“Maaf ya, Sehun memang begitu. Dia masih saja jahil seperti anak kecil. Tadinya ibu ingin membukakan pintu, tapi ia melarang. Dia bilang, kau lucu,” ucap ibu Sehun setelah ia membukakan pintu dan menyilakan Nana masuk ke kamar Sehun. Ia juga membawakan secangkir teh dan sepiring puding.Sehun masih saja tertawa tanpa beranjak dari tempat tidur.
“Silahkan dinikmati. Anggap saja rumah sendiri,” ucap ibu Sehun dengan ramah.
“Maaf merepotkan,” ucap Nana. Ibu Sehun tersenyum lalu beranjak.
Nana menatap Sehun dengan tatapan menusuk.
“Puas?” desisnya.
“Puas.” Tawa pemuda itu tak kunjung berhenti.Nana masih jengkel. Tapi melihat Sehun yang tertawa lepas seperti itu, tiba-tiba saja hatinya lega. Setidaknya, tak ada yang perlu ia khawatirkan.
“Jadi, kenapa kau tak masuk sekolah? Kau juga tak datang latihan,” tanya Nana seraya duduk di satu-satunya kursi yang ada di kamar tersebut.
Tawa Sehun terhenti.
“Kau tak lihat aku ada di atas tempat tidur? Itu tandanya aku sedang sakit,” jawabnya seraya nyengir.“Mana ada orang sakit yang tertawa keras seperti itu? Kau terlihat baik-baik saja,” sangkal Nana.
Sehun nyengir.“Dua hari ini aku bangun kesiangan,” ucapnya. Tapi Nana tahu ia bohong.
“Tapi sekarang sudah baikan, kan? Besok masuk tidak? Latihan bisa datang, kan? Ada masalah dengan lagu? Dengan suara? Nada?”
“Sudahlah. Jangan banyak tanya. Makan saja pudingnya,” potong Sehun.
“Memangnya aku ke sini cuma mau makan puding?”
“Ya sudah, kalau begitu jangan dimakan.”
“Akan kumakan!” jawab Nana kesal seraya memasukan sesendok puding ke mulutnya.
Hening sesaat. Nana asyik menyantap puding, sementara Sehun menatapnya secara diam-diam
“Aku tak menyangka kamarmu rapi.” Nana membuka suara sambil menatap sekeliling.
“Dan aku yakin, kamarku lebih rapi dari kamarmu, ya, kan?” jawab Sehun. Nana nyaris tersedak.
“Kok tahu?” desisnya. Sehun terkekeh.Nana bangkit dan menatap sebuah album foto di rak di samping Sehun.
“Boleh kulihat?” tanya Nana antusias.Sehun meraihnya.
“Boleh. Tapi sebentar... akan kusingkirkan beberapa foto pornonya,” ucap Sehun lagi sambil meringis. Ia mengambil beberapa gambar dari album foto tersebut lalu menyerahkan albumnya ke arah Nana.“Dasar mesum.” Nana bergidik.
Ia membuka-buka album foto tersebut. Dapat ia lihat foto Sehun dari dia SD sampai SMP. Melihat foto-foto Sehun, Nana merasa senang bukan main.
“Mana fotonya Kak Nana?” tanya Nana tanpa melihat ke arah Sehun, tangannya sibuk membolak-balik halaman foto.
“Nih.” Sehun menunjuk foto di tangannya.
“Boleh kulihat?”
“Yakin ingin melihat? Ini foto porno lho?” Tatapan Sehun kembali terlihat jahil.
Nana seperti hilang kesabaran. Ia berjingkat, naik ke ranjang Sehun lalu menyambar foto tersebut dari tangannya.
“Woa, kau nafsu sekali ya?” ujar Sehun jahil.
“Diamlah,” jawab Nana pendek seraya menatap foto di tangannya. Ia mengernyit.
“Ini bukan foto kak Nana. Ini ‘kan fotomu dengan Kris,” protesnya. Sehun kembali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bokura Ga Ita
FanfictionSaya tidak tahu harus menyebut ini Fanfiction atau apa. Yang jelas, cerita ini saya tulis karena saking cintanya saya dengan manga Bokura Ga Ita karya Yuuki Obata. Alur ceritanya pun sama persis dengan versi aslinya. Hanya saja, versi saya adalah g...