"Halo Pa" sapa gadis berumur 22 tahun kepada Papanya disana. "Aileen sudah landing ya... Oh iya?... Baiklah... Tak apa..."
Sebelum ia menekan tombol memutuskan panggilan, Papanya sudah terlebih dahulu melakukannya. Kini sebuah lagu kembali terputar di telinganya melalui airpod putih.
Aileen Chalondra Azura menghela napas kecewa. Ia gadis periang bila dibutuhkan, rambutnya lurus panjang yang sedang ia cat berwarna karamel dan selalu menggunakan curling iron untuk membuat rambutnya bergelombang dan lebih memiliki volume, kalau tidak ia akan mengeluh karena rambut lurusnya itu akan mudah lepek seharian.
Baru dua menit yang lalu, pesawat yang Aileen tumpangi mendarat di bandara Incheon, Seoul. Ia berusaha menghibur diri dengan lantunan musik, tak sadar ia berjalan dengan kepalanya yang mengangguk-angguk dan satu tangan bergerak mengikuti irama.
Terhitung sudah 5 tahun dirinya tinggal seorang diri di Negeri Ginseng ini. Semuanya bermula pada mimpi yang ia punya: mendapatkan beasiswa di Seoul University, menikmati salju untuk memuaskan rasa sukanya pada udara dingin; Segalanya tercapai pada 4 tahun yang lalu. Kerja kerasnya tak sia-sia.
♪♪♪
"Kau kemana saja?" Aileen mengeluarkan tangan dari saku mantelnya. "Kau tahu, aku sudah menunggu disini setengah jam"
Laki-laki berbadan tinggi, kulit putih, dan memiliki tampang khas warga british, menyengir. "Mian.. My Alien" katanya menyatukan kedua telapak tangan. "Tadi aku sebenarnya sudah duduk di taman biasa, tapi karena..."
"Ray" Aileen sedikit berteriak menyela. "Jangan bilang kau telat karena seorang perempuan baru!"
Aileen sudah tahu kebiasaan Gilbert Ray Walker—sahabatnya—yang selalu memiliki pasangan baru setiap minggunya.
Gilbert Ray Walker pemuda Inggris, pertama kali ia mengenal Aileen saat mereka menjadi di fakultas dan mengikuti kelas Bahasa Inggris yang sama. Tidak banyak mahasiswa disana yang berani untuk berbicara dalam Bahasa Inggris walaupun sebenarnya mereka mampu. Melihat Aileen, pada awalnya Ray mengira Aileen sama seperti mahasiswa lainnya di kelas Bahasa Inggris saat itu karena wajah Aileen di mata Ray hampir mirip dengan warga lokal tapi ternyata tidak. Ray duduk pada kursi disebelah Aileen dan ketika ia mengajaknya berbicara, ternyata Aileen pawai melafalkan Bahasa Inggris. Aileen juga menjadi gurunya untuk belajar Bahasa Korea, hal itu sempat membuat heran Ray karena bila diingat-ingat, Aileen adalah mahasiswa baru seperti dirinya dan lagi pun Aileen pada saat itu juga mengikuti kelas wajib bahasa Korea selama satu tahun.
Sejak pertemuan pertama itu mereka saling mengenal. Bertemu setiap malam untuk mengajari Ray Bahasa Korea, makan siang bersama, berjalan-jalan mengelilingi berkenal dengan kota yang mereka tinggali pada saat itu, dan saling membagikan cerita.
"Itu tidak sengaja" bela Ray. "Semuanya kebetulan. Sungguh"
Aileen mendecakkan lidahnya dan mengikuti Ray masuk kedalam mobil. "Kau selalu berkata seperti itu Ray. Aku penasaran apa yang membuat perempuan Korea menggandrungi mu"
Ray menarik sabuk pengaman dikursinya. "Laki-laki Inggris disini sangat di kagumi. Kau saja yang tak pernah tahu" ucap Ray. "Kau tidak ingat? Saat kita berkuliah, berapa banyak yang iri karena aku dekat dengan mu"
Aileen enggan memandang wajah sahabatnya. Ia mengangkat kedua tangannya. "Terserah kau saja" ia mengalah. "Oh ya, hari ini sepertinya aku tidak bisa untuk pergi bersama mu"
"Itu bagus" balas Ray cepat. "Baru saja aku ingin membatalkannya tapi kau sudah mengatakannya terlebih dahulu"
Bagus? Bagus katanya? Aileen semakin naik darah. Sudah dua minggu mereka tidak bertemu. Sekarang? Ray berkata itu bagus? Tidak bersedih?
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE | Hwang Yunseong
RomanceDia bermuka dua. Dia bukan dia. Aku tahu itu. Tapi semuanya menarik. Segalanya berubah. Hampa. Jantungku berdegup dengan kencang melihat segalanya. Dia tak ada. Dia pergi. "Tuhan, bila Kau memberikan ku satu kesempatan lagi, maka aku berjanji akan...