"Dek, lusa aku akan pergi, menyelesaikan kartu rencana studi-ku semester depan""Kampus?"
"Iya, mau ikut?"
"Lusa aku harus hadir dalam rapat pleno, Mas"
Ia terdiam, didetik yang lain, "Ya sudah, lusa aku akan tetap disini"
"Kenapa?"
"Aku akan pergi bersamamu"
Aku memonyongkan bibir seraya mengernyitkan dahi, ia meneruskan kalimatnya,
"Bagaimana jika tiga hari lagi?"
Aku yang susah sekali mendapat izin dari aturan rumah.m, tak berani sekali-sekali memberikan keputusan
"Kita langsung pulang kok" Mas Dion melanjutkan
"Boleh, Mas"
Pukul dua belas malam, Mas Dion memintaku menyebutkan nama lengkap dan mengirim foto identitas diri via pesan singkat. Beberapa menit kemudian, tangkapan layar tiket elektronik dikirimkan padaku,
"Naik kereta?"
"Iya, kamu nggak suka ya?"
"Hmm.. Belum pernah"
"Seumur hidup?"
"Mungkin, atau aku hanya lupa"
"Jadi, aku akan membawamu pada perjalanan pertama?"
"Thank you, Mas"
"Sami-sami.."
"Dek, boleh aku temani sampai lelap?"
Baru saja aku duduk didepan cermin, di detik yang lain, dering notifikasi facetime memenuhi kamarku,
"Masih belum mau tidur, Dek?"
"Bersih-bersih wajah dulu, Mas"
"Yaudah, jangan lupa cuci tangan, cuci kaki, sikat gigi!" Katanya sambil terkikik dibalik telepon genggamnya, aku mengerutkan dahi sambil melihatnya sinis, tawanya semakin pecah.
*******
"Mas, aku sudah sampai"
"Aku juga" Ia tiba-tiba saja menyeringai dari belakang punggungku, aku memukul pundaknya
"Aduh!"
"Lagian, ngagetin sih!"
Ia terus saja menertawaiku sambil sedikit menarik tanganku agar segera berjalan menuju loket,
"Kamu kenapa gemes gitu sih?"
"Ha?" Aku tertawa kecil
"Pakai baju selucu ini naik kereta" Katanya sambil memandangi overall tartan selutut dengan inner kaos putih yang aku kenakan,
"Biar kayak di drama korea" Kataku sambil menunjukan gigi kelinciku yang telah diveneer tiga tahun lalu
"Jadi, kamu samakan kereta disini dengan kereta cepat di Korea yang.. astaga, Dek" ia yang pernah beberapa bulan menjalani studi di negara beribukota Seoul, mengacak-acak rambutku yang sedari tadi tergerai dan terkena angin.
Kereta yang akan membawa kami selama satu setengah jam kedepan, telah datang. Mas Dion memberiku beberapa kode,
"Jangan ragu, jam segini kereta sedikit ramai, kamu harus buru-buru cari tempat duduk, paham?"
YOU ARE READING
Lib - BRACHIUM
Romancei hope, with every bone, in my body, that it will be us, in the end