05.

84 19 0
                                    

Nana menutup muka dengan kedua tangan. Bahunya terguncang. Gadis itu terisak. Sementara Sehun hanya mampu menatapnya pilu, menungguinya menangis, selama hampir setengah jam.

“Maafkan aku, Nana.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya setelah tangis Nana agak reda.

“Jika saja aku mampu kembali ke masa lampau, akan kuhapus semua kenangan yang bisa membuatmu menangis. Sayangnya aku tak bisa. Masa lalu itu, akan terus bersamaku, mengikutiku, kemana pun aku berada.” Suaranya parau.

Nana mendongak dan menatapnya.
Hening lagi.

“Kau dan Yuri, kapan kejadiannya?” Suara gadis itu bergetar.

“Setelah Im Nana meninggal.”

“Dan kenapa kau melakukannya?”

Sehun tak segera menjawab.

“Perasaanku pada Im Nana begitu campur aduk. Aku sedih ketika dia meninggal. Tapi aku marah karena dia mengkhianatiku, tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Aku tahu bahwa selama menjadi pacarku, ia sering keluar dengan cowok lain. Teman-temanku pun tahu hal itu. Ketika kami mulai berpacaran, mereka sudah memperingatkanku bahwa Im Nana bukan gadis baik-baik. Tapi, rasa cintaku padanya tak bisa kubendung ...”

Kedua mata Sehun tampak berkaca-kaca.

“Aku bahkan tak datang ke pemakamannya.” Ia melanjutkan.

“Beberapa minggu setelahnya, aku baru datang ke rumahnya. Dan yang kutemui waktu itu adalah Yuri. Ia mengenakan baju Im Nana, dan ia menangis sendirian. Waktu itu aku hanya ingin menenangkannya. Tapi, entahlah, semua terjadi begitu saja. Aku melakukan sebuah kesalahan fatal.”

Nana kembali merasakan dadanya sesak.

“Apakah kau mencintai Yuri?”

“Tidak.” Sehun menggeleng.

“Kalau begitu, apakah kau masih mencintai kak Nana?”

Pemuda itu tak menjawab.

“Atau kau membencinya?”

Lagi-lagi ia tak menjawab.

Nana menggigit bagian dalam bibirnya dengan kesal.

“Jawab aku, Sehun! Katakan apa yang ada di kepalamu! Katakan apa yang menjadi bebanmu! Apa kau masih mencintai Im Nana? Atau kau membencinya? Perempuan itu memang telah mengkhianatimu berkali-kali, melukai perasaanmu. Jadi jika kau ingin marah, marahlah! Jika kau ingin membenci, bencilah! Jika kau ingin mengutuk, memaki, memakilah!

"Tapi setelah itu, cukup sampai di sini cerita tentang dia. Dia sudah pergi, selamanya. Jadi kau harus berhenti memikirkannya!” Nana berteriak. Ia tak mampu mengontrol emosinya.

“Bagaimana mungkin aku bisa berhenti memikirkannya?!” Sehun juga berteriak. Nana menatapnya tak mengerti.

“Aku mungkin marah padanya, tapi aku takkan bisa membenci perempuan yang paling kucintai di muka bumi ini.” Ia kembali berkata-kata.

Nana merasakan kakinya tak lagi berpijak di tempatnya semula. Tubuhnya serasa mati rasa.

Perempuan yang paling ia cintai di muka bumi ini ....

Kalimat itu menggema di kepalanya.

“Apapun yang ia lakukan, berapa kali pun ia mengkhinatiku, melukaiku, aku memaafkannya. Aku memaafkan semua kesalahannya. Bahkan jika mampu, aku ingin ia kembali. Aku ingin ia kembali ke dunia ini dan hidup bersamaku, selamanya!” Sehun kembali berteriak dan bersamaan dengan itu air matanya menitik.

Hati Nana hancur seketika.

Ia bersandar lemas di kursi dan menatap pemuda di hadapannya dengan lunglai.

Bokura Ga ItaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang