S-soobin-ah lo lucu banget tau ga?🥺
Soobin menyendok tiap-tiap potongan kue tart yang kubawa dengan lahap. Padahal tadi kami makan banyak. Ia masih tak kenyang.
Aku mengusap ujung bibirnya yang kotor dengan krim coklat dari tart itu menggunakan tisu. Hanya seperti ini tapi jantungku sudah lari kesana-kemari. Sudah setahun dan rasanya tetap sama. Gugup.
"Terima kasih"
Ia mengusap rambutku lagi.
Kami saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Aku dapat merasakan manis krim coklatnya. Terlalu hanyut dalam ciuman kami. Entah kapan terakhir kami melakukan ini. Yang pasti aku merindukan hal seperti ini.
hingga ponsel didekatnya bergetar dan ciuman kami terlepas begitu saja.
tak sengaja aku melihat nama yang tertera diponselnya.
Hyunji.
Lagi..
Aku mengalihkan pandanganku saat ia terlihat bingung ingin mengangkat panggilan itu atau tidak. Sementara ponsel soobin terus bergetar seperti memaksanya untuk menerima panggilan itu.
Akhirnya ia mengangkatnya.
Beberapa menit soobin berbicara dengan hyunji didapur. Aku yang ada diruang tengah tak mampu mendengarnya. Dengan perasaan kesal aku menunggu mereka selesai bicara hingga soobin datang dengan wajah yang tak dapat kuartikan.
"Yooa-ya"
"Kenapa?"
"Aku benar-benar minta maaf-"
Sudah kuduga.
"H-hyunji bilang ia sedang sakit. Ia memintaku mengantarnya kedokter. Aku tak bisa menolak karna hyunji memaksaku. Ia juga terdengar benar-benar sakit jadi aku tak tega"
Mataku rasanya memanas.
Kenapa harus disaat seperti ini?!
"Jadi kau akan pergi?"
Tanyaku dengan sedih. Tak pernah aku tak merasa sedih disaat seperti ini."Aku akan pergi sebentar. Benar-benar hanya sebentar. Setelah mengantarnya kedokter aku akan kembali lagi"
"Tidak bisa ya hyunji meminta teman lainnya untuk mengantarnya?"
Bukannya egois. Hanya saja... batas toleransiku sudah tersenggol."Tak ada teman yang dapat dipercaya. Kumohon, yooa. Aku harus mengantarnya. Aku janji aku akan cepat-cepat"
Tak ada gunanya aku melarangnya. Bagaimanapun ia akan tetap pergi. Kalaupun ia tak jadi pergi karna permintaanku, pasti ia akan murung sepanjang hari. Jadi apa bedanya? Pergi dan tidak tetap saja dua-duanya menyakitiku.
"Baiklah"
Ia tersenyum mendengar jawabanku. mendekatiku lalu mengecup keningku singkat.
"Terima kasih. Aku pergi. Jangan habiskan kue tartnya ya"
Dan setelah itu aku sendirian diapartementnya :")
---
Author pov.Tok tok
"Permisi, nona"
"Ah bagaimana aku membangunkannya?"
"Nona tamu. Bangunlah"
Tok tok
Lelaki muda itu mengetuk meja beberapa kali berusaha membangunkan yooa."Soobin-ah.."
Yooa mendongak sembari mengucek matanya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya."Eo? Kau bukan soobin"
Lelaki itu tampak salah tingkah sebelum membungkuk untuk memperkenalkan diri.
"Anyeonghaseyo. Namaku beomgyu. Aku sepupu soobin hyung"
"Ahh jadi kau sepupu soobin? Perkenalkan namaku yooa. Maaf ya aku tertidur disini"
Yooa mengecek ponselnya untuk melihat jam.
21.30
Sudah lama sekali ia tertidur.
"Apa soobin sudah kembali?"
"Aku baru pulang dan belum melihatnya"
Seketika dada yooa berdenyut nyeri. Jadi soobin belum kembali hingga malam begini?
"Baiklah. Lebih baik aku pulang"
Yooa kecewa. Sangat.
"Jangan, noona. Apa perlu aku telponkan soobin hyung dulu? Kurasa noona sudah menunggunya terlalu lama, biar soobin hyung bertanggung jawab mengantarkan noona pulang"
"Tak perlu.."
"Apa aku saja yang mengantar noona? Ini sudah malam"
"Aku bisa pulang sendiri, Beomgyu-ssi"
"Biar aku carikan taksi ya? Ayo kuantar sampai depan"
"Tak perlu. Habiskan saja tart yang ada dilemari es ya, kurasa soobin tak akan memakannya lagi. Aku pulang dulu"
Dan beomgyu mematung melihat yooa berjalan keluar. Ia merasa bersalah pada yooa. Batinnya memaki soobin habis-habisan. Bagaimana bisa soobin meninggalkan kekasihnya diapartement hingga tertidur seperti itu? beomgyu tak habis pikir.
---
Song yooa POVAku tak mau menghubungi soobin. Aku juga tak mau tahu tentangnya. Biarkan ia bersama sahabatnya. Biarkan ia merawat sahabatnya yang sakit dan biarkan ia mengabaikanku. Aku tak mau meminta perhatiannya lagi. Sudah lelah.
Kakiku pegal sekali. Awalnya aku tak merasakannya karna amarah besar dalam diriku namun jujur lama-lama aku merasakan kakiku sakit. Tapi siapa yang peduli? Aku tak peduli. Aku akan berjalan sampai apartementku. Bukan karna apa tapi karna sudah tak ada taksi, apalagi bus.
"Yooa-ya"