Part 5

3.5K 79 12
                                    


"Huwaa.... aku kesiangan... Ini aku tidur di mana sih? Kok bukan di kamarku?" Gadis bangun pagi dengan heboh. Dilihatnya jam dinding. "Apaa... Jam setengah enam kurang lima menit? Ya Allah..., aku kan belum sholat subuh. Kok bude gak bangunin aku sih? Aah ya lupa bude dan pakde gak di sini. Duh duh duh..." Segera saja Gadis bangun dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, sholat subuh, walau merasa kesiangan tapi mau gimana lagi?

Usai sholat, Gadis segera membereskan bale tempatnya tidur semalam. "Jadi semalam aku tidur di sini sendiran nih? Hiiy... kan seram. Tapi alhamdulilah tuh duda masih inget kasih selimut. Kalau enggak kan bakalan kedinginan banget aku. Eeh tapi emang Pak Ganda belum bangun ya? Emang gak sholat subuh tuh duda? Mentang-mentang lama tinggal di luar negeri terus melalaikan sholat huuh.." Sambil mengomel sendiri, Gadis tetap beraktivitas. Tubuhnya yang memang imut, tampak lincah ke sana ke mari. Dia bahkan sudah menyapu dan ngepel. Nah sekarang dia harus ke dapur. Memasak nasi dan meracik kopi hitam seperti yang diajarkan Ganda semalam sebelum dia dimarah duda tamvan itu.

Tidak berapa lama, ternyata bude dan pakdenya sudah pulang dan membawa belanjaan untuk beberapa hari ini. Membuat Gadis mendesah lega karena artinya dia tidak harus berduaan lagi dengan duda tampan tapi sedikit mesum itu.

"Gimana nduk? Sudah ketemu Pak Ganda kan? Dia baik sama kamu?"

"Sudah bude, iya baik tapi agak sedikit iseng ya bude? Mosok senengnya ngisengin Gadis melulu."

"Mungkin karena kamu sepantaran sama keponakannya. Eeh tapi masih SMA ding. Sudahlah sekarang bantuin bude masak ya nduk. Moga-moga kamu betah ya di sini, lumayan bude dan pakde ada yang bantuin selama tiga bulan ini. Apalagi kan bude dan pakde juga masih harus ke rumah sakit lagi untuk kontrol sakitnya pakde nih."

"Pakde masih berobatin asam uratnya ya?" Tanya Gadis, setahunya pakdenya memang terkena asam urat.

"Iya.. alhamdulilah sudah lumayan membaik tapi ya itu harus rajin kontrol nduk. Makanya pas kamu bilang akan di sini selama tiga bulan kami senang sekali, jadi ada yang mengurusi Pak Ganda."

***

Sudah dua minggu dilalui Ganda dan Gadis di villa. Dan dua minggu itu dilalui mereka dengan damai. Ganda lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan yang dia sebut studio. Mungkin studio lukis, karena dia betah sekali ada di situ dari pagi dan hanya keluar saat makan siang ataupun makan malam.

Tapi hari ini beda. Saat dia mendengar ada deru mobil yang masuk ke villa. Dia memicingkan matanya. Tidak bisa mengenali mobil itu. Hingga kemudian dia lihat pakde menurunkan koper dan beberapa tas dari mobil itu.

Hmm... tamu villa pertama? Bukankah aku sudah berpesan untuk menolak tamu kalau aku sedang ada di sini?

Yang membuat Ganda tambah kesal karena Gadis jadi ikutan repot mengurus tamu baru ini. Dia tidak suka jika ada orang lain yang menjadi prioritas padahal dialah pemilik tempat ini.

"Bude... pakde... maaf, saya mau bicara dulu sebentar." Ganda memanggil dua orang kepercayaan penjaga villanya.

"Ada apa nak Ganda?" Bude melihat muka Ganda yang tampak tidak senang. Raut mukanya keruh.

"Maaf bude, saya dulu kan sudah berpesan kalau saat saya datang di villa ini, villa pertama dan kedua tidak boleh disewakan. Saya ingin menjaga privasi saya selama saya di sini."

"Loh ini kan mereka mendaftar online by sytem Nak Ganda. Kami berdua ndak tahu gimana caranya menolak. Kan katanya Nak Ganda juga posting di internet tuh. Kami juga bingung kenapa kok bisa mereka pesan villa padahal kan Nak Ganda sudah melarang." Pakde menjawab pelan.

Ganda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Waktu itu dia lupa menginformasikan kepada admin online sales tanggal kedatangannya ke Yogyakarta. Ternyata memang salahnya.

A BOSS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang