Kali pertama mata kita bertemu kau berhasil menghentikan pergerakan semestaku. Kau menyerap habis seluruh atensiku.
Kau membuatku jatuh cinta dengan cara paling sederhana. Kau membuatku jatuh cinta melalui cara pandangmu terhadap dunia.
Kau membuatku memandang dunia melalui sisi yang berbeda. Kau berhasil menunjukan padaku keindahan lain dari alam semesta.
Kau mengajakku masuk kedalam duniamu, dunia yang tentu saja begitu baru bagiku.
Kau berhasil membuatku meletakan semua harapan, bahagia, percaya, bahkan tanpa aku sadari aku sudah meletakan cintaku disana.Kita menjalani hari-hari dengan bahagia. Namun pada suatu malam di atas bukit ditemani indahnya bintang di langit malam pernah aku bertanya padamu sebenarnya kita ini apa?.
Lalu dari sekian banyak asumsi dalam benakku jawabmu ternyata sangat mengejutkanku. Kau berkata kau bisa menjadi teman yang dapat kucari ketika aku sedih. Kau bersedia menjadi apapun yang aku butuhkan.
Namun dari semua jawabmu ada satu yang masih membekas hingga kini, hingga waktu dimana aku memilih pergi dan menyerah membiarkan hatiku menangis terluka.
Pada malam yang sesungguhnya indah itu kau berkata bahwa bahagia adalah tanggung jawab diri sendiri. Kau tidak bersedia bertanggung jawab atas bahagiaku atau siapapun itu. Juga berkata bahwa memilih tidak terikat dengan siapapun adalah pilihan hidupmu.
Kau tau saat itu rasanya hatiku remuk tak tersisa, sesaknya sempat membuatku mati rasa. Namun kemudian aku tersenyum, tersadar bahwa aku tak punya kuasa. Juga tersadar bahwa kau tidak pernah menjanjikan apa-apa.
Aku sendiri yang menjadikanmu alasan bahagiaku. Lalu saat kau berkata seperti itu aku tidak akan pernah mampu membencimu.
Bahkan hingga hari ini setelah sekian waktu aku memperbaiki hati dengan memilih pergi jauh menghilang dari hidupmu.
Aku tidak pernah mampu menghapus memori tentangmu dari relung hati.
Aku terinspirasi kale dan awan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata luka
RandomSaat semua yang ada dalam kepala dan hati tidak pernah mampu bersuara.