Jaedo's 💕

12. Rain (I need warmth)

Dingin.

Itulah yang pertama dirasakan Jaehyun ketika ia membuka matanya dan langsung dihadapkan pada atap kamarnya yang bewarna putih kelam dengan hiasan lampu di tengahnya. Selang beberapa detik, bola mata hitamnya bergerak, menuju ke atas dinding dan menemukan jam yang menunjukan ke angka satu, yang artinya ini masih terlalu siang untuk dirinya merasakan suhu yang rendah ini.

Jaehyun meregangkan badannya yang terasa kaku, lalu ia bangkit untuk duduk di atas kasurnya yang dilapisi spray dengan motif kotak-kotak (itu pemberian dari ibunya yang kini sudah tinggal jauh darinya sebab memutuskan untuk tinggal di Negeri Paman Sam bersama suaminya barunya). Kemudian tangan Jaehyun terangkat, mengambil dan memeluk gulingnya saat dirasa udara di sekitarnya semakin dingin.

Ah. Pantas saja.

Inner Jaehyun berkata demikian saat matanya menangkap air yang turun dari langit dengan derasnya dari jendela kamarnya, yang mana suaranya tidak terdengar karena telinganya tertutupi oleh AirPods yang tengah memutarkan lagu milik Cigarettes After Sex. Jadi, Jaehyun melepaskan AirPodsnya setelah mematikan lagu yang terputar di sana, mengakibatkan suara hujan yang deras ditambah suara petir memenuhi indera pendengarannya.

Terbangun dari tidurnya yang berdurasi dua jam ternyata mampu membuat tenggorokannya kering. Hah, tenggorokan kering di musim hujan sungguh sangat tidak enak. Oleh karena itu, Jaehyun memutuskan turun dari kasur empuknya untuk membuat sesuatu yang akan menghilangkan rasa kering di tenggorokannya. Ketika kakinya turun dari kasur, telapak kakinya langsung menyentuh lantai yang dingin (ingatkan Jaehyun untuk kembali mengambil sandal berbulu hangatnya yang kini tengah dipinjam oleh Mark) dan membuat Jaehyun sedikit menggigil.

Kaki jenjangnya melangkah keluar dari kamar hangatnya dan mendekati dapur yang berjarak lima belas langkah dari posisinya sekarang. Setelah sampai di dapur, tangan Jaehyun mengambil teko dan mengisi setengahnya dengan air putih, setelah itu ia menaruh teko tersebut di atas kompor yang apinya dinyalakan kemudian. Sembari menunggu airnya mendidih, Jaehyun mengambil toples yang berisi kantong teh; membuka tutup toples tersebut dan mengambil satu buah kantong teh untuk kemudian ditaruhnya di atas mug yang sudah ditambahkan dua sendok gula pasir.

Seingat Jaehyun waktu yang diperlukan air untuk mendidih tidak begitu cepat, jadi ia memutuskan untuk mengeluarkan ponsel yang sebelumnya ia simpan di saku celananya dan membalas pesan dari beberapa temannya. Seperti pesan dari Johnny yang memintaㅡ ah tidak, memohon padanya untuk menemani pria dengan tubuh tinggi itu bertemu dengan Ten, serta Mark yang menanyakan apakah dirinya bisa memiliki sendal berbulu hangat milik Jaehyun. Ada juga pesan dari ibunya yang menanyakan kabar mengenai dirinya; yah, seorang ibu memang selalu khawatir mengenai kondisi anaknya.

Tepat ketika ia membalas pesan ibunya dengan mengetik ya, aku baik-baik saja di sini, teko yang berisi air itu berbunyi, menandakan airnya sudah matang. Jaehyun segera mematikan kompor dan mengangkat gagang teko hangat yang sudah dilapisi kain, ia kemudian menuangkan isinya hingga mug merah miliknya terisi dengan pas.

Sesaat kemudian teko miliknya kembali ia simpan di atas kompor, setelah itu ia mengambil sendok dan mengaduk teh hangat miliknya agar teh dan gula yang ia masukan terlarut sempurna.

Tangan Jaehyun sudah memegang mug merahnya yang hangat dan tanpa mengingat perintah ibunya yang selalu menyuruhnya untuk minum sembari duduk, Jaehyun justru malah meminum teh hangatnya dengan posisi berdiri.

Ah. Kombinasi antara hujan dan teh hangat memang terbaik.

Dengan masih memegang mugnya, kaki Jaehyun kembali melangkah menuju sofa yang terletak menghadap jendela besar yang menampilkan suasana hujan deras di luar rumahnya.