Keramaian yang aku benci.

3 0 0
                                    

Kita baru saja berakhir. Atau mungkin kita memang belum sempat memulai apapun.
Tiba-tiba kau dan aku sudah berjalan pada takdir yang berbeda. Hidup baru tanpa kata 'kita' yang sesungguhnya memang belum pernah menjadi milik kau dan aku dimulai.

Lalu beberapa waktu berlalu. Hari-hari patah hati berhasil aku lewati. Namun mengapa saat ini ditengah keramaian, diantara sorak-sorai bahagia orang-orang aku malah merasa kesepian.

Dibalik derai senyum dan tawa yang aku lukiskan diam-diam aku mencarimu. Mencoba menemukan sosokmu diantara banyaknya manusia disini.

Aku sempat tidak mengerti dengan diri sendiri sebenarnya ada apa dengan diriku ini?.

Mengapa aku masih sudi mencarimu yang sudah mematahkan hati?.

Namun ternyata aku menemukan jawab untuk tanyaku sendiri bahwa diam-diam aku meridukanmu tanpa pernah aku sadari.

Kemudian aku termenung sendiri teringat bagaimana dirimu.

Kau adalah manusia paling santai yang pernah kutemui. Seolah hari esok tidaklah penting untukmu, hidupmu dipenuhi dengan tawa dan canda. Awalnya aku bahagia, namun sikap penuh candamu membuatku memilih menyerah.

Karena sebahagia apapun kita kau tidak pernah mampu memberi kejelasan untuk apa sebenarnya semua yang kita lakukan. Juga tidak pernah mampu menjawab semua tanya yang aku ucap.

Kamudian di tengah keramaian ini tiba-tiba aku menitikan air mata. Membuat mereka bertanya-tanya apa yang terjadi, yang kemudian hanya bisa kubalas dengan dusta bahwa aku baik-baik saja.

Setelah mengucapkannya air mataku justru semakin deras mengalir membuatku pamit pergi untuk menenangkan diri. Aku berlari mencari tempat bersembunyi untuk meluapkan segala emosi.

Entah bagaimana bisa ketakutanku menjadi nyata. Bahwa pergi kedalam keramaian akan membangkitkan seluruh memori duka dan bahagia yang pernah ada diantara kita bahwa sesungguhnya sosokmu begitu menyatu dengan keramaian di benakku seolah menjadi satu.

Diam-diam dibalik tempat sunyi yang kutemukan setelah berlari cukup jauh dari keramaian. Semua bayangmu hadir. Senyummu, tawamu, cemas dan marahmu hadir bak potongan film rusak dikepalaku.

Aku menarik nafas berusaha menangkan diri dari gejolak sesak yang kurasa karena mengingatmu. Aku mencoba menguatkan hati menerima semua dengan lapang hati bahwa kepergianmu mutlak abadi dan kebencianku tidaklah berarti.
















































Jadi sebenarnya keramaian atau kau yang aku benci?.

Kata lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang