Not Enough - 4

4.8K 296 10
                                    

Esok paginya Soobin yang mengantar Taehyun ke sekolah. Mengingat semalam Soobin bermalam di apartemen bayinya,  jadi paginya sekalian saja dia antar Taehyun sekolah lalu dia pulang ke rumahnya.

Mobil itu berhenti agak jauh dari sekolah, di tempat parkir umum yang masih sepi. Taehyun melepas sabuk pengaman, lalu merangkak naik ke pangkuan Soobin.

"Daddy~"

"Masih ngantuk?"

Taehyun manggut-manggut. Ya mana tidak ngantuk kalau mereka tidurnya baru pukul 3 pagi, sedangkan saat ini baru pukul 7.

"Tidur lagi saja sambil menunggu Beomgyu datang, oke?"

Taehyun menurut saja. Dia menyandarkan kepalanya di dada Soobin dan mulai tidur dengan lelapnya.

Tahu-tahu tubuhnya diguncang, dan dia terpaksa membuka mata. Kaget dia melihat wajah Beomgyu sudah di depan mata.

"Yaa, bangun. Ayo sekolah."

"Aku kaget, dasar," omel Taehyun sambil menggeplak wajah Beomgyu. Dia bukannya segera bangun, malah memutar posisi kepalanya dan balik senderan nyaman di dada Soobin.

Beomgyu sudah ngumpat-ngumpat dengan tingkah barbar Taehyun, lain lagi dengan Soobin yang malah tertawa karena merasa terhibur.

"Om, bantu dong! Jangan malah tertawa," rengek Beomgyu sambil mencak-mencak di tempat.

Soobin dengan senang hati membangunkan Taehyun. Dengan suara dari Soobin yang adem dan merdu, Taehyun akhirnya bangun juga dan mau berangkat sekolah dengan pacarnya. Sugardaddy-baby itu saling berbagi ciuman tepat di depan mata Beomgyu hingga akhirnya Taehyun melambaikan tangan.

"Nanti kuhubungi lagi," kata Soobin yang diangguki oleh Taehyun.

Si kecil pun naik ke motor Beomgyu dan memeluk erat pacarnya itu. Dia hampir ketiduran, sayangnya keburu mereka sampai di sekolah.

"Turun."

Taehyun menurut. Dia turun tapi yang ada malah jatuh terduduk di atas paving gara-gara masih belum sadar sepenuhnya.

"Beom Hyung~" rengek Taehyun dengan gemesnya tapi sama sekali diabaikan oleh Beomgyu yang sedang memarkirkan motor dan melepas helmnya.

"Beom Hyung! Bantu~"

"Punya kaki sendiri, berdiri sendiri sana."

Beomgyu dengan cueknya melewati Taehyun dan pergi menuju kelasnya.

Taehyun hanya terdiam di sana. Setelah Beomgyu sudah menghilang dan tidak ada tanda-tanda kembali lagi, dia pun menangis kencang seperti anak kecil.

Sudah dia kurang tidur, kepalanya pusing, badannya sakit-sakit, sekarang ditambah dengan Beomgyu yang mengabaikannya. Taehyun akhirnya menangis dan berpikir kalau tidak ada seorang pun yany peduli padanya.

Memang pada kenyataannya tidak ada lagi selain Beomgyu. Kalian akan tahu nanti, mengapa hanya Beomgyu dan lainnya tidak.

Yang sedang dibicarakan akhirnya muncul lagi di TKP. Sudah tidak bawa tas lagi, mungkin sudah disimpan di kelasnya.

Beomgyu berjongkok di hadapan yang sedang menangis. Dia melepas helm bogo pink itu dengan hati-hati, lalu disimpan di vespanya.

"Ayo."

Taehyun refleks merentangkan kedua tangannya untuk digendong Beomgyu. Dia langsung mengubur wajah di leher Beomgyu. Tangisnya terhenti seketika semenjak ia merasa nyaman di pelukan tersebut.

Mereka tak saling bicara saat menuju kelas Taehyun. Bukan berarti Taehyun tidur. Dia setengah sadar setengah melamun saat memainkan rambut di tengkuk pacarnya.

Meski Beomgyu tidak keren sama sekali dibanding prianya yang lain, Taehyun hanya sangat sayang pada pacarnya ini.

Taehyun terpaksa melepaskan saat mereka sudah sampai dan dia sudah didudukkan. Beomgyu mengelus pipinya untuk menghapus air matanya, baru setelah itu dia mendapat ciuman.

"Nanti makan denganku."

Taehyun mengangguk patuh. Dahinya dikecup, lantas pacarnya pun pergi.

💝💝💝

Seharian Taehyun merasa capek. Bawaannya pingin tidur terus, tapi selalu tidak bisa lama karena guru pasti akan memarahinya.

Saat istirahat makan siang Taehyun bahkan ketiduran di bahu Beomgyu. Bangun-bangun dia sudah di UKS, sendirian. Mungkin karena Beomgyu sudah kelas 3 dan tidak boleh ada bolos lagi, makanya Taehyun dipindah ke UKS biar tidurnya lebih lelap.

Bukannya kembali ke kelas, Taehyun malah kembali tidur sampai bel pulang berdering. Baru bangun lagi saat ia merasakan seseorang membangunkannya, dan orang itu adalah Beomgyu.

"Ayo pulang," bisik yang lebih tua sambil mengelus rambut Taehyun.

"Hyung gendong~" rengek Taehyun sambil merentangkan kedua tangannya.

Beomgyu merotasikan matanya. "Buat apa punya kaki kalau maunya digendong terus."

Taehyun pun bangun dan naik ke pangkuan Beomgyu. Dengan mata sayu dan kesadaran yang masih belum sepenuhnya terkumpul, dia membawa wajah Beomgyu untuk dicium bibirnya. Dia mencium dengan malas-malasan dan nyaris ketiduran lagi.

"Deal. Kugendong sampai rumah."

Akhirnya luluh juga si dominan tersayangnya ini.

Sesampai di tempat parkir, Taehyun merasakan ponselnya berbunyi. Setelah dilihat, ternyata itu dari Yeonjun, masternya.

"Halo, Master?"

Beomgyu menegang mendengarnya. Taehyun sadar sebenarnya, tapi memilih mengabaikan.

"Ke rumah sekarang."

"Baik, Master."

Dan panggilan ditutup begitu saja. Dia mengantongi ponselnya lagi, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Beomgyu.

"Beom Hyung, antarkan aku ke rumah master ya?"

"Mau apa ke sana? Jadi jalang?"

Taehyun memberikan tatapan terluka pada pacarnya itu. Dia tahu pacarnya sesungguhnya tidak bermaksud melukainya, dilihat dari seringaiannya saja ada sebersit perasaan kecewa di sana.

"Hyung, kau sudah tahu sendiri alasannya. Kenapa marah?"

"Kenapa marah tanyamu?" Beomgyu membuang muka, mendesah berat. "I'm your boyfriend, Taehyun. You really questioning why i'm mad at you? Seriously, Taehyun. Are you insane? How on earth i'm still okay when i know clearly my lovely boyfriend sucking other guy's dick?!"

Taehyun hanya bisa diam mendengar Beomgyu membentaknya. Inilah Beomgyu, pacarnya yang sedang cemburu. Taehyun tak bisa menyalahkannya, karena yang salah di sini adalah dia. Dan sebutan jalang itu juga tidak sepenuhnya salah.

"Lupakan. Ke rumahnya kan, kuantar."

Not EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang