Part 4. Bisa Membaca Pikiran

3.4K 409 49
                                    

Hatiku~

Mungkin jika dia mempunyai perasaan tertentu ke Sean, Fiza akan merasa sangat bahagia mendengar ucapan Sean. Tetapi, sayangnya dia tidak memiliki perasaan apa pun kepada Sean.

Sakit hati atas tingkah Sean selama ini membuatnya berkomitmen untuk tidak menaruh perasaan apa pun kepada pria itu. Untuk melihat Sean saja dia muak. Bahasa singkatnya, dia sudah ilfeel ke Sean sejak pertama bertemu.

Fiza memang pecinta cogan akan tetapi di dalam kamus hidupnya tidak ada istilah merendahkan diri untuk mendapatkan cogan tersebut. Jika cogan itu menyukainya, dia bersyukur. Jika tidak suka, bodo amat. Itu lah prinsip Fiza selama ini.

"Kenapa kau diam saja?" heran Sean.

Aku pikir gadis jelek ini akan tersenyum malu-malu dan langsung memelukku karena bahagia. Tapi, reaksi macam apa ini?

Fiza mengerjap pelan mendengar suara aneh itu. Berusaha mengabaikan dan tak ambil pusing karena menganggap hanya halusinasinya.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Kesal, Sean melepaskan tubuh kecil Fiza hingga gadis itu berteriak kesakitan akibat mendarat kasar di tanah.

"APA KAU TIDAK BISA BERSIKAP LEMBUT SEDIKIT SAJA?!" teriaknya kesal.

"Pulang!" Sean berbalik dan mulai melangkah pergi.

"CEPAT IKUTI AKU, SEBELUM AKU MENYERETMU PULANG."

Seketika Fiza ingin menangisi sikap arogan Sean. Namun, apalah daya, air matanya tidak mau keluar sama sekali. Tak ingin membuang waktu, gadis itu segera berdiri. Ia yakin, Sean tidak akan main-main dengan ucapannya.

"Apa dosaku hingga bertemu dengan orang sejahat dia?" gumamnya seraya menatap punggung lebar Sean.

Dengusan kesal keluar dari hidungnya. "Lihat saja, sealan. Di dunia nyata aku memang tidak bisa membalasmu tapi di dunia fiksi akan aku buat kau menderita." Fiza tertawa menyeramkan.

Banyak ide jahat yang berkeliaran di otaknya. Setiba di istana nanti dia akan menulis cerita baru.

Dengan semangat berkobar Fiza menyusul Sean. Bahkan mendahului pria yang di capnya jahat itu.

"Tidak ada istilahnya seorang putra mahkota berjalan di belakang seorang kaum rendahan."

Kenapa mulutnya tajam sekali? Batin Fiza kesal.

Gadis itu tersentak ketika Sean menarik tangannya.

"Berjalan disampingku!"

Karena aku tidak suka melihat sekumpulan pria sialan itu menatapmu dengan tatapan tertarik.

"Tidak mau!"

Fiza berusaha mengacuhkan suara aneh yang tiba-tiba terdengar olehnya.

"Jangan membantah perintah seorang putra mahkota." Sean kembali bertindak arogan.

Mulut sialan!! Kenapa setiap berbicara dengannya aku selalu malu untuk berbicara baik-baik??? Padahal aku ingin berbicara dengan baik kepadanya. Aku tidak ingin dia membenciku.

Fiza meraup wajahnya kasar. Sepertinya dia mulai gila. Bagaimana mungkin dia bisa membaca pikiran Sean?

"Kau kenapa?"

Fiza mengabaikan tatapan aneh Sean. Perlahan, dia menepis tangan Sean. "Jadi pulang gak sih?" ketusnya.

Mereka kembali ke istana dalam diam. Sean sama sekali tidak berniat membuka suara. Begitu pun dengan Fiza.

Sebenarnya dia itu kenapa sih? Padahal tadi dengan manisnya dia mengatakan 'hatiku' tapi tindakannya sama sekali tidak mencerminkan ucapannya. Apa dia berkepribadian ganda? Tapi, perasaan aku tidak membuatnya berkepribadian ganda. Ah, sangat memusingkan menghadapi laki-laki sepertinya.

Masalah membaca pikirannya tadi. Apakah aku punya kemampuan membaca pikiran seperti di cerita yang sering kubaca?

Apakah aku hanya bisa membaca pikiran seseorang ketika bersentuhan? Lebih baik aku pastikan saja sekarang deh.

Fiza sok limbung ke samping. Untung saja Sean berbaik hati menahan tubuhnya.

Dia kenapa? Apa dia pusing?

Mata Fiza membulat. Ternyata dugaannya benar.

"Jalan yang benar! Lain kali jika kau terjatuh aku tidak akan menahanmu lagi."

Fiza tersenyum miring. Dasar Sean! Lain di mulut, lain di hati.

"Baiklah, baiklah. Aku akan lebih hati-hati. Aku hanya sedikit merasa pusing." kekehnya.

Tiba-tiba Sean berjongkok di depan Fiza.

"Kau ngapain?" herannya.

"Naik ke punggungku!"

Bersambung.

Rebirth: Two OwnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang