Part 1

20.4K 552 8
                                    

Pov suami (Farhan)

•••

"Mau aku ambilin nasinya mas?"

"Mau dibikinin kopi?"

"Atau Mas Farhan mau mandi dulu? Aku siapin airnya ya?"

Aku tahu, ia hanya sedang mencoba untuk menjadi istri yang baik. Segala cara ia coba untuk bisa sedikit saja menarik simpati dariku. Namun aku terus saja mengacuhkannya.

Senyuman manis selalu ia sunggingkan saat di depanku. Penampilannya pun selalu rapi dan sedap dipandang.

Namun begitu, aku masih selalu dingin kepadanya. Ya, aku memang suami yang payah. Kadang aku hanya menjawabnya dengan "hmmm". Atau bahkan tak menjawabnya sama sekali.

Jangankan membalas senyumnya. Keberadaannya pun terkadang tidak pernah aku anggap di rumah ini.

Sungguh ironi memang. Di luar, aku tampak sempurna. Fisik yang tak kurang suatu apa, kekayaan yang melimpah ruah. Tak sulit bagiku mendapatkan wanita manapun.

Namun, justru kisah cintaku berakhir di pelaminan dengan wanita yang tak kukenal. Yang aku bahkan baru mengetahui nama panjangnya saat akan mengucap ijab qabul.

Entahlah.

Mungkin aku butuh waktu untuk bisa menerima perjodohan ini. Setahun berjalan rasanya masih terasa asing dengan wanita yang tiap malam tidur di ranjangku.

Hatiku masih belum bisa menerima ia yang telah kusebut namanya dalam ijab qabul. Namun jauh di dalam sana justru telah tertancap satu nama yang lain. Ya. Nama wanita lain.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞

"Sarapan dulu Mas, aku udah siapin masakan kesukaan Mas Farhan" sambut Irin begitu aku selesai mandi.

Aku melenggang begitu saja tanpa menghiraukan apa yang ia katakan.

Dan benar saja kulihat di meja makan sudah tertata rapi beberapa masakan yang sesungguhnya menggoda selera. Ada rendang sapi kesukaanku, telur dadar, dan sayur daun pepaya.

"Bik Umi, tolong bikinin aku nasi goreng telor ceplok donk. Cepet! Ga pake kecap. Dan ga pake lama!"

Wanita tua itu tergopoh-gopoh dari dapur menghampiriku karena mendengar perintah dariku. Lalu sorot matanya beralih menatap Irin, seakan tahu kekecewaan dan kekesalan Irin yang kuabaikan.

Mata Bik Umi kembali menelisik meja makan yang sudah rapi dengan beragam masakan. Lalu kembali menatap Irin seakan meminta ijin untuk melaksanakan perintahku.

"Oh, Mas Farhan lagi pengen nasi goreng? Yaudah biar aku yang bikinin." Kata Irin masih dengan tersenyum.

"Ga usah! Biar Bik Umi aja. Rasanya beda kalo kamu yang bikin. Buruan Bik, keburu siang ni"

"I.. i.. iya den." Jawab Bik Umi terbata.

Kulihat gurat kesedihan di rona cantiknya. Ia terlihat sedikit menahan nafas. Aku tahu ia sedang berusaha menyembunyikan kekecewaannya. Tapi apa peduliku. Toh bukan urusanku.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Aku tengah bersiap untuk tidur saat tiba-tiba terdengar ponsel Irin berdering. Satu kali, dua kali, tiga kali, membuatku penasaran untuk mengintip siapa yang menelefon Irin malam-malam begini.

Kulihat nama Mas Bintang di layar dengan latar belakang foto pria yang seperti tengah berada di atas kapal. Namun wajahnya tidak terlihat dengan jelas.

Irin terlihat tergesa-gesa keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri ponselnya. Raut wajahnya langsung berubah seketika saat melihat nama dalam layar.

Ia terlihat kaget namun ia berusaha untuk menyembunyikannya. Sesaat kemudian ia mematikan ponsel dan membaringkan dirinya di ranjang.

Dan aku, tentu saja tak peduli. Aku pura-pura tidur meski sebagian mataku tetap terjaga untuk mengintip apa yang Irin lakukan.

Kulihat ia gelisah, berkali-kali membolak balikkan badannya. Kemudian kembali terduduk dan kulihat bahunya terguncang. Ia menangis.

Siapa Bintang? Kenapa Irin tidak menerima telfonnya? Dan mengapa Ia menangis? Apa yang sebenarnya ia tangisi?

Beberapa tanya membayang di kepalaku. Kucoba untuk mengacuhkan rasa penasaran tersebut namun aku justru makin penasaran dibuatnya.

Irin yang terlihat lugu. Irin yang selalu mencoba untuk menjadi istri yang baik dan patuh. Apa benar ada lelaki lain dalam hatinya? Benar-benar membuatku tak habis pikir.

But hey, bukankah ini yang kau inginkan? Bukankah ini yang selama ini kau cari? Alasan untuk mentalak Irin.

Otakku mencoba menyadarkan diriku sendiri.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️🍀

Next atau ga ya? Hehe

Kunanti TalakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang