Sang hyang menciptakan manusia dengan beraneka macam sifat dan kepribadian. Dengan berkat dari Tuhan, manusia dapat menjalani hidupnya dengan apik. Tapi terkadang manusia menjadi tamak akan berkat itu. Seorang kesatria muda yang melawan ketamakan ma...
Bunda Aurora berteriak memanggil suaminya juga Mahanta.
Pikirannya carut marut melihat putrinya terbaring diatas ranjang putihnya dengan darah menggenang di sekitarnya.
Mahanta yang datang terlebih dahulu lantas membawa tubuh lemah Aurora ke rumah sakit.
Hatinya ikut tak tenang melihat Aurora yang dalam ambang batas maut. Ia tak berhenti berusaha menghentikan pendarahan di lengan Aurora.
Air matanya terus menetes tak mau berhenti.
Aurora dibawa masuk ke dalam ruang UGD untuk selanjutnya dilakukan pertolongan.
Bahu Mahanta meluruh di dinding ruang UGD. Hatinya benar-benar hancur melihat saudarinya. Harusnya ia bisa melindungi dan menemani Aurora setiap saat. Dengan begitu, hal seperti ini tak akan terjadi.
Kedua orang tua Aurora tiba di ruang UGD. Bunda Aurora terus menangis di dalam pelukan suaminya. Ia tak menyangka keputusan keduanya membuat Aurora tertekan dan nekat melakukan hal itu.
Tak berselang lama Birendra datang dengan keadaan tak kalah kacau. Rambutnya sedikit awut-awutan. Dasi yang ia pakai sedikit melonggar.
Ia langsung bertolak dari kantornya menuju rumah sakit dimana Aurora dibawa setelah dihubungi oleh orang tua Aurora. Ia tak menyangka Aurora nekat melakukan ini.
Ia merasa sangat bersalah saat ini. Secara tak langsung, ia lah yang membuat Aurora tertekan. Begitu pikirnya.
Ia duduk di samping Mahanta yang terlihat sangat kacau. Darah Aurora membasahi kemejanya. Tangannya yang terkena darah Aurora pun belum ia bersihkan.
Dokter yang menangani Aurora keluar. Menanyakan apakah ada yang bergolongan darah O seperti Aurora. Ibu Aurora dan Birenda berjalan mengikuti suster untuk diambil darahnya.
Mereka berdoa semoga darah mereka cukup untuk Aurora.
•••
Aurora masih enggan membuka matanya.
Mahanta telah pulang, hanya tersisa ibundanya yang setia menunggunya terbangun.
Pintu ruang rawat Aurora terketuk. Dengan langkah lemas ibunda Aurora membuka pintu.
Ia terkejut pasalnya Maitreya datang dengan keadaannya yang sangat kacau. Peluh membasahi dahinya. Nafasnya terengah.
Ibunda Aurora memberikan waktu untuk Maitreya berdua dengan Aurora.
Sungguh ia tak pernah benci dengan pemuda itu. Tutur katanya sopan begitu pula dengan perilakunya. Jadi, bagaimana ia bisa membenci pemuda itu?
•••
Maitreya menangis di samping Aurora. Tangannya menggenggam jari ramping milik Aurora. Air matanya membasahi tangan Aurora.
Tangisnya tersedu-sedu melihat gadis yang ia cintai terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
Wajah cantik Aurora tampak pucat.
Maitreya terus membisikkan kalimat agar Aurora segera terbangun.
"Aurora kumohon bangun."
"Ayo kita kabur ke luar negeri seperti yang kamu mau. Aku nggak keberatan sekarang asal kamu bangun."
"Aurora kumohon bangun.."
Maitreya masih terus menangis di dalam ruang rawat Aurora. Tanpa menyadari bahwa ada Birendra disana dengan tatapan sendu.
•••
Jangan pernah putus asa
Keberhasilan selalu menanti untuk kau raih
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.