasih udah bantuin," cowok itu mengacak pelan rambutnya sendiri sambil membenarkan letak tas merah-hitam miliknya.

"Sama-sama. Kalau boleh tau, kenapa lo bisa sampe ke kunci gitu?" Zena menyender pada balkon yang membuatnya langsung menghadap cowok yang baru saja ia tolong.

"Jadi, temen gue tuh emang pada sableng semua. Dua jam lalu, pelajaran Bu Kris dan gue yakin lo pasti tau gimana ngeboseninnya pelajaran tuh guru."

Zena mengulum senyum, ia mengangguk, "Terus?"

"Ya gue tidur dong, apalagi sih yang paling enak selain tidur setelah rebahan. Gue udah bilangin, kalo pulang bangunin gue. Eh, malah di biarin, sialan banget kan."  Cowok itu melipat tangannya di depan dada sambil memutar bola matanya dengan kesal.

"Dan di kunciin, right?"

"Yup. Emang pada kayak anjing semua kelakuan."

OVER REGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang