🧟‍♀️

7 1 0
                                    


Hari ini adalah hari Senin. Hari panjang bagi seluruh anak-anak yang bersekolah.
Sama seperti sekolah lainnya, hari ini akan dilaksanakannya upacara.

Perempuan itu sampai di sekolah pada jam 06.55 yang artinya lima menit lagi bel tanda untuk melaksanakan upacara akan berbunyi.

Perempuan itu setiap hari pergi ke sekolah dengan pak Pendeta. Ya pastinya pak Pendeta di Gerejanya lah. Dia ikut bersama dengan pak Pendeta menggunakan mobil karena sekolah anak-anak Pak Pendeta itu jalurnya melewati sekolahnya. Jadi sekalian dia nebeng. Lumayan bisa pake mobil kesekolah.

Selang 5 menit, bel benar-benar dibunyikan dan menggema diseluruh pelosok sekolahnya. Bel panjang yang diakhiri dengan panggilan menggunakan audio bagi para siswa dan guru untuk segera masuk kedalam lapangan upacara dan upacara bisa segera dilaksanakan.

Perempuan itu masih berdiri didepan pintu kelasnya, menyandarkan punggungnya pada pintu dan melihat kearah lapangan upacara dengan tatapan malas.

Ketua kelas mereka sudah berkoar sejak tadi, menyuruh untuk segera masuk ke lapangan upacara, karena guru piket sudah akan memulai perjalanan mengelilingi sekolah dan menyeret anak-anak nakal yang bersembunyi untuk mengikuti upacara.

"Ayo dong! Kalian kenapa masih berdiri disitu sih!?" Ketua kelas yang awalnya sudah berada di lapangan harus kembali ke kelas untuk memanggil anak-anak ayamnya yang masih tidak mau bergerak dan beranjak dari kelas.

"Kami masih piket sekarang! Nanti kalau halaman masih kotor, lalu Queen liat bagaimana?" Sahutan dari salah satu anggota piket yang sedang menyapu halaman.

Ketua kelas lalu cengengesan. Dasar ketua kelas gila! Kalau saja dia tidak pintar, dia mungkin sudah menjadi bahan bully habis-habisan. Selain pintar, dia juga seorang anak guru. Jadi mana mungkin ada yang berani meledeknya, atau bahkan membully nya?

Perempuan itu masih saja berdiri. Dia sangat malas dan benar-benar tidak mood untuk ikut kelapangan. Padahal tempat mereka berdiri itu dihalangi oleh sebuah pohon gersen, jadi di bagian kelasnya itu tempatnya dingin untuk barisan 1-7 atau 10.

Seorang teman dekatnya menarik paksa tangan perempuan itu untuk mengajaknya kelapangan dan ikut upacara. Meski tau temannya itu sedang dalam mode malas akut, dia tetap saja menarik serta berkata

"Ayooooo dongg. Itu bentar lagi udah mau mulai loh." Sangat memelas.

Perempuan itu melayangkan pandangnya kedalam kelas. Kosong. Hanya ada satu siswa yang sedang piket tadi dan sekarang sudah akan menuju ke lapangan.

Dengan sangat terpaksa, perempuan itu ikut dengan langkah kaki pelan dan malas. Temannya terus menarik tangan perempuan itu agar bisa berjalan lebih cepat lagi.

Saat sampai di lapangan, siswa laki-laki yang berdiri di barisan belakang langsung mundur dan membiarkan kedua wanita itu untuk berdiri pada barisan yang dingin.

Mereka baik bukan?

Sekarang perempuan itu dan temannya sudah berdiri dalam barisan. Baris urutan 5 dan 6 malahan. Padahal mereka baru datang. Tapi karena anak lain memang tidak suka didepan, jadilah mereka berdua disuruh maju hingga barisan ini.

"Aku kira kalian tidak datang." Ujar salah seorang siswi dengan lesung Pipit dikedua pipi mulusnya. Dia adalah salah satu teman dekat dari perempuan tersebut. Salah satu teman yang tau, bagaimana dan apa saja perjuangan yang diberikan perempuan itu untuk lelaki itu.

"Dipaksa." Penjelasan singkat dari perempuan itu sambil melirik teman yang berada dibelakangnya. Yang tadi memaksanya untuk ikut upacara.

"Eehheeh. Bagus dong, kan kamu udah jarang ikut upacara." Kata teman yang tadi memaksanya dengan senyum lebar.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang