Kamu: sementara yang aku kira selamanya.

9 1 0
                                    

Bertemu denganmu adalah hal yang tidak pernah ku rencanakan.
Kau hadir begitu saja bagai mentari yang begitu hangat dan menenangkan.

Kau datang dengan sejuta perhatian dan ribuan canda yang entah mengapa selalu berhasil membuatku terpikat.

Kau selalu berhasil membuatku merasa kesal kemudian tertawa atas semua hal yang kau lakukan.

Kau selalu berhasil membuatku gelisah jika kau terlambat mengirimiku kabar dan kembali berhasil membuatku merasa tenang setelah mengetahui bahwa kau baik-baik saja.

Ku akui aku pernah begitu berharap padamu.
Perempuan mana yang tidak berharap saat kau memperlakukannya seolah akulah satu satunya untukmu.

Tapi itu dulu jauh sebelum kita tidak lagi saling memberi kabar dan kembali menjadi asing untuk beberapa waktu.

Ku pikir saat itu kau sedang sibuk menikmati liburanmu bersama teman -teman dan menghabiskan waktu dengan hobimu. Aku tentu memaklumi itu.

Tapi tidak pernah ku bayangkan bahwa suatu hari setelah hari hari panjang yang ku lalui dengan menahan sesak karena merindukanmu. Kau hadir memberi tahu pada dunia bahwa kau sudah menemukan rumahmu yang baru. Rumah baru yang tentunya bukan lagi aku.

Aku tentu terkejut karena itu, tak pernah sekalipun aku berfikir bahwa dengan memberi jeda waktu untuk kita, membuatmu memiliki kesempatan untuk menemukan rumah barumu. Seseorang yang bersedia mendengar semua ceritamu, menampung semua sedih dan tawamu, menjadi tempatmu bersandar dan tentunya menggantikan posisiku.

Ku fikir saat itu aku akan hancur. Mengetahui fakta bahwa kau memang bukan di takdirkan untukku ku pikir aku akan begitu terluka.

Tapi ternyata jeda waktu yang hadir diantara kita tidak hanya memberimu kesempatan untuk menemukan rumah barumu. Tetapi juga memberikan kesempatan untukku agar mulai terbiasa menjalani hari hari tanpamu. Juga mengajarkanku untuk lebih kuat dari aku yang lalu.

Juga saat hari ini aku menemukan kenyataan bahwa kisah kita tidak berakhir seperti khayalku. Aku tetap baik baik saja. Masih bisa tertawa bahagia tanpa sekalipun menitikan air mata.

Dulu aku begitu mendambakan mu, berfikir bahwa aku akan sempurna jika bersamamu. Tapi ternyata jeda waktu yang hadir diantara kita menyadarkanku bahwa tidak ada pria sempurna di dunia.

Juga menyadarkanku bahwa kita memang tidak pernah ditakdirkan bersama. Karena pada kenyataannya aku yang menaruh harap terlalu tinggi padamu dan kau yang tak bisa merasa cukup hanya dengan bersamaku.

Kini setelah semua waktu itu kau dan aku kembali menjalin komunikasi seperti saat baru pertama kali saling mengenal kau dan aku tentu tidak masalah dengan hal itu.

Karena kini kau dan aku sudah menjadi biasa saja bagi satu sama lain. Karena pada kenyataannya kita tetap tidak bisa memaksakan takdir.

Karena kau dan aku hanya akan sebatas teman dan akan selalu seperti itu.




































Karena terkadang jeda dibutuhkan untuk mengungkapkan apa sesungguhnya mau hati.

Kata lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang