O9. Haunted House

4.1K 401 14
                                    

Suasana di salah satu universitas ternama di Seoul pada malam hari ini terlihat sangat ramai, mengingat adanya acara tahunan yang diselenggarakan sekarang, bukan hanya acara jurusan atau fakultas, namun keseluruhan universitas ini. Mulai dari panggung besar yang diisi oleh banyak artis ternama, bazar, dan bahkan sebuah ruangan yang diubah menjadi rumah hantu pun ada di sini.

Doyoung adalah salah satu dari sekian banyaknya orang yang hadir di sini. Namun dari sekali lihat saja orang bisa tahu bahwa ia tidak begitu menikmati acara ini. Terlihat dari wajahnya yang terus cemberut, membuat sang sahabat yang sedari tadi berada di sebelahnya mendengus sebal.

"Jangan pasang wajah itu di hadapanku!" dengus Ten, tangannya menunjuk wajah Doyoung seakan ia adalah pelaku kriminal. "Kalau kau mau pulang, pulang saja sana! Jangan terus mengikutiku kalau kau terus berwajah cemberut seperti itu."

Yang dimarahi hanya diam saja, tidak berniat membalas apapun. Tapi beberapa detik kemudian ia menatap sahabatnya, memasang wajah permohonan. "Maafkan aku," ucapnya. Bibirnya ia majukan benerapa senti. Terlihat imut memang, tapi Ten tidak akan terpengaruh.

"Tidak! Aku tidak akan memaafkanmu," balasnya. "Sana pergi saja ke kekasihmu! Aku malas menjadi babysitter-mu."

Doyoung makin memajukan bibirnya, dan menggenggam kedua tangan Ten. "Jangan tinggalkan aku." Ia meremas tangan Ten.

Ten berdecak. "Jangan tinggalkan aku katamu? Siapa tadi yang terus menghilang ketika aku ajak ke bazar, huh? Siapa juga yang tadi meninggalkan aku ketika aku ajak untuk ke lapangan depan panggung? Dan sekarang kau mengatakan jangan tinggalkan aku? Hhh. Lucu sekali." Ten mendengus, tangannya ia silangkan ke depan dadanya. Ia lalu melirik ke arah Doyoung yang terdiam dengan bibir yang masih maju dan pandangan yang terarah ke panggung, memperhatikan sang MC yang sedang memperkenalkan artis selanjutnya yang akan tampil, ia kembali mendengus saat mengetahui bahkan sahabatnya tak mendengar omongannya tadi.

Tiba-tiba ide jahil terlintas di kepalanya.

"Yak!" Ten menarik pipi Doyoung, membuat sang empunya meringis.

"O-owhㅡ kenapa sih, Ten?" ucapnya, dengan sikap yang kembali menyebalkan.

"Kau ingin aku maafkan, kan?" balasnya, sedikit tersenyum miring.

Doyoung membalas dengan mengangguk, membuat Ten tersenyum riang dalam hati.

"Kalau begitu temani aku ke rumah hantu!" Ia langsung menarik tangan Doyoung, tidak mempedulikan protesan yang keluar dari bibir pink-nya.

"Tidak mau! Aku tidak mau!" Doyoung mengeluarkan seluruh tenaganya agar tetap bisa diam di tempat, karena demi apapun ia sangat takut dengan yang namanya hantu! Ten mengetahui itu tetapi ia tetap menariknya menuju ke rumah hantu. Gila.

"Kau mau aku maafkan tidak, sih?!" Ten melepaskan tarikannya pada tangan Doyoung, matanya kemudian memandang tajam pada sahabatnya yang kali ini memasang wajah memelasnya.

"Mau... tapi tidak dengan memasuki rumah hantu."

"Yasudah! Kalau begitu kau sendirian saja di sini!" Ten segera beranjak menjauhi Doyoung, tapi sebelum itu benar-benar terjadi Doyoung menarik tangan Ten.

"Baiklah! Ayo kita ke rumah hantu!"

Dan Ten membalas dengan senyum miringnya yang bertambah lebar.

.
.
.

Maka di sinilah mereka sekarang, di depan pintu masuk rumah hantu dengan tiket di masing-masing tangan mereka setelah sebelumnya membeli tiket tersebut di tempat yang telah disediakan.

Doyoung menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengikuti Ten yang memberikan tiketnya pada seseorang yang berjaga di depan pintu masuk rumah hantu. Tepat saat ia memberikan tiket itu, suara teriakan terdengar dari dalam ruangan yang sebentar lagi akan dimasukinya, membuat Doyoung sedikit terperanjat dan memegang baju Ten erat-erat.

Jaedo's 💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang