12 End

161 20 8
                                    

Sehun melangkah gontai memasuki kamar mandi kereta. Segera tubuhnya melorot di lantai kamar mandi yang lembab. Ponselnya tergeletak begitu saja di antara dua kakinya.

Ia sesenggukan, putus asa. Ingin berlari ke tempat Nana, tapi itu mustahil. Kereta yang ia naiki baru akan berhenti di stasiun selanjutnya dan itu paling cepat setengah jam kemudian.

Setelah itu, jika ingin kembali ke tempat Nana, maka cara tercepat ia harus naik taksi. Tapi tetap saja, ia baru akan sampai di sana beberapa jam kemudian. Itupun kalau jalannya lancar, tak ada macet.

Sehun mengacak rambutnya sendiri. Frustrasi.

Ia sempat terkejut ketika ponselnya kembali berdering. Segera ia menyambar benda tersebut dengan tak sabar.

“Kris?” Ia menyapa panik. Hening sesaat.

"Sehun... dia masih di ICU. Dia ..."

Terdengar Kris terisak.

"Kau harus ke sini, Sehun! Bagaimanapun caranya, kau harus ke sini. Ini tak adil untuk Nana. Ini tak adil baginya!" Suara Kris serak.

Sehun menelan ludah.

"Kembalilah. Temui Nana. Kau berutang banyak padanya. Kau berutang air mata, penderitaan, kesedihan, penjelasan dan ... waktu," jawab Kris lagi.

Sehun menggigit bibirnya keras. Air matanya tak bisa berhenti mengalir.

"Dengar sobat ... kau mendapat kehormatan dariku. Aku merelakan Nana untukmu padahal kau tahu bahwa dia satu-satunya wanita yang kuinginkan di dunia ini. Karena itu ... karena itu ... jangan sia-siakan pengorbananku, idiot!" Kris terdengar tak mampu mengontrol emosinya.

Bibir Sehun bergetar.
“Aku akan kembali, Kris. Aku pasti kembali,” ucapnya.

"Kami menunggumu."

“Aku akan berhenti di stasiun berikutnya lalu ke sana dengan naik taksi. Paling cepat aku akan sampai di sana beberapa jam lagi.”

"Oke."

Hening sesaat.

“Kris...” panggil Sehun dengan suara serak.

"Ya?"

“Jika terjadi sesuatu pada Nana ... Jika hal terburuk menimpanya ... tolong jangan pernah memaafkanku,” jawab Sehun.

Hening lagi.

"Aku memang tak berniat memaafkanmu jika hal buruk menimpa Nana, Sehun," jawab Kris.

Sehun manggut-manggut.

“Baguslah. Karena jika Nana pergi, aku juga tak berencana hidup lagi.” Ia memutus pembicaraan.

Lelaki itu kembali menegakkan tubuhnya lalu menyandarkan punggungnya ke dinding. Kepalanya menengadah hingga air mata mengalir melewati pelipis.

Nana ...
Jika ada orang yang mampu membuatku bertahan sampai saat ini
Kaulah orangnya.

Kenyataan bahwa kita masih berada di bawah langit yang sama
Membuatku kuat menghadapi semua cobaan hidup.

Karena itu ....
Kau harus bertahan.
Kau harus selamat

Aku akan menebus semua kesalahanku padamu.

Semuanya.

***

Sehun sampai di stasiun berikutnya dan segera mendapatkan taksi untuk membawanya kembali ke tempat Nana.

Bokura Ga ItaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang