JAYASHREE

68 9 1
                                    

Harusnya ia berterimakasih kepada Tuhan. Dicintai oleh seorang pria sebegitu tulusnya, selalu menguatkannya dikala ia ingin roboh. Di besarkan di keluarga berada tak kekurangan materi barang seperpun.

Tapi tidak. Bagi Aurora di besarkan di keluarga terpandang adalah sebuah siksaan.

Sejak kecil ia diajarkan sopan santun, tata krama dengan serius. Apa pun kesalahan  yang dilakukan Aurora ada hukuman. Kecil maupun besar kesalahan itu.

Aurora kecil diajarkan hidup keras di lingkungan keluarganya. Saling menjatuhkan, mengharap warisan.

Aurora muak, harus berhadapan dengan tatapan sini paman bibinya. Pada dasarnya mereka iri.

Haruskah ia bangga dengan kekayaan ini, walau ia tak merasakan bahagia.

"Aurora, bunda tekankan sekali lagi. Jangan pernah berhubungan dengan Maitreya." Ucap sang bunda.

"Bunda udah mutus kontak kami. Bagaimana kami bisa berhubungan?" Tanya Aurora acuh.

Ia muak dalam situasi seperti ini. Dipaksa bertunangan dengan orang yang ia tak tahu menahu wujudnya. Di zaman milenial seperti ini masih ada saja perjodohan.

Sang bunda diam-diam menghela nafas.

Ia tak menyangka bayi dari Tuhan yang ia anggap sebagai berkat, akan menghadapi hidup sulit di dunia. Terlebih ia sendiri yang ikut menuntun si putri ke dalam hal yang sangat dibencinya.

Ia sejujurnya tak rela Aurora harus menghabiskan sisa hidupnya dengan orang yang tak ia cinta. Ia tahu seberapa besar Maitreya mencintai Aurora. Tapi ia menutup mata.

Aurora kembali menatap rumah megah di depannya. Mari siksaan apa lagi yang ia rasakan didalam sana.

Aurora dibawa masuk oleh bundanya. Rumah megah tapi serasa sangkar emas.

Pintu besar, tinggi, nan megah itu terbuka.
Terlihat ayahnya yang tengah duduk di salah satu sofa menatapnya marah.

"Bagus Aurora, ulangi lagi. Kamu kabur dari perjodohan dan membuat malu keluarga. Masih untung keluarga Janardana masih mau melanjutkan perjodohan kalian." Ucap ayahnya marah.

"Aurora nggak mau perjodohan ini, ayah. Tapi ayah yang begitu ambisius dengan perjodohan ini. Apa karena pertukaran saham ayah merelakan kebahagiaan anak ayah. Ayah egois, sekali aja ayah nggak mau lihat perasaan Aurora. Dimana Aurora bahagia." Ucap Aurora frustasi.

Plak

Tamparan keras beradu dengan pipi putih Aurora. Sang ayah murka. Aurora terdiam, selama ini ayahnya tak pernah berbuat kasar kepadanya.

Aurora diseret masuk dan dihempaskan begitu saja oleh sang ayah. Pintu kamar Aurora dikunci. Aurora frustasi.

Ia menjerit bagai orang gila. Segala macam benda ia banting ke arah lantai. Kamar yang tadinya rapi, indah, kini tak ayal seperti kapal pecah. Ia sudah tak peduli dengan perih di kakinya yang menginjak pecahan beling.

Rambutnya acak-acakan, matanya sembab, kulitnya memucat.

Mungkin ini belum puncak dari penderitaannya.

•••

Anak adalah berkat dari Tuhan. Tugas orang tua membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Tak harus menuruti semua keinginannya. Berikan yang terbaik dengan cara terbaik.

 Berikan yang terbaik dengan cara terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
G I R I G A H A N A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang