Part 3. Hatiku

3.4K 433 19
                                    

Hujan mulai turun. Orang-orang berlarian untuk mencari tempat berteduh, kecuali seorang gadis yang melangkah dengan sorot mata sendu. Membiarkan hujan membasahi tubuh mungilnya. Tanpa orang-orang ketahui, gadis itu sedang menangis di bawah guyuran hujan.

Bagaimana selanjutnya? Aku harus tinggal dimana? Bagaimana caraku bertahan hidup sendirian di sini? Papa, mama, tanpa kalian aku memang lah bukan apa-apa di dunia yang kejam ini.

Fiza terus bergumam di dalam hati.

Bagaimana kabar kalian semua di sana? Apakah kalian sudah tenang di sisinya?

Gadis itu mendongak ke langit nan gelap. Matanya terpejam merasakan air hujan menetesi wajahnya.

Aku tidak baik di sini, ma. Aku ingin bersama kalian.

Senyuman getir muncul di bibirnya. Sekarang hidupnya di ujung tanduk. Tidak ada tempat tinggal, tidak ada orangtua dan sahabat, tidak ada makanan, tidak ada yang dikenalinya. Menyedihkan.

Siang telah berganti dengan malam. Hujan pun sudah berhenti. Pakaian Fiza sudah kering meski gadis itu sangat kedinginan sekarang. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah gubuk tua yang tidak berpenghuni.

Dibawah sinar bulan purnama, Fiza dapat melihat gubuk itu dengan sangat jelas. Dia bisa saja beristirahat di dalam sana, akan tetapi dia takut. Takut jika ada penghuni rumahnya. Hantu.

Namun, suasana yang mendesak membuatnya membuang jauh rasa takutnya. Dengan jantung yang berdegup kencang ia mulai masuk ke dalam gubuk.

"Kalau kalian ada, tolong jangan ganggu aku." bisiknya pada penghuni rumah (jika ada) setelah masuk ke dalam gubuk.

Fiza menghidupkan api di perapian hanya dengan mengandalkan batu dan ranting kayu. Meski belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, dia tetap optimis untuk melakukannya. Jika dulu dia selalu mengandalkan teman, maka sekarang dia hanya dapat mengandalkan diri sendiri.

Sejam kemudian baru lah dia berhasil menghidupkan api. Tangannya sakit dan memerah.

"Ternyata hidup tanpa orangtua dan teman semenyedihkan ini." kekehnya miris.

"Dulu aku menyia-nyiakan mereka, tetapi sekarang aku ingin mengulang waktu bersama mereka lagi. Jika saja bisa aku akan menggunakan waktu bersama mereka dengan sebaik-baiknya."

Tanpa sadar dia tertidur akibat terlalu lelah.

****

Esok harinya Fiza keluar dari dalam gubuk dengan senyuman penuh semangat. Dia akan buktikan kalau dia bisa hidup tanpa bantuan siapa pun. Sekarang, misinya adalah mencari makanan. Karena tidak punya uang, maka dia akan mencari beberapa buah-buahan di hutan.

Orang-orang yang dilaluinya, menatap dirinya dengan tatapan aneh. Mungkin karena fisik Fiza berbeda dengan mereka semua.

Fiza pendek dan kecil. Mungkin jika dibandingkan dengan Xavier, kepala Fita hanya mencapai dadanya saja. Kulit berwarna kuning langsat sedangkan orang-orang di era ini berkulit putih, kecuali para sebagian rakyat tentunya. Matanya pun tidak sipit seperti mereka.

Dugh!

Karena tak fokus, dia menabrak seseorang.

"Pulang!"

Fiza mendongak dan menatap sinis orang yang berbicara di depannya. "Untuk apa aku pulang ke sana kalau keberadaanku hanya dianggap parasit?"

Pria itu menatapnya datar. "Keberadaanmu memang parasit. Perlahan-lahan mulai mengambil sesuatu berharga dalam hidupku dan aku akan mati secara perlahan-lahan."

Kerutan muncul di dahi Fiza karena kesulitan menerjemahkan ucapan Sean. "Apa maksudmu?"

"Pulang!" sahutnya tanpa repot-repot menjawab pertanyaan Fiza.

"Aku tidak mau! Aku bisa hidup sendiri di dunia asing ini!" Ia berbalik dan melangkah cepat. Berusaha menjauh dari pria yang selalu membuatnya kesal dan sakit hati.

"Berhenti!"

Fiza menghiraukan perintah Sean. Sudah cukup harga dirinya diinjak-injak oleh pria itu. Sekarang tidak akan dibiarkannya lagi. Biarlah dia hidup dalam kesengsaraan di dunia ini asal tidak bertemu dengan pria jahat itu.

"Dasar keras kepala." Tubuh Fiza melayang karena Sean menggendongnya secara paksa.

Gadis itu menatap kesal dan menggoyang-goyangkan kakinya agar Sean kewalahan dan menurunkannya. "Turunkan aku!!"

Sean lagi-lagi menatap Fiza datar. "Apa kau sama sekali tidak mengerti maksud ucapanku sebelumnya?" Mengambil nafas untuk sejenak. "Semenjak kau hadir. Kau mulai mengambil sesuatu yang berharga dalam hidupku."

Kerutan di dahi Fiza semakin menjadi. Ia bingung dengan ucapan berbelit-belit Sean. "Apa maksudmu sebenarnya?"

"Hatiku."

Deg!

Bersambung..

Rebirth: Two OwnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang