Part 4

7.4K 380 9
                                    

Masih PoV Istri (Irin)

"Mas, jika memang kamu tidak bisa menerima pernikahan ini. Kenapa tak kau talak saja aku? Tolong pulangkan aku ke rumah orang tuaku dengan baik-baik. Dan anggap saja diantara kita tidak pernah terjadi apa-apa." Tukasku to the point.

"Kunanti talakmu, Mas." Lanjutku lugas. Kuberi penekanan pada intonasiku agar dia tahu aku serius.

Mas Farhan diam beberapa saat. Kembali menunduk dan membetulkan sepatunya. Kemudian berdiri, menatapku tajam lalu berkata,

"Oke. Segera!" Jawabnya ketus seraya berlalu dari hadapanku.

Ya Rabb, benar-benar masih kuingat betul perlakuan Mas Farhan kepadaku hari itu. Dimana aku meminta keadilan atas diri ini namun ia masih tetap tidak menghiraukan perasaanku sedikitpun. Ini tidak adil. Sungguh tidak adil.

Tiap malam kutengadahkan kedua tangan ini berharap dan berdoa kepada-Nya, Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia, untuk melunakkan hati Mas Farhan walau hanya sedikit saja.

Berikan hamba kesabaran yang lebih lagi untuk menghadapi kerasnya hati Mas Farhan ya Allah. Namun jika pada akhirnya ia menjatuhkan talak padaku, maka aku  bisa apa? Tak ada yang bisa aku lakukan lagi untuk memperbaiki pernikahan ini. Terlalu lelah jika hanya aku yang berjuang sementara Mas Farhan terlanjur menganggapku orang asing yang sama sekali tidak ada arti baginya.

Baiklah jika memang ini jalan yang Kau pilihkan untukku Ya Rabb, maka aku akan mencoba untuk bisa menerimanya dengan lapang. Meski aku tahu akan banyak air mata yang tertumpah. Meski aku tahu akan banyak hati yang kecewa. Bukan hanya aku, tapi orang tua kita.

Ah, sudahlah. Tak ingin lagi aku terlalu larut dalam kesedihan ini. Kini yang harus aku lakukan hanyalah tinggal mengenyahkan sosokmu saja dari hati ini. Karena jujur, dari sejak pertama kau melafalkan namaku dalam ijab qabul, aku telah mulai menata hati untuk menyerahkan jiwa dan raga ini padamu. Berharap kau bisa menjadi sosok imam yang sempurna untuk anak cucu kita kelak.

Namun apalah daya harapan hanya tinggal harapan. Mahligai indah yang selalu coba kurajut pelan-pelan dengan tulus ini ternyata tak bersambut. Kini hanya tinggal rasa kecewa yang mendera di sekujur jiwa.

Setengah hati ini mencoba untuk terus bertahan, menapaki jejak cinta suci yang tak bertali. Namun, setengahnya lagi terus berteriak untuk berontak. Ya, setengah dari diriku tak terima diri ini diperlakukan tak adil. Sehingga pergolakan ini membuat sujud-sujudku semakin panjang.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Malam-malam berlalu tanpa Mas Farhan disampingku. Terasa ada yang hilang, namun aku harus mulai membiasakan diri tanpanya. Karena toh memang ia tak ingin selamanya disampingku. Maka sungguh tak layak lagi diri ini untuk berharap.

Dan pagi hari ini kuputuskan untuk memulai lembaran baru. Dengan atau tanpa Mas Farhan aku harus terus melanjutkan hidupku. Hidup  yang setahun ini serasa terbuang percuma.

Kutegakkan tubuhku, lalu berdiri di depan cermin. Cantik, sepertinya sudah. Langsing, juga sudah. Apa kurangnya aku, Mas? Huff, kembali kusesali diri ini.

Ah, tiba-tiba saja terbesit ide untuk mengubah penampilanku. Lantas aku bergegas ke kamar mandi dan setelahnya aku langsung minta diantar ke salon oleh supir.

Di salon, aku meminta pelayanan full service dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lumayanlah, hitung-hitung memanjakan diri.

Spa dan lulur, done. Manicure pedicure, done. Facial, done. Kini tinggal yang terakhir yaitu hair care. Aku meminta si hair stylish untuk merombak total rambutku. Jika biasanya rambut lurusku panjang dan lebih sering kucepol karena aku lebih sering berjilbab. Namun kali ini aku lebih memilih model bob dengan sedikit poni untuk rambutku.

Kata mbak-mbak hair stylish, model rambut ini akan membuatku tampak lebih muda dan lebih manis. Yah, setidaknya ini akan meningkatkan rasa percaya diriku.

Sesampaiku dirumah, aku langsung kembali berdiri di depan cermin memandangi diriku yang sedikit berbeda dengan tatanan rambut pendek. Lalu, akupun juga menyempatkan diri untuk mencoba beberapa gaun lengan pendek dengan panjang rok selutut yang sengaja aku beli saat mampir di sebuah butik pada perjalanan pulang tadi.

Aku tampak cantik dengan balutan dress ini. Biasanya aku hanya memakai baju panjang dan celana biasa, namun aku lebih sering mengenakan gamis. Sehingga aku merasa penampilanku saat ini justru terlihat konyol. Namun biarlah, selama itu membuatku bahagia maka akan kulakukan. Lagian, ini dirumah dan tak ada orang lain selain Bik Umi.

Sesaat kemudian entah mengapa mata ini tertuju pada foto pernikahanku dan Mas Farhan. Seuntai rasa sakit pun kembali membuncah di dada ini. Kemudian tanpa pikir panjang lagi, segera kuturunkan foto berukuran 30 R tersebut dari dinding. Agak kesulitan memang, namun akhirnya aku berhasil.

Foto itu lalu aku sembunyikan dibalik lemari. Setidaknya tanpa foto itu di dinding, tak akan ada lagi yang mengingatkanku pada harapan manis adanya pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.

Dan setelah foto itu enyah dari hadapanku, rasanya hati ini merasa lebih tenang, lebih nyaman dan terasa tanpa beban.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Malam itu, aku tengah menonton drama Korea untuk membunuh rasa bosanku ketika kudengar suara deru mobil Mas Farhan memasuki gerbang. Sudah, beberapa hari ia tidak pulang, sejak pertengkaran kami waktu itu. Selama itu pula aku sama sekali tidak  menghubungi ponsel Mas Farhan dan tak ada komunikasi sama sekali diantara kita.

Kudengar suara langkah kakinya memasuki ruang demi ruang, hingga akhirnya ia sampai di ruang dimana aku tengah asyik menonton drama Korea. Aku tahu ia berhenti sejenak dan menatapku tajam. Namun aku pura-pura tidak peduli, meski dalam hati ini dag dig dug tidak karuan.

Aku masih tetap memaku mataku pada layar televisi, meski fikiranku tak bisa fokus pada film yang tengah terputar. Fikiranku melayang mencoba menebak apa yang sedang Mas Farhan perhatikan, apa yang ia pikirkan dan apa yang akan ia lakukan. Aku mencoba diam seribu bahasa dan mencoba untuk sama sekali tidak peduli. Hingga akhirnya, kudengar derap langkah Mas Farhan berlalu. huff, lega.

Benar-benar tak habis pikir. Bisa-bisanya ada lelaki yang super dingin seperti Mas Farhan. Tatapannya dingin, perlakuannya dingin, bahkan kata-katanya pun dingin. Dasar manusia kutub! Rutukku dalam hati.

Apakah ia begitu dingin padaku karena memang ia tak menyukaiku. Mungkinkah di depan perempuan yang ia suka ia bisa bersikap lebih hangat? Di depan Adrianna misalnya. Ahh, memikirkan nama perempuan itu membuat hatiku panas seketika. Hey, irin! Bukankah kau sedang mencoba untuk mengusir sosok Farhan dari pikiranmu!

huff, kuhembuskan nafas lalu akupun kembali fokus pada drama Korea-ku.

Bersambung.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Maaf cuma sedikit, authornya lagi mumet.

Gimana pemirsah? Belum nemu sosok yang pas nih buat visual Mas farhan dan Irin. Kira-kira siapa ya?

Ditunggu like n komennya yaa..

Kunanti TalakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang